Fiona tersenyum ramah. Tangannya mengelus punggung Farah lembut. "Tapi jangan paksakan dirimu, ya"

Farah menggeleng, perasaannya menjadi lebih ringan sekarang. Sudah jelas bukan? Dari awal pilihannya hanya mengikhlaskan tak ada yang lain.

☆☆☆

"Kau tidak tertarik?"

"Apanya?"

"Sekumpulan gadis itu yang dari tadi memerhatikanmu." Goda Paman Saeed pada keponakannya.
Fazza menggeleng dan menggeser posisinya menjauhi pamannya.

"Kau serius?" Tanya Pamannya lagi pura-pura tak percaya

"Tentu sajalah, Itu melanggar norma"

"Alasan yang bagus untuk seorang Hamdan yang sedang berusaha menjaga hatinya untuk---"

Alis Fazza terangkat satu, sedangkan pamannya memasang ekspresi jahilnya sambil sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Ah kau tidak seru." Paman Saeed cemberut lalu kembali bersikap formal.

Fazza terbahak melihat pamannya berubah mood seketika karena dirinya tidak menanggapi antusias.

"Lagipula kan kau tahu aku"

Paman Saeed memutarkan bola matanya lalu menatap arena pacuan kuda di depannya.

"Assalamualaikum, Sheikh Hamdan!" Sapa seseorang sambil mendekati Fazza. Seorang pria paruh baya dengan seorang wanita yang membuntut di belakangnya.

"Waalaikumsalam"

Mereka mengawali dengan obrolan ringan dan sedikit basa basi seperti biasa. Pria paruh baya itu merupakan salah satu kerabat dekat ayahnya Fazza.

"Aku ada perlu sebentar dengan ayahmu, ku titipkan anakku padamu ya."

"Maaf?" Fazza mengernyit bingung.

Pria paruh baya itu terkekeh lalu membisikkan sesuatu di telinga Fazza.

"Kalau merasa cocok bilang saja, jangan malu." Lalu tersenyum sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Fazza dengan anaknya. tidak berdua sih.

"Perkenalkan aku Layla" Layla mengulurkan tangannya dengan percaya diri.

Fazza menelungkupkan tangannya, menolak menyalami Layla sama seperti Farah yang menolaknya saat pertamakali bertemu dengannya.

"Hamdan."

Layla merona malu saat Fazza tidak membalas uluran tangannya.

Tapi ia memberanikan dirinya lagi,
"MasyaAllah, namamu seindah rupamu Yang Mulia."

Fazza hanya tersenyum formal, tak berniat menggubris kalimat itu yang terkesan Gombal.

Disamping Fazza, pamannya berdehem. Fazza tahu pamannya itu mendengarkan obrolannya dengan seksama. Buku panduan di tangannya hanya sebagai penghias saja.

☆☆☆

Waktu sudah menunjukkan jam delapan pagi di Dubai. Setelah sesi keluh kesah Farah kepada Fiona sore kemarin, Fiona cukup kagum dengan sikap Farah yang sama sekali tidak menunjukkan keterpurukannya di depan adik dan tantenya. Ia berlagak ceria seperti biasa.

Me to You (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang