Bag 2

413 58 5
                                    

Lelaki berusia 59 tahun itu terlihat begitu segar dan sejahtera. Wajahnya tampan dengan postur tubuh tegap. Tatap matanya tajam mengintimidasi. Tutur katanya lembut dan santun. Ia juga pria ramah dan murah senyum. Sekilas tampak seperti orang kebanyakan. Yang khas bahwa dirinya adalah ketua gangster serta sindikat pengedar obat-obatan terlarang dan penjual senjata api ilegal, dari sikapnya yang mendadak bengis bila ada hal yang tidak disukainya. Mata tersenyumnya seketika berubah seperti api, menyala dan siap menyambar.
Seung Gi gemetar kala pertama menyaksikan hal itu. Sampai beberapa hari ia takut untuk bertemu lagi dengannya.

Untuk menyembunyikan profesinya yang sebenarnya, dia memiliki sebuah hotel megah bertaraf internasional yang berdiri mentereng di jantung kota Seoul. Hotel yang kepemilikannya atas nama putri satu-satunya itu diyakini orang sebagai sumber kekayaannya yang melimpah ruah. Namun Seung Gi tidak terkecoh. Dia tidak tertarik untuk bekerja di hotel yang diberi nama 'The Palace' meski dijanjikan gaji yang tinggi untuk posisinya sebagai general manajer. Dia tetap memilih menjadi waitress di klub, sebab dirinya tahu disanalah sumber penghidupan Ketua Park yang sesungguhnya. Di tempat itu jika ingin memasuki kehidupan mantan ketua Yakuza tersebut dan mengetahui bagaimana kelamnya organisasi bernama STAR itu.

Karena kecerdasan dan loyalitasnya, tak urung Seung Gi akhirnya mendapat apa yang diinginkannya. Yakni menjadi bagian dari kegiatan bisnis haram STAR. Untuk tugas pertamanya, Seung Gi dilibatkan pada salah satu transaksi penjualan senjata api. Dan tugas itu rupanya sangat rahasia. Untuk operasinya itu, Seung Gi dibekali sebuah Jeep inventaris dimana didalamnya dilengkapi juga dengan senjata api. Sangat tidak mudah untuk mendapat tugas itu. Bahkan ketua Park sendiri turut memeriksa, seberapa layak anak baru memegang tugas itu.
Setelah tangan kanan ketua Park meng-interview-nya, Seung Gi masih harus di-interview oleh pimpinan tertinggi organisasi itu.
"Namamu?" tanya ketua Park ketika itu dengan sangat berwibawa.
Itulah untuk pertama kali Seung Gi beradu tatap dengan pembunuh ayahnya tersebut.
"Lee Seung Gi-raguamidha, Debyo-nim."
"Apa motivasimu bergabung dengan organisasi ini?"
"Nde, saya sudah sangat lama mendengar kiprah STAR. Mungkin sejak masih SMP. Untuk itu saya belajar banyak hal sejak remaja, seperti menembak, meretas suatu sistem dalam aplikasi komputer, melacak dengan sandi... dan masih banyak lagi, Ketua."
"Geurae?" tanya lelaki perlente itu. "Lalu apa tujuanmu mempelajari itu semua?"
"Ingin mendapat kehidupan yang lebih baik dengan cepat, Ketua. Sebab saya terlahir dari keluarga miskin. Saya tidak ingin melewati masa tua sengsara."
Lelaki itu mengembang senyum puas. "Baiklah, Lee Seung Gi-ssi! Jika anak buahku sudah percaya padamu, aku tidak harus meragukanmu lagi. Lakukan tugasmu dengan sebaik-baiknya. Menjadi kaya itu hal yang mudah disini, kau bisa mendapatkannya hingga anak cucumu kehidupan yang bergelimang kekayaan. Hanya satu saja syaratnya, kau jangan coba berkhianat. Jika itu terjadi, bukan hanya kau yang binasa, namun juga anak cucumu. Jika kau belum memilikinya, maka sanak saudaramu akan turut menanggung akibatnya."
"Nde, aguesmidha." angguk Seung Gi takjim.

Langkah awal sudah dilaluinya. Selanjutnya, ia harus bisa membuat lelaki biadab itu menaruh kepercayaan terhadapnya. Dan hal ini adalah yang paling sulit. Sangat dibutuhkan kesabaran ekstra disamping kerja keras dan konsistensi. Sementara setiap kali melihat wajah orang yang telah melenyapkan nyawa orang tuanya itu membuat Seung Gi selalu tidak tahan.
"Jika kau ingin tujuanmu tercapai, maka kau pun harus berhati dingin. Kau harus berubah menjadi penjahat yang seutuhnya." nasehat Kim Ajhussi.
Lelaki paruh baya itu saksi hidup pembunuhan yang dilakukan terhadap ayah dan ibunya. Dia lelaki yang masih berada di dalam kelompok mantan Yakuza tersebut hingga saat ini. Pekerjaannya sama sekali tidak penting, berada pada level paling bawah. Yakni mengurus Herder dan Buldog kesayangan gembong kelompok STAR itu. Barangkali kehadirannya pun tidak pernah diperhitungkan ketua Park.
"Jadilah abdi yang seutuhnya bagi ketua Park! Sampai kesempatan itu datang, Seung Gi-ya. Jangan setengah-setengah." imbuhnya.
"Namun dadaku rasanya mau meledak setiap kali melihat wajahnya, Ajhussi."
"Wajar kau merasa begitu. Namun kau tidak akan mencapai tujuanmu bila tidak bisa mengendalikan perasaanmu."
Seung Gi memejamkan mata. Setiap kali ia melepaskan tinjunya hanya pada kantung samsak jika ubun-ubunnya terasa panas karena amarah memenuhi kepalanya.

