Bag 3

331 58 3
                                    

Pertemuan kedua Seung Gi dengan Shin Hye, lagi-lagi secara tidak sengaja disebuah acara amal. Ketua Park secara rutin memberikan santunan kepada panti jompo, panti asuhan dan para pasien di yayasan kanker. Bantuan ini diberikan lewat yayasan miliknya. Tentu saja untuk acara amal itu, Ketua Park berdiri paling depan. Seung Gi sebagai anak baru yang potensial, selalu dilibatkan Ketua Park. Bagai memiliki mainan baru. Ketua Park nampaknya jatuh cinta pada pandangan pertama kepada anak muda penuh dedikasi itu. Maka ia pun mengajaknya diacara berisi kebajikan tersebut.

Dengan kepandaiannya memikat hati dan penampilannya yang looking good, Seung Gi segera mendapat tempat di hati ketua gangster itu.
"Ini tangan kanan Han Ajhussi, Shin Hye-ya. Han Ajhussi tidak bisa turut hadir sebab sedang berada di Macau. Kenalkan, namanya Lee Seung Gi." begitu Ketua Park memperkenalkan Seung Gi.
Han Ajhussi yang disebutkannya, adalah orang nomer 2 di STAR. Kepercayaannya. Shin Hye mengenalnya sebagai yang bertanggung jawab mengelola The Palace Hotel dan The Cloud Night Club. Bukan sebagai orang kedua di organisasi gangster terbesar yang dipimpin ayahnya. Shin Hye tidak tahu tentang organisasi itu.
"Eoh, dan kita pernah bertemu bukan?" Shin Hye menatap mata Seung Gi lekat, dengan senyumannya yang ramah.
"Nde, waktu di The Palace Hotel. Namun hanya sekilas saja." jawab Seung Gi mengangguk takjim.
"Nde, Appa tidak mengenalkan kita kala itu."
"O, Appa sedang buru-buru kala itu." jawab Ketua Park.
"Dan dimana dia berkantor?" lanjut Shin Hye.
"Tentu saja dengan Han Ajhussi." tukas Ketua Park.
"Oh.." Shin Hye membulatkan bibirnya.
"Kau panggil dia Oppa, dia lebih tua darimu, Shin Hye-ya." tambah Ketua Park.
"Ye." Shin Hye mengangguk.

Ketua Park tampil bak malaikat saat itu. Dengan sejumlah santunan yang diberikannya. Walikota turut hadir diacara yang berisi pencitraan diri ketua gembong narkoba dan penjual senjata api ilegal tersebut, sebagai sosok pemurah. Padahal beberapa hari sebelumnya tangannya dikotori oleh darah salah satu mata-mata yang tertangkap oleh pengikutnya. Seung Gi menyaksikan sendiri bagaimana sadisnya lelaki berwajah tersenyum itu menyarangkan tembakan di kepala sang mata-mata. Dengan begitu ringan. Seakan kepala itu terbuat dari tempurung kelapa. Seung Gi sampai gemetar melihatnya, begitu marah. Rasanya ingin saja ia pun menarik pelatuk pistol yang ada di balik bajunya lalu mengarahkan moncongnya ke kepala ketua gangster itu. Tapi akhirnya ia hanya menggigil. Dengan sorot panik menatap mata-mata itu yang pelahan terjungkal setelah dijedor, lalu menatap benci lelaki tidak berperikemanusiaan yang puas melihat korbannya tak berdaya lagi. Untungnya Kim Ajhussi melihat adegan itu dan segera menyeret Seung Gi pergi dari belakang Ketua Park.
"Apa yang kau lakukan? Tahan dirimu! Jika begini terus, kau akan ketahuan. Nanti dirimulah yang akan jadi korban lelaki biadab itu, sama seperti ayahmu." peringat Kim Ajhussi.

Seung Gi menangis mendengar itu. Dadanya campur aduk. Antara marah yang tak tertahan dan ketidak-mampuannya untuk melakukan apa yang sangat diinginkannya. Yaitu membunuh targetnya sejak lama. Padahal jaraknya hanya selangkah di belakangnya, jika ia mengambil senjatanya, tamatlah riwayat gembong narkoba itu. Namun ia terpaksa tidak melakukannya sebab Kim Ajhussi menggagalkannya.
"Aku hampir membunuhnya, Ajhussi." desisnya.
"Aniyo, andwe! Jigeum andweyo! Bukan saat yang tepat. Sana pergi cepat, temui lagi Ketua Park. Hapus air matamu!"
Seung Gi menghapus kelopak matanya yang membasah. Ia kemudian berdiri tegak dan melangkah, kembali menghampiri Ketua Park yang berlalu ke dalam ruangan. Wajahnya tenang, tanpa dosa telah melenyapkan sebuah nyawa.

Seung Gi tidak bisa tidur selama 3 malam sejak menyaksikan penembakan itu. Dadanya sesak dan kepalanya seakan mau meledak. Namun terngiang ucapan Kim Ajhussi di telinganya, untuk berhadapan dengan orang jahat dirinya pun harus berubah menjadi orang jahat. Jahat yang seutuhnya. Dan untuk menjadi jahat yang seutuhnya, ia harus tega. Harus membuat hatinya sebeku salju. Maka Seung Gi kini ber-transformasi menjadi pria tanpa perasaan. Bahkan ketika melihat mata bulat nan indah itu, ia lalu tak peduli lagi.

