Chapter 8

6.3K 256 9
                                    

maaf yang sedalam-dalamnya untuk para readers karna terlalu lama update. terimakasih telah setia menunggu ^^. happy reading ^^

--------------------------------------------------------------------------


Akhirnya setelah sedikit berdebat dengan Bunda, aku dan Bian memutuskan akan menikah 2 bulan lagi. Kami harus memberitahu Chris terlebih dahulu. Dia pasti akan sangat kecewa dan benci padaku. Dari awal saja dia sudah tidak menyukaiku. Sebenarnya aku tidak yakin pernikahanku dan Bian akan berjalan lancar. Firasat buruk terus menghantuiku, entah apa.

Pekerjaan Chris selesai lebih cepat. Hari ini dia tiba di Jakarta, dan Bian menjemputnya di bandara. Aku tidak berani ikut, aku serahkan semuanya pada Bian untuk dijelaskan. Aku tidak tau hubungan apa yang masih dimiliki Bian dan Chris. Sejak insiden obat perangsang itu Bian belum bisa bertemu dengan Chris karna kesibukan masing-masing. Dan yang kutau Chris belum mengetahui tentang insiden tersebut.

Siang ini aku makan bersama Maria di cafe dekat kantor. Sam tidak ikut sedangkan Bian belum kembali dari menjemput Chris di bandara dua jam yang lalu. Entah Bian sedang bicara dengan Chris atau apa aku tidak tau. Bian belum menghubungiku daritadi dan itu membuatku sedikit khawatir.

Setelah aku kembali keruanganku, aku mendapati Bian disana dengan wajah lebam. Aku segera menghampirinya yang sedang mengkompres pipinya menggunakan es.

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu babak belur begini?" tanyaku padanya.

"Aku berkelahi dengan Chris." Aku segera mengambil kotak P3K yang selalu berada dilaci meja kerjaku dan menghampiri Bian kembali. Duduk disamping Bian dan mulai membersihkan lukanya. Setelah itu memberikan salep memar pada lukanya.

Setelah selesai mengobati luka Bian, aku menutup kotak P3K dan menaruhnya pada meja yang berada didepan kami.

"Kenapa bisa jadi seperti ini?" tanyaku hati-hati saat kulihat Bian menyandarkan kepalanya pada sofa dan menutup wajahnya dengan sebelah tangan. Aku menunggunya dengan sabar saat kulihat Bian masih belum membuka bibirnya untuk menjawab pertanyaanku.

Aku menghela nafas panjang dan beranjak dari dudukku untuk menaruh kembali kotak P3K pada laci mejaku tapi tangan Bian menahan lenganku. Aku kembali duduk dan Bian mulai menatapku.

"Chris tidak terima dengan hubngan kita. Dan dia juga menentang keputusanku untuk menikah denganmu." Kata Bian tanpa aku bertanya lagi. Bian merebahkan kepalanya dipangkuanku dan memeluk pinggangku. Aku mengangkat tanganku untuk mengusap rambutnya, tapi aku mengurungkannya saat teringat kata-kata Bian barusan.

"Aku menceritakan tentang kejadian kau yang terjebak oleh si brengsek itu, dan aku takut kau kenapa-napa karna ada beberapa obat perangsang yang jika pemakai atau korbannya tidak dipuaskan akan berbahaya pada pemakainya. Sebelum aku selesai menceritakan semuanya, Chris sudah mulai emosi dan mulai menghajarku." Aku hanya diam dan membiarkan Bian melanjutkan ceritanya.

"Aku juga mengatakan pada Chris kalau aku ingin berubah menjadi normal. Tidak terus menjadi seorang gay dan ingin membahagiakan orang tuaku. Tapi Chris mengatakan itu hanya alasanku saja, dia mengatakan bahwa kaulah yang menjebakku..." Bian semakin mengeratkan pelukannya pada pinggangku dan membenamkan wajahnya pada perutku, sementara aku semakin membisu tidak bisa berkata apa-apa. Aku sangat mengerti kalau Chris sangat marah. Tapi aku tidak menyangka dia akan menghajar Bian sampai babak belur begini. Bagaimana kalau aku ada disana ikut dalam pembicaraan mereka? Mungkin aku sudah ada dirumah sakit saat ini, mengingat tempramen Chris yang buruk.

"Maafkan aku.." hanya itu yang bisa kukatakan setelah terdiam cukup lama. Mendengar suaraku, Bian mendongakkan wajahnya menatapku dengan alis mengernyit.

Oh Gay , Look At Me Please 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang