● Chapter 1 ● Spring Day ●

48 2 0
                                        

Min Yoongi berjalan santai diantara dinginnya malam, memainkan pemantik putihnya sembari tersenyum riang. Riang? Oh, senyum riang seorang Min Yoongi bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk dibahas.

"Hyung, aku tidak betah berjalan disampingmu jika kau terus terusan tersenyum seperti orang gila," Jungkook mendengus kesal, merasa dipermalukan.

"Demi rumah batu patrick, kau masih saja berbicara hal yang tidak penting, Jungkook." Yoongi memutar matanya malas, sembari berjalan dengan menghentakkan kakinya keras.

"Bilang saja kau ngambek, hyung. Sebenarnya ada berita menggembirakan apa hari ini? Bahkan kau rela tidak merokok hari ini." Jungkook melingkarkan tangannya dan menarik hyung kesayangannya untuk merapat, sedikit kedinginan.

"Dia menerima pernyataan cintaku, Jungkook." Jungkook melebarkan matanya, terkejut.

"Wah, kapan kau akan mengenalkan noona itu padaku, hyung?" Jungkook tertawa canggung, berusaha terlihat ikut bahagia.

"Entahlah. Dia kesulitan bertemu dengan orang baru, selalu menghilang tiba - tiba saat aku hendak mengenalkan dia pada kalian," Yoongi mengedikkan bahunya, tidak peduli. "Jika dia benar - benar jodohku, dia akan menikah denganku dan kalian akan tahu."

Hujan mulai turun. Si pucat mengeluh, mengingat tubuhnya yang rentan terhadap udara dingin. Yah, hujan saat pergantian musim adalah hal terburuk yang bisa Yoongi bayangkan sejauh ini. Tidak perlu dibayangkan pun, sudah terjadi di depan mata.

"Hyung, yang lainnya sudah menunggu, jadi sebaiknya kita cepat." Jungkook menarik tangan si lelaki pucat, membawanya berlari menembus hujan rintik - rintik.

"Kau menyiapkan hadiah?"

Jungkook mengangguk pelan, tersenyum. "Aku menyiapkan milik kita, jadi tidak perlu khawatir."

Yoongi mengangguk ringan, tangannya terulur membuka pintu rumah kayu minimalis didepannya, berjalan beriringan menelusuri lorong gelap. Membuka pintu sekali lagi, dan silau lampu ruangan membuat mata sayunya terpejam beberapa menit. Sapaan hangat menyambutnya lembut.

"Heh, kukira kalian takkan datang."

"Sungguh, aku merindukan kalian, bagaimana bisa aku tidak datang?"

"Bagaimana dengan rotinya?" Hoseok berjalan sembari membawa snack favoritnya, berusaha menjauhkannya dari jangkauan tangan Taehyung.

"Hyung," Taehyung memutar bola matanya, jengah. "Berbagilah denganku."

"Jimin yang akan membawanya,"

"Oh, aku yakin si bantet ini akan memakannya sendirian nanti." Jimin menatap sahabatnya, menaikkan sebelah alisnya - oh, sungguh kenapa mereka tidak pernah bosan membahas tinggi badan?

Yoongi memainkan ponselnya sembari tersenyum kecil. "Yoongi, senyummu mengerikan." Jin membawa setumpuk kentang goreng hangat dan menampik pelan tangan Jungkook yang hendak meraih - "sikat gigi dulu, anak - anak."

"Aku ingin sikat gigi." Yoongi berjalan pelan menuju kamar mandi, diikuti Hoseok dibelakangnya. "Karena kita akan makan banyak hari ini, kurasa sikat gigi adalah ide bagus."

Yoongi mengambil sikat gigi berwarna merah di wastafel, menyikat giginya tanpa suara. Hoseok yang notabene bukan anak pendiam, tangannya gatal ingin menggoda si pucat disampingnya - tapi belum siap dengan konsekuensi yang akan diterimanya.

