27

33 1 0
                                    

Kami melangkah mundur ketika suara memekik itu terdengar jelas dan cukup dekat dari posisi kami. Aku menatap mayat yang terjepit itu dan ternyata itulah sumber suaranya. Makhluk itu meliuk-liuk tak tentu arah dengan tubuhnya yang hampir terbagi dua. Mencakar-cakar kaca tebal yang menghalangi kami dengan makhluk sialan di dalam MCC.

"Aku tidak pernah berpikir bahwa ini adalah tanda yang bagus."

Pekikkan lain muncul dari jembatan penghubung dua gedung utama MCC yang tepat berada di atas kami. Sedikit beruntung karena jembatan itu memiliki perlindungan yang kuat karena kaca tebal dan terhalang oleh besi yang sudah berkarat. Jadi makhluk apapun itu yang berada di jembatan pengubung tidak akan bisa melihat kami.

"Holy crap. Kita harus segera pergi dari tempat ini."

Arisa memimpin jalan dan berlari cukup gesit. Aku membiarkan Misa dan Keita berlari di depanku agar aku bisa memerhatikan mereka. Mencoba untuk bertanggung jawab karena aku secara tidak langsung adalah orang yang mengajak mereka ke dalam misi berbahaya ini. Walaupun mungkin saja kami akan mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan Ayah saat ini atau sedikitnya mengenai anti-virus ini. Bahkan bisa saja kami mendapatkan jawaban mengenai obat NKM yang selalu kami temukan ketika ada ledakan dan tersebarnya makhluk itu.

Geraman terdengar di salah satu kelokan menuju gerbang keluar. Aku segera menyusul Misa dan Keita sembari mengeluarkan katana yang berada di punggungku hingga akhirnya Arisa mengerti apa yang aku rencanakan. Ia mengeluarkan pedang dari ikatannya lalu tanpa memperlambat langkahnya, ia segera berlari dengan kecepatan penuh hingga aku kepayahan untuk mengejar langkah-langkah lebarnya.

Dua langkah kemudian aku bisa melihat tiga makhluk yang berjalan sempoyongan dan terlihat sangat berat. Saling bertindihan untuk mencapai posisi kami. Tanpa mengeluarkan suara, Arisa menebaskan pedangnya pada salah satu dari mereka. Kepala yang kini terlepas dari tubuh itu terpelanting cukup jauh, hanya menyisakan tubuh yang berdiri gontai. Aku berlari lebih cepat dan mencapai dua makhluk yang kini terlihat lebih agresif dari sebelumnya. Menghempaskan mereka dan berputar untuk mendapatkan tenaga yang lebih kuat hingga akhirnya bilah katana ku membelah dua leher dalam sekali tebas. Aku kembali menebaskan katana ku di udara untuk menghilangkan gumpalan darah hitam lengket yang menempel dan cukup menjijikkan.

"Training mu di Fukkatsu ternyata ada hasilnya." Arisa menyentuh bahu ku dan kembali menempatkan pedangnya kedalam ikatan.

Aku hanya melemparkan senyum miring dan dengan gerakan cepat segera menaruh katana ku ke tempatnya. Kami menyadari jika Keita dan Misa berdiri dengan bola mata mereka yang seakan-akan bisa lepas dari tempat yang seharusnya.

"Kita harus bergegas, kita tidak tahu apa yang bisa makhluk itu lakukan jika di malam hari."

Cukup membayahakan sepertinya, maka aku kembali mengangguk. Dari tempat kami berdiri, kami bisa melihat pagar besi yang menghalangi kami dengan sungai yang cukup kotor namun masih bisa dimaklumi.

"Kita akan memanjat pagar itu—" aku terdiam sejenak dan melihat hologram dari smartwatch, memastikan jika tidak ada makhluk itu di dekat kami, "dan kita akan berjalan melalui sungai itu."

Misa menjadi skeptis mendengar hal itu. Aku tahu ia mengkhawatirkan dengan adanya kemungkinan bahwa makhluk itu ada di dalam air. Kami semua memikirkan hal itu, namun itu adalah jalan yang cukup aman untuk saat ini.

"Pastikan semua senjata yang kalian bawa dari Fukkatsu terbebas dari genangan air. Sungai itu tidak cukup dalam, tenang saja."

Aku mengamankan keberadaan senjata api milik Fukkatsu dan segera memanjat pagar yang cukup tinggi. Dengan ketinggian seperti itu, aku bahkan meragukan akan adanya makhluk menjijikkan di sungai ini. Katakanlah aku seorang yang naif, namun itu akan membawa kami ke tempat tujuan lebih cepat tanpa harus berkelok-kelok.

REACT | Mystery Behind the ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang