Kado dari Eren, Persembahan untuk Levi

465 50 6
                                    

Rona wajah Hange berseri-seri, kedua tangan terkepal hingga buku jarinya memutih saking berusaha menahan histeris. Ekspresi Sasha juga demikian, sambil menggenggam keras ujung karung goni miliknya. Keduanya kelihatan tak sabaran untuk memulai perlombaan. Padahal bulan Desember, Jerman sedang dilanda musim dingin. Wajar keempat anak lainnya menggigil walau hari masih siang.

"Musim dingin begini, kita malah bermain di luar," gumam Connie mengeluh.

"Karena itulah, kita harus banyak bergerak supaya tetap hangat," seloroh Sasha.

"Tetap hangat apanya ...."

Eren menghela napas. "Kalau tahu begini jadinya, lebih baik aku ikut Profesor Levi dan yang lain membeli material penelitian kita," keluhnya.

"Ooh, siapa ya seseorang yang tadi pagi semangat sekali soal rencana kejutan ulang tahun?" sindir Jean.

"Oiya? Bukannya melakukan suit itu adalah idemu?" balas Eren menatap Jean tak mau kalah.

Mikasa menyaksikan mereka berdua adu mulut dalam diam. Armin terlihat kebingungan harus bilang apa untuk menengahi keduanya. Connie sendiri tampak ogah-ogahan mendengar celotehan Sasha tentang pentingnya banyak beraktivitas di musim dingin.

Dua minggu sebelumnya, Eren dan kelima temannya terpilih sebagai delegasi lomba karya tulis internasional. Selama itu pula mereka disibukkan dengan penelitian di laboratorium, yang lokasinya cukup jauh dari kota. Selain tim mereka yang dibimbing Profesor Levi, ada satu tim lagi yang juga ikut bersama Profesor Erwin. Jadi, mereka semua dikumpulkan di vila Profesor Levi dan Erwin untuk menyiapkan penelitian.

Kebetulan dosen pembimbingnya memiliki laboratorium tak jauh dari tempat mereka tinggal. Tak seorang pun yang mempermasalahkan hal ini. Toh, vila tempat mereka menginap sangat mewah. Rumahnya bergaya minimalis modern dengan dominasi warna hitam dan putih. Terdapat banyak kamar yang bebas dipilih, dan ukurannya juga cukup besar untuk seorang diri ditambah dengan kamar mandi pribadi. Fasilitas dapur pun juga modern, dipisah antara dapur kotor dan bersih. Ruang keluarga berisi sofa yang nyaman untuk bersantai menghangatkan diri sembari menonton film. Kapan lagi menginap di rumah seluas ini secara gratis? Walau diantara semua fasilitas yang tersedia, yang terpakai baru kamar tidur untuk beristirahat, kamar mandi dan dapur. Sebab waktu mereka habis untuk membersihkan vila Profesor Levi dan bekerja di laboratorium.

Kalau begitu, kenapa Profesor Hange juga ikut kemari? Sebab ia dan Profesor Erwin adalah pasangan. Selain itu dirinya sering datang menghabiskan waktu ke sini untuk mengerjakan penelitiannya. Jauh lebih bebas melakukan penelitian di sini dibanding laboratorium kampus. Mumpung ada waktu bebas, ia pun mencetuskan ide membuat lomba untuk mengisi waktu luang mereka selagi ditinggal. Tapi kenapa harus balap karung?

***

Pagi-pagi buta, keenam mahasiswa bimbingan Levi terlihat serius menyimak semua penjelasannya. "Hari ini aku dan Erwin akan pergi untuk membeli beberapa material penelitian kita yang sudah habis. Kalian semua sepakat bahwa mahasiswa tim Erwin yang akan ikut kami kesana. Jadi selagi aku tak ada—"

Pembicaraan terputus ketika ada suara keras menghantam pintu depan. Armin pun dengan tanggap bangkit dan membuka pintunya. Ternyata, ada Profesor Hange yang tengah meringis menahan sakit pada badannya. Sementara Profesor Erwin ada di belakangnya. Mereka berdua ikut ke dalam setelah dipersilakan masuk.

Melihat kedua rekannya, Levi melanjutkan, "Profesor Hange Zoë akan menggantikanku. Jadi jangan menyusahkan mahasiswaku, Kacamata Sialan."

"Tidak sopan! Aku kan dosen, mana mungkin merepotkan mereka," respon Hange sambil berkacak pinggang.

"Kalian semua cukup membersihkan vila seperti biasa. Sisanya kalian punya waktu bebas sampai besok. Lusa kita lanjutkan penelitian sesuai jadwal—" Levi menyadari pikiran bocah itu berada di tempat lain, namun mata hijaunya menatap ke depan. "Oi Jeager. Kau dengar penjelasanku?"

Kado dari Eren, Persembahan untuk LeviWhere stories live. Discover now