1]. *Destiny*

47 1 0
                                    

Salma hari ini tidak berniat sama sekali untuk beraktivitas. Badannya lemas, ia pusing, hingga rela bolos kerja.

Dengan kepayahan, karena berada sendirian di rumah, ia mencoba membawa dirinya sendiri dengan kondisi seperti ini ke rumah sakit, karena ia juga tidak sempat makeup, jadi ia memakai masker.

Ia memilih berangkat sendiri karena Salma tidak berniat menggangu Jimin, pacarnya, ataupun mama yang ia sayangi, yang sudah menjanda.

Menunggu untuk gilirannya untuk di panggil, Salma hanya sibuk dengan telepon genggam yang ia gunakan untuk melihat memori-memorinya bersama jimin dan mama di galeri.

Akhir-akhir ini Jimin sangat sibuk, itu membuat Salma merasa kesal, tetapi setiap ego nya muncul seperti itu ia langsung menepisnya, ia harus mengerti keadaan Jimin sebagai penerus usaha properti.

Di sisi lain Salma juga merasa bersyukur memiliki Jimin yang sudah selama 8 tahun selalu bersamanya sejak sekolah SMA. Dan pikiran itu menjadikan dia senyum-senyum sendiri di tengah pasien lain yang juga menunggu giliran. Agak gila memang.

Jimin yang populer, pintar, baik, konyol, lucu , imut, seksi, terkadang pikirannya sangat bijak dan dewasa, tapi lebih sering berpikiran jorok ini telah Salma kenal sangat dalam, sedalam ia mengetahui celana dalam kesukaan Jimin yang bergambar beruang.

"Pasien dengan nomer 15 dipersilahkan masuk untuk menemui Dr. Jeon." Suara pengumuman terdengar Jelas, menyadarkan Salma dari segala lamunannya, sekarang adalah urutannya.

Sesuai perintah, ia dengan perlahan membuka pintu ruang dokter.

"Selamat sore, silahkan duduk." Ucap dokter lelaki yang duduk di bangkunya menatap kehadiran Salma.

Salma menuruti dan ia dapat melihat dokter tersebut terus tersenyum sepanjang perjalanannya untuk duduk.

Dokter yang ada di depannya sekarang memang bukan main, bukan wajah normal, dia cenderung ganteng dan imut, tentu saja semua hal tentang wajah yang ia ketahui adalah hasil pengajaran Jimin, Jimin itu orang yang sering menilai orang secara langsung dan terbuka, dia apa adanya, Jika Jimin sedang jalan berdua dengan Salma, tidak terhitung berapa banyak jimin mengatakan
'sal sal liat deh orang itu' semacamnya lalu ia 'eh dia ganteng' 'masa yang itu bulu matanya lentik banget'.

Jika kebanyakan wanita akan luluh dengan senyum dokter ganteng seperti ini, tetapi beda dengan Salma ia sudah kebal, mengingat berbagai macam jenis wajah lelaki yang menggilainya dulu sampai sekarang.

"Apa yang anda keluhkan Mrs?"

"Aku ngerasa pusing, badan lemes, perut gak enak, gitu aja sih dok."

"Ini terlihat seperti anda kekurangan waktu istirahat, mata nya sampai hitam begitu pasti kurang tidur ya?"

"Iya karena tugas kerja aku tidak banyak tidur akhir-akhir ini."

"Tapi daripada menyangka-nyangka, lebih baik kita periksa terlebih dahulu kan, mari." Dokter tersebut tersenyum lalu bangkit dan mengajak Salma menuju tempat tidur pemeriksaan.

Salma telah berbaring, dan Dr. Jeon menyiapkan stetoskop serta alat pemeriksaan lainnya.

"Karena akan diperiksa, bisa lepas masker anda terlebih dahulu?."

Tanpa menjawab, Salma membuka masker yang menutupi wajahnya.

Dokter itu memasang ekspresi kaget saat melihat wajah Salma, dagunya jatuh, wajah keheranan, masih dengan stetoskop yang ingin ia gunakan kepada pasiennya.

"Dok?"

"Dok!?"

"Dokter!!?"

Dr. Jeon tampak seperti orang kebingungan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 03, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fetus | Jeon JungkookWhere stories live. Discover now