Itu awal-awal dirinya bergabung secara resmi di STAR sebagai anggota. Namun seiring berjalannya waktu, ia semakin mampu mengendalikan emosi dan hanya fokus pada tujuannya saja. Ia menjadi budak yang baik, sebisa mungkin memikat hati para petinggi STAR. Dan terutama ketua Park.
🔫

Sejahat-jahatnya seorang ayah, dimata anaknya dia tetap ingin tampak sebagai orang baik. Itu pula nampaknya yang terjadi terhadap ketua Park. Mantan ketua Yakuza itu menyembunyikan diri sebagai gangster dan gembong narkoba serta penjual senjata api ilegal dari putri satu-satunya. Sehingga sang putri hanya mengetahui jika kekayaan ayahnya yang melimpah ruah itu adalah hasil dari bisnis hotel bertaraf internasional yang tersebar di beberapa negara. Diantaranya Macau dan Tailand, surganya para penjudi.

Sebuah ironi. Sementara, Seung Gi pun tidak pernah dan tidak ingin tahu tentang keluarga ketua Park. Dirinya tidak punya urusan dengan anak dan istri ketua gangster itu. Mereka tidak ada di dalam daftar balas dendamnya. Maka selama 1 tahun keberadaannya di STAR ia tidak pernah tahu anak dan istri ketua Park. Ketika kemudian ia mengenal Park Shin Hye, yang lalu ia ketahui sebagai putri semata wayang boss mafia itu, tidak disengaja bertemu di The Palace Hotel.
Seung Gi sedang bersama ayah gadis itu, mengawalnya untuk bertemu relasi. Dan dia pun sedang berada di tempat yang sama.
"Appa!" sapanya membuat Seung Gi menatapnya dalam.
Appa? Apa ketua Park memiliki seorang anak gadis?
"Eoh, urri tal. Kau sedang berada disini?" ketua Park balas bertanya.
"Nde. Pak GM memanggilku. Appa ada urusan penting apa berada disini?"
"Appa akan bertemu dengan relasi. Kalau begitu Appa pergi dulu, Shin Hye-ya."
"Nde, Appa."
Ketua Park melangkah meninggalkan putri cantiknya. Seung Gi membungkuk padanya sebelum berlalu mengikuti boss-nya itu.

Pertemuan itu hanya berlangsung kurang dari 5 menit saja, tapi Seung Gi terus memikirkannya. Jika dikatakan ia tidak terpesona, maka itu bohong. Namun Seung Gi menggeleng kuat-kuat. Gadis itu anak seorang penjahat yang telah melenyapkan dengan sadis nyawa ayahnya. Orang yang notabene tidak bersalah. Seung Gi mengingat itu baik-baik. Dan setiap mengingatnya, ia membenci semua hal tentang lelaki biadab tersebut. Park Hyun Shin.
"Aku bertemu dengan putri Ketua di hotel hari ini. Ketua punya berapa orang anak, Ajhussi?" tak urung ia mempertanyakannya kepada Kim Ajhussi.
"Hanya satu-satunya itu. Ketua menyembunyikan semua kegiatannya di STAR dari putri semata wayangnya tersebut, Seung Gi-ya." jawab orang tua itu.
"Geuraeyo?"
"Itu makanya organisasi ini sangat ketat dalam berhubungan dengan orang luar."
"Tapi apa klub 'The Cloud' itu pun bagian yang disembunyikan Ketua, Ajhussi? Sebab selama 3 tahun aku bekerja di klub, aku pun tidak pernah sekali saja melihat putri Ketua datang kesana."
"Khusus untuk klub malam 'The Cloud' Korea, putrinya mengetahui, namun untuk The Cloud-Macau, Thailand dan Hong Kong, tidak. Ketua menyembunyikannya juga."
"Jadi gadis itu tidak tahu jika uang yang ia pakai sejak lahir sebagian adalah uang haram?"
"Bagaimana pun Ketua tidak ingin terlihat jahat dimata anak gadisnya."
"Tapi suatu saat nanti pasti akan diketahui juga, Ajhussi. Apa Ketua tidak berpikir, betapa putrinya nanti akan sangat terluka bila mengetahuinya?"
"Itu sama sekali bukan urusan kita, Seung Gi-ya."
"Nde, Ajhussi benar. Urusanku adalah membuat perhitungan dengan yang telah dilakukan ayah gadis itu. Itu hutangnya padaku." Seung Gi membulatkan kepalnya.
"Boleh Ajhussi memberimu usul, Seung Gi-ya."
"Mwoga, Ajhussi?"
"Jangan sekali-kali kau ungkapkan kata-kata seperti itu lagi di dalam atau sekitar STAR. Sangat berbahaya bila ada yang dengar."
"Nde, Ajhussi benar. Mianhe, Ajhussi!" Seung Gi meringis menyadari kesalahannya.

Tbc...

SincerityOnde as histórias ganham vida. Descobre agora