"Hyung."

"Hmm."

"Apakah kita -"

"Selesaikan sikat gigimu, Nak."

Hoseok mendengus kesal, tangannya menatap busa ditangannya dan mengusapkannya di pipi si pucat. Dan bisa ditebak apa yang terjadi selanjut-

"Aaaaarghhh maaf maaf tidak akan kuulangi lagi!"

"Jelaskan padaku kenapa kita harus menunggunya diluar." Yoongi meminum susu full-cream nya dengan rakus, sedikit jengah ketika ia didorong paksa keluar rumah hanya untuk menunggu kedatangan seseorang.

"Mungkin mereka ingin kita mengabari mereka jika dia sudah datang," Hoseok memakan serealnya, berusaha menampik tangan Yoongi yang berdatangan ke arahnya.

"Dengan cara? Asal kau tahu ponselku di dalam sana," mendengus kesal, si pucat menerawang jauh ke depan.

"Mungkin mereka tidak ingin kita mengacaukan rencana ini."

"Mungkin yang benar, mereka tidak ingin kau menghancurkan pesta ini, kuda."

"Jangan terlalu senang dengan -" Adu argumen itu terpaksa terhenti ketika seorang pria tinggi berjalan dengan santainya menembus gerimis - tersenyum kasual sembari berjalan masuk.

"Kalian tidak masuk? Udara di luar sangat dingin,"

"Hah, dingin sekali, sih." Namjoon mengeratkan jaketnya sembari menggerakkan kakinya tergesa - gesa. "Sungguh, aku ingin segera pulang dan bergelung dengan selimut tebalku."

Namjoon menyipitkan matanya saat melihat kedua temannya sedang berargumen ria di teras depan - "Tiada hari tanpa bertengkar, huh?"

Namjoon berjalan cepat, berlari kecil kearah rumah kayu minimalis di depannya. Tersenyum kearah dua temannya yang masih asik bertengkar, dan masuk ke dalam sembari meregangkan tubuh lelahnya.

Hampir memasuki lorong yang gelap, ia melangkah mundur sembari menggosokkan kedua tangannya, berusaha mencari kehangatan. "Kalian tidak masuk? Udara di luar sangat dingin,"

"Kami mengikutimu."

"SELAMAT ULANG TAHUN!"

Namjoon terdiam, menatap teman - temannya dengan tatapan tidak percaya. Terlihat si bantet yang sedang berlari membawa kue cream putih dan melompat tinggi - oh tidak - Namjoon memejamkan matanya dan menunggu.

"Ya tuhan, Jimin. Lemparanmu meleset." Jimin menutup mulutnya, menahan tawa. "Tepat sasaran."

Wah, doakan Jimin selamat - karena putri salju kita sedang menahan amarahnya sekarang.

Namjoon tersenyum lega, setidaknya ia tidak perlu mandi di malam yang dingin ini. Tangannya merangkul pundak Yoongi yang wajahnya tengah memerah - tentu saja.

"Basuh muka dan rambutmu - Jimin, bantu dia." Jimin meringis, takut membayangkan akibat dari keusilannya yang tentu saja - bagi Yoongi - sudah kelewat batas. Semua keusilan teman - temannya memang selalu kelewat batas, dalam opini Yoongi.

"Berapa uang yang kalian habiskan untuk ini?"

"Tentu saja tidak sedikit," Taehyung tersenyum penuh kemenangan begitu ia berhasil merebut segenggam snack kesukaan Hoseok. "Tapi berkat Jin hyung, kami bisa menekan beberapa pengeluaran dengan baik dan makan banyak hari ini."

Dan mau tidak mau, Namjoon tersenyum senang sepanjang malam dan berlarian kesana kemari dengan mulut penuh kentang goreng yang hangat. Sehangat hatinya, jika kalian ingin tahu.

"Ketempat biasa?"

Post : 19-1-2017

ButterflyWhere stories live. Discover now