Sebaliknya Shin Hye, ia teramat penasaran dengan pendatang baru tersebut. Kenapa ayahnya baru memperkenalkannya kepadanya? Saat ia berkeliling dan melihat pria itu tengah becanda dengan anak-anak panti asuhan, kesana ia mengayunkan langkah.
"Annyong-haseyo, Lee Seung Gi Oppa! Benarkan aku menyebut namamu?" sapa Shin Hye menghentikan aksi Seung Gi yang sedang bermain petak umpet dengan sekelompok anak pra sekolah.
Tawa cerianya seketika lenyap, ia lalu menoleh kepada yang mengajak bicara.
"Eoh, annyong-haseyo." langsung ia mengangguk.
"Apa aku tidak mengganggumu, Oppa?" lanjut Shin Hye.
"Aniyo, aku sedang bermain dengan mereka." tunjuknya pada anak-anak. "Oppa-ga, harus berbicara penting dengan Eonni. Kalian bermain sendiri. Nde?" pamitnya.
"Nde." koor mereka lalu berlarian meninggalkannya.
Shin Hye mengurai senyum melihat anak-anak itu berlarian meninggalkan mereka berdua.
"Apa kita harus mencari tempat untuk berbicara?" tanya Seung Gi setelah anak-anak itu menjauh.
"Ani. Disini saja. Karena aku belum terlalu mengenal Oppa, jadi aku ingin mengenalmu." ucap Shin Hye.
"Nde. Apa yang ingin diketahui tentangku?" tatap Seung Gi dengan raut arogan.
Entah kenapa tiba-tiba saja ia menjadi demikian benci pada gadis cantik ini. Ayahmu orang jahat, kau pantas mendapat beribu kebencian orang-orang yang telah dilukainya. Seperti aku, bisiknya.
"Apa Oppa sudah lama bekerja dengan Han Ajhussi... mm, maksudku, Han Sajang-nim?"
"Setahun kurang lebih." jawabnya datar.
"Han Sajang pasti sangat mempercayai Oppa, tidak mudah untuk mendapat kepercayaan dari Han Ajhussi. Berarti Oppa hebat." puji Shin Hye tulus.
"Biasa saja. Tidak sehebat yang kau pikir." elak Seung Gi.
"Aniya, pasti Oppa sangat hebat. Aku tahu bagaimana Han Ajhussi. Dia lebih rewel dari pada Appa. Untuk menjadi kepercayaannya, Oppa terlebih dahulu harus mampu menaklukannya. Dan menaklukan Appa lebih mudah dari pada menaklukan Han Ajhussi." tutur Shin Hye.
Iya, tapi ayahmu sejuta kali lebih sadis, lebih biadab dan lebih tidak memiliki hati. Batin Seung Gi lagi. Pasti karena kau tidak tahu siapa ayahmu sebenarnya.
"Bukankah begitu, Oppa?" lanjut Shin Hye dengan kebisuannya.
"Eoh, Anda benar, Agashi! Aku sangat bersyukur mendapat kepercayaannya." angguk Seung Gi akhirnya.
Tidak baik baru kenal langsung menunjukan rasa bencinya. Bagaimana pun Seung Gi harus memberi kesan pertama yang baik terlebih kepada keluarga Ketua Park.
"Panggil saja namaku! Supaya kita lebih akrab. Lagi pula usia kita tidak terpaut jauh bukan?"
"Kamsahamnidha."

Selanjutnya mereka mengobrolkan banyak hal. Dan Shin Hye rupanya teman bicara yang menyenangkan. Seung Gi betah berbicara lama-lama dengannya. Shin Hye sama sekali tidak identik dengan ayahnya. Dia gadis yang ramah dan rendah hati. Dia sama sekali tidak seperti putri seorang mafia, penjual senjata api ilegal dan gembong narkoba. Dia seperti gadis keluarga baik-baik. Bukan anak pembunuh. Namun Seung Gi tidak boleh terlena. Seung Gi harus tetap sadar akan tujuannya masuk ke dalam organisasi itu. Kekaguman yang ia rasa, hanya ia simpan di dalam hatinya saja.

Begitu pun Shin Hye, ia terpesona oleh pria kalem dan tak banyak bicara itu. Seung Gi adalah staf termuda yang berada dijajaran direksi perusahaan ayahnya. Semuda itu mampu menembus beratnya kualifikasi yang ditetapkan Han Ajhussi dan ayahnya. Artinya memang dia bukan hanya pemuda biasa saja. Melainkan memiliki kafabilitas. Rasanya ini pertama kali Shin Hye terpesona oleh seorang staf.
Namun wajar saja sebab Seung Gi bukan hanya memiliki kafabilitas untuk menjadi salah satu kepercayaan tangan kanan ayahnya, tetapi dia juga memiliki performa yang bagus. Wajah rupawan. Dan yang terpenting attitude. Dia sangat tahu bagaimana harus bersikap kepada Shin Hye yang notabene adalah putri Big Boss. Tidak mencari perhatian atau menjilat, namun simpatik dan sangat menghargai. Shin Hye memandang pemuda itu dengan sorot kekaguman dan intrest.
🔫

Tbc...

SincerityDär berättelser lever. Upptäck nu