Chapter 10

6.8K 257 40
                                    


Tidurku terganggu, sesuatu yang lembut dan basah menyusuri wajahku, membuatku geli. Aku mengerang, siapa saja yang menggangguku aku mencoba mendorongnya menjauh.

"Maria.. aku masih mengantuk." Kataku dan mencoba mendorongnya lagi karna sesuatu yang lembut dan basah itu tidak mau pergi dari wajahku.

"Engghhhh..." aku mencoba membuka mataku perlahan, jujur saja mataku sangat mengantuk. Dan aku tidak suka diganggu disaat aku masih sangat-sangat mengantuk. Saat aku membuka mata, sesuatu yang basah yang kurasa adalah bibir sesorang turun menuju leherku dan hanya rambut yang aku lihat. Yang aku ketahui itu rambut pendek hitam milik Bian. Aku sedikit kaget, bertanya-tanya kenapa Bian ada dikamar Maria dan kemana Maria pergi? Bian tengah mencuimi dan menghisap leherku. Membuatku mengerang karna sedikit sakit disana.

"Bi.. ahhh.." Bian menghisap putingku membuatku mendesah sebelum selesai menyebut namanya. Entah kemana Bian membawa bajuku, sekarang yang tersisa pada tubuh bagian atasku hanyalah bra. Aku mencoba menariknya tapi aku kalah kuat. Dia masih disana dengan kegiatannya.

"Bi..an.. engghhh.. kenapa.. kau.. bisa .. disini?" butuh perjuangan untuk bertanya padanya tanpa mendesah dengan apa yang dibuatnya sekarang. Rasa kantukku jadi hilang gara-gara Bian. Bian tidak menjawab pertanyaanku dan masih tetap melancarkan aksinya, membuat tanda merah di leher dan dadaku. Aku mencoba mengangkat kepalanya dengan kedua tanganku tapi Bian menangkap kedua tanganku dan menyatukannya diatas kepalaku menggunakan sebelah tangannya.

"Bian.. ayo bicara sebentar. Berhenti oke?" aku masih mencoba melepaskan diri dari kurungan Bian. Menggerakkan kaki dan tanganku. Tapi Bian menekan tangan dan kakiku, menguncinya agar aku tidak bisa berkutik sama sekali.

"Engghhh.. Bian aku mohon... jangan seperti ini. Sadarkan dirimu, ini diapartement Maria." Kataku mengingatkan Bian sedang dimana kita berada sekarang. Tanganku sakit akibat cengkraman Bian yang terlalu kuat. Mungkin akan berbekas merah disana. Bian menghentikan aksinya dan mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Matanya menatapku dengan tajam dan bergairah.

"Ayo kita pulang. Dan aku tidak menerima penolakan. Kau harus dihukum." Bian bangkit dari atas tubuhku, mengambilkan bajuku yang dia lempar entah kemana tadi dan memakaikannya kembali pada tubuhku. Aku hanya menurut daripada membuat Bian marah dan melakukan sesuatu padaku disini. Bukannya apa, jika Bian melakukan hal tadi dan berlanjut ke hal yang lain aku akan malu pada Maria. Masalahnya ini bukan di apartement Bian. Kami masih berada di aparement Maria.

Setelah aku membenahi diri dan mencuci wajah, aku menghampiri Bian yang sudah menungguku di ruang tamu. Disana sudah ada Maria dan Sam, tapi aku tidak melihat kehadiran Mike. Aku berjalan mendekat kearah mereka.

"Maria terimakasih dan maaf merepotkanmu. Aku pergi dulu."

"Kau sama sekali tidak merepotkan, aku senang kau disini. Kapan-kapan kesinilah lagi." Aku tersenyum kepada Maria.

"Kami pergi dulu, maaf merepotkan kalian." Bian tersenyum sambil menyalami Maria dan Sam untuk berpamitan.

"Tidak sama sekali Pak Bian." Sahut Sam sambil menjabat tangan Bian.

"Tolong jangan memanggil saya Bapak, ini bukan jam kerja. Santai saja dengan saya." Sam dan Maria mengangguk. Aku dan Bian berjalan meninggalkan apartement Maria. Bian membukakanku pintu penumpang, setelah aku sudah duduk disana Bian menutup pintunya dan mengisi kursi kemudi. Bian melajukan mobilnya dan meninggalkan kawasan apartement Maria menuju apartementnya.

Tidak ada pembicaraan antara kami. Aku juga sedang malas berbicara dengannya. Rasa kesalku masih belum reda pada Bian. Aku memilih menyandarkan kepalaku sambil melihat jendela disebelahku. Aku merasakan Bian menggenggam tanganku. Dan kurasakan basah bibirnya pada pergelangan tanganku. Aku menoleh dan dia masih menciumi pergelangan tanganku yang dia buat merah akibat cengkramannya.

Oh Gay , Look At Me Please 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang