Bag 1

800 79 9
                                    

Jeep Wrangler Rubicon 3000 cc V6 melaju cepat membelah perbukitan tandus membuat kedua penumpangnya seperti bola di dalam bejana kaca undian. Terbanting-banting. Kadang terlempar ke kiri dan kanan. Shin Hye yang duduk di samping pengemudi memegang kuat-kuat pegangan yang berada diatas pintu dan sekuat tenaga membuat posisinya stabil. Di sampingnya Seung Gi yang memegang kemudi juga tak berbeda, sebelah tangannya memegang pegangan serupa di atas pintu, dan sebelah tangannya yang lain mengatur setir.
"Pegang yang kuat, di depan ada tikungan." peringatnya saat akan menikung.
"Aigo... aigo... Oppa! Andweee...!!!" teriak Shin Hye sambil mata memejam saat mobil itu menikung di tikungan tajam dan curam. Di bawah sana jurang dengan kedalaman tak terkira menganga seperti menunggu korban.
"Pegangan yang kuat dan pejamkan matamu!" perintahnya.
"Aniyo... aniyo... aniyooo!" Shin Hye menjerit.
Seung Gi menahan napas begitu keras konsentasi supaya tidak melakukan kesalahan. Sedikit saja ia melakukan kesalahan bisa sangat fatal akibatnya. Tercebur ke dalam jurang.
"Eommoniii... Abeojiii... dowajuseyoooo..." Shin Hye berteriak keras.
Tapi lalu terdengar suara Seung Gi :
"Taengitha... sudah lewat, Shin Hye-ya!" ujarnya lega.
Baru Shin Hye menghela napas dan membuka mata.
"Syukurlah, Oppa!" sergahnya juga lega.
Seung Gi menolehnya, bibirnya mengurai senyum. "Boejin, Park Shin Hye! Aku suka keberanianmu." ujarnya.
"Tapi dadaku tidak mau berhenti berdetak keras, Oppa." Shin Hye meraba dadanya.
"Hanya sedikit lagi. Begitu menemukan rumah penduduk, kita berhenti untuk beristirahat. Oke?"
"Terserah Oppa." tukasnya dengan napas terengah.

Perjalanan mereka ke suatu tempat mengharuskannya melewati medan luar biasa itu. Namun Seung Gi tampak sudah tidak asing dengan tempat itu. Makanya ia memilih membawa mobil yang bisa melewati medan terjal perbukitan yang untuk melaluinya membutuhkan skil mumpuni.
Shin Hye berulang kali mengelus dadanya. Baginya itu pengalaman pertama menjelajah medan untuk para off roader. Sarat tantangan. Mendebarkan. Andai bukan lelaki terkasih itu yang membawanya, tentu ia akan menolaknya mentah-mentah. Tapi Seung Gi ingin mengisi bulan madu mereka dengan sedikit menantang adrenalin. Maka itulah yang terjadi.
"Otteyo?" lirik Seung Gi kala mobil sudah keluar dari medan mendebarkan itu.
"Aku kapok melewatinya lagi." tukas Shin Hye. Pria itu tersenyum dalam.
"Kau akan menemui banyak hal tak terduga setelah menjadi istriku." sambungnya.
"Geuraeyo-ga?" Shin Hye balas menuding siap menerima tantangannya.
"Nde, lihat saja nanti."
Shin Hye mengedikan bahu.
Seung Gi menyunggingkan seringai yang sangat misteri. Boleh saja sekarang kau berpikir itu hal menyenangkan, namun tak lama lagi kau akan segera tahu hal tak terduga apa yang dimaksudkannya itu.

Mobil terus melaju membelah jalan. Sekarang mereka melaju diatas jalan aspal yang rata keluar dari medan terjal perbukitan. Di ujung sana mulai terlihat kerlap kerlip lampu, menandakan mereka sudah memasuki wilayah yang dihuni penduduk. Dan tak lama Seung Gi berhenti di depan sebuah rumah. Setelah berbicara dengan pemiliknya meminta ijin untuk menginap, orang itu pun menunjukan sebuah kamar sangat sederhana.
"Kita menginap disini untuk malam ini." ujar Seung Gi.
"Nde, joa." angguk Shin Hye.

Seperti biasa, Seung Gi begitu penuh perhatian. Ia terlebih dahulu mengurusi tempat untuk Shin Hye tidur, sementara Shin Hye membersihkan badan. Kasur yang sudah dibentangkan ia pilihkan yang lebih tebal dan bagus. Begitu pula bantal serta selimutnya. Bagiannya selalu sisanya. Setelah Shin Hye keluar dari kamar mandi, gilirannya membersihkan badan. Shin Hye rupanya menginginkan mereka tidur berbagi kasur, bantal dan selimut yang sama dengannya.
"Kita bisa tidur bersama, apa Oppa tidak mau?" tanya Shin Hye begitu Seung Gi keluar dari kamar mandi.
"Whe?"
"Kita bisa berbagi kasur berdua bukan? Tidak harus masing-masing."
"Ini bukan di kamarmu yang luas, Sayang. Kasurnya pun bukan bed milikmu yang berukuran besar. Lihat, hanya kasur untuk satu orang." tepis Seung Gi.
"Tapi aku ingin tidur denganmu." rajuknya manja.
"Tentu aku juga tidur disisimu."
"Aku ingin kau peluk, Oppa. Tidurlah di kasur ini bersamaku!" pintanya.
Seung Gi menghela napas, namun akhirnya ia tidak kuasa menolak. Tidak ada salahnya sebab ini masih dalam rangka bulan madu. Seung Gi harus menunjukan jika dirinya tulus menikahi gadis itu. Bukan untuk tujuan tertentu. Apa lagi untuk tujuan membalas dendam. Setidaknya hanya untuk bulan madu ia menganggap pernikahan mereka itu pernikahan berlandaskan cinta. Ia lalu berbaring di samping Shin Hye yang kemudian gadis itu memeluknya erat. Membenamkan wajah di dadanya membuat untuk beberapa saat Seung Gi hanya menahan napas. Tubuh indah itu saat ini begitu lekat di tubuhnya. Bahkan ia bisa merasakan sepasang payudaranya menekan kemudian menjauh seiring dengan helaan napasnya. Sungguh ia tidak bisa menolaknya. Betapa pun hanya hal menyakitkan yang ia hadirkan dibenaknya untuk menepis gadis itu. Ia tak berdaya. Akhirnya ia balas memeluk erat. Menyibakan rambut Shin Hye yang menutupi kening, untuk ia jatuhkan kecupan disana. Saat itu dari hatinya yang terdalam ia mencintainya. Tidak bisa sangkal.
"Selamat tidur, Oppa!" bisik Shin Hye.
"Selamat tidur, Sayang." Seung Gi lalu meletakan pipi diatas kening Shin Hye yang mulai meniti mimpi. Tertidur pulas.
🔫

