PROLOG

904 18 1
                                    

Aku menuruni tanggga dengan pelan sambil sesekali bersenandung kecil. Suasana pagi hari sangat lengkap terasa dengan kehadiran seseorang laki-laki yang sedang memasak di dapur rumahku.

Aku berlari kecil menuju ke arahnya, memeluknya dari belakang sambil mencium punggungnya yang ditutupi oleh sweater rajut berwarna hitam.

"Good Morning.." Bisikku dengan pelan di telinganya.

Ia memindahkan makanan yang ada di penggorengan di 2 piring putih yang bertuliskan 'love' di pinggir piring-piring kaca itu.

Ia menoleh ke arahku lalu tersenyum. Senyum yang selalu ia berikan padaku 2 tahun ini. Senyum indah nan menggoda yang selalu ia pancarkan.

" Good morning, Sayang." Bisiknya padaku lalu  mencium bibrku dengan perlahan.

"Sudah." Ucapku menahan bibirnya.

Aku mengambil 2 piring putih berisi nasi goreng dan membawa mereka ke atas meja makan kaca yang berada di tengah- tengah ruangan.

Ia mengikutiku dari belakang lalu duduk di sebelahku. "Cantik seperti biasanya." Ucapnya sambil menuangkan air putih ke dalam gelas minumnya.

Aku tertawa kecil, "Siapa yang cantik?" Tanyaku.

Ia hanya diam tanpa menjawab pertanyaanku, kami makan seperti bisanya, tanpa berbicara. Kami menikmati setiap detik yang kami lalui bersama. Walaupun kami diam, sebenarnya hati kami sedang berkomunikasi satu sama lain.

Beberapa menit berlalu, tangannya mengusap paha kananku. "Kamu Sandra. Kamu cantik seperti biasanya." Ucapnya sambil mengusap pahaku.

Aku tertawa. "Aku tahu itu, kamu sering katakan itu padaku." Ucapku sambil menggenggam tangannya yang tadi mengusap pahaku.

Handphonenya berdering. Kulihat jam dinding di dekat televisi. Pukul 9 pagi. Aku menaruh sendok dan garpuku sementara ia mengangkat handphonenya yang berdering.

"Halo? aku sudah di airport, sayang." Ucapnya. Aku hanya memandanginya sambil tersenyum.

Ia mematikan panggilan. Waktunya ia kembali pada pasangannya. Aku berdiri setelah ia mematikan handphonenya, aku  mencium singkat bibirnya.

"Akan ku bantu membereskan barangmu." Ucapku.

Ia mengangguk setuju. Kami menatap mata satu sama lain selama beberapa detik lalu aku langsung berjalan pergi menaiki tangga menuju ke kamar utama.

Seperti biasanya, waktuku hanya 2 hari dengannya karena aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah wanita yang ada padanya pada hari sabtu dan minggu. Aku jelas bukan istrinya, aku bukanlah orang penting yang berpengaruh dalam hidupnya.

Aku hanyalah benalu yang berada di tengah harmonisnya suatu hubungan rumah tangga.

Aku Bukanlah Wanita PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang