18. Kangen

9.1K 1K 36
                                    

"Papi," panggil Prilly.

"Iya, ada apa?"

"Papi tau gak? Hari ini hari apa?" tanya Prilly sumringah.

Dion menutup koran yang dia baca, pria itu menyesap kopi buatan Prilly lalu menoleh pada anaknya.

"Hari ini 'kan hari Minggu, masa anak Papi lupa?"

Prilly berdecak kesal, "Bukan itu Papi, Papi baru aku tinggal 2 tahun aja udah nyebelin!"

Dion tertawa lalu merengkuh Prilly ke pelukannya, 2 tahun yang Dion memutuskan untuk mengirim Prilly ke London agar Prilly bisa berkuliah di universitas impiannya yaitu Oxford University.

Bertepatan ada Felia dan Roni disana, sekalian melepas rindu. Prilly juga telah lulus dengan nilai yang sempurna. Hal itu membuat semuanya bangga.

"Happy birthday kesayangan Papi, panjang umur dan sehat selalu. Semoga kamu bisa membanggakan keluarga kita," ucap Dion.

"Thank you so much! Prilly sayang Papi,"

Dion melepas pelukannya lalu mengacak rambut Prilly gemas, "Sebagai perayaan ulang tahun kamu yang ke-20, Papi mau ajak kamu liburan"

"Kemana?" tanya Prilly antusias.

"Kamu minta kemana?"

Prilly mengerucutkan bibirnya, pertanda bahwa tidak tau. Gadis itu menatap Papinya seolah mengatakan 'terserah'.

"Loh, harus kamu dong yang ngasih tau tujuan kita pergi. Spesial untuk merayakan ulang tahun kamu yang ke-20,"

Prilly menggaruk pelipisnya yang tidak gatal lalu menatap sang Papi, "Eropa? Boleh?"

"Boleh gak ya?"

Prilly menatap Dion dengan tatapan memohon, "Papi ganteng deh, baik hati, gak sombong lagi. Boleh ya?"

"Iya, Papi kabarin deh kalau kita kesana. Papi atur jadwal dulu,"

"Yeeee, makasih Papi"

"Sama-sama. Kamu ke kamar dulu gih, istirahat" ucap Dion.

"Sip, oke Papi"

Prilly mencium pipi Dion lalu bergegas ke kamarnya. Gadis