Bukan perkara mudah bagi Seung Gi memasuki kehidupan ketua gembong narkoba sekaligus penjual senjata ilegal Park Hyun Shin. Ia memulainya dengan menjadi pegawai rendahan di koloni itu. Karena begitu ketat dan rapatnya penjagaan. Sangat sulit ditembus oleh orang biasa seperti dirinya. Bermula dengan menjadi seorang pelayan di klub yang notabene adalah milik Ketua Park, pelahan tapi pasti Seung Gi mengabdikan dirinya kepada mantan ketua Yakuza tersebut. Satu tujuannya, yakni ingin membalas atas kematian ayahnya.

Keinginan membalas dendam itu sudah dirasakannya sejak remaja, yakni sejak dirinya SMP. Saat tahu kematian tidak wajar ayahnya disebabkan oleh kejahatan gengster di bawah asuhan seorang ketua Yakuza berdarah Korea bernama Park Hyun Shin, sejak itulah dendamnya membara dan ia bertekad untuk membalasnya suatu saat. Dendam itu semakin lama bukan semakin surut. Kendati semakin mengetahui bagaimana kekuatan kelompok sindikat itu. Begitu berlapis dan sulit disentuh. Tekad Seung Gi justru semakin kuat.

Maka setelah ia menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi, ia mulai konsentrasi pada niat balas dendamnya itu. Meski tidak mudah, paman dan bibinya menolak keras keinginannya itu. Mereka menghendaki Seung Gi hidup dengan normal. Sebab mereka sadar betul siapa Park Hyun Shin. Namun pemuda itu tidak bergeming. Kematian ayah kemudian ibunya oleh kekejaman gengster asuhan ketua Park, tidak bisa ia terima begitu saja. Ia harus membuat perhitungan. Tidak main-main pula, ia sudah mempersiapkan diri memasuki kelompok itu dengan berlatih bala diri dan segala macam keahlian yang dibutuhkan bahkan hingga berlatih menembak. Seung Gi sudah sangat siap. Selama 5 tahun menuntut ilmu sambil membekali diri dengan mempelajari segala macam keahlian, namun juga tetap terbentur pada ketatnya barisan kelompok itu untuk sembarangan membuka pintu. Seung Gi kembali memutar otak.
Akhirnya tiada jalan lain, Seung Gi harus memasuki celah yang paling kecil. Meski sulit dan lama. Ia harus membuat langkah sepelan dan serapi mungkin tanpa membuat jejak yang mudah dikenali.
Klub tempat transaksi barang haram narkoba dan senjata api ilegal itu, akhirnya menjadi tempatnya mencari nafkah. Seraya mencuri kesempatan untuk semakin dekat dengan pemiliknya. Dengan perilaku baik yang selalu ditunjukannya serta kerja keras, tak urung ia mendapat perhatian dari orang kepercayaan ketua Park. Dari hanya seorang waitress di bar, Seung Gi mulai mendapat tempat di dalam organisasi yang diketuai Park Hyun Shin. Namun jaraknya dari Bos mafia itu tetap jauh. Ia tetap sulit barang untuk menemuinya. Lelaki tua itu begitu sulit untuk disentuh. Ada beberapa lapisan lagi yang membungkusnya.

Seung Gi menghela napas dalam setelah 3 tahun perjuangannya bekerja di klub, masih juga sulit barang untuk bertemu muka dengan pemiliknya. Aigo...

Tbc...

Annyong-haseyo, readers!

Sekali ini Author ingin membuat sedikit berbeda yakni ff dengan genre action.

Meski tidak terlalu yakin. Sebab pada dasarnya Author tidak menyukai story dengan banyak ketegangan dan kekerasan seperti yang banyak ditampilkan dalam genre action.

Namun dilain sisi hal ini juga merupakan tantangan yang m'buat Author bergairah untuk mencobanya.

Karena Author masih menyukai Shinhye couple-an sama Seunggi, maka couple ini lagi yang Author pasang untuk ff ini.

Author bukan fans berat Seunggi, tapi Author cukup respek padanya. So, untuk genre pertama yg Author buat ini, semoga Seunggi adalah pilihan yg tepat.

Finally, selamat menikmati!
Moga b'kenan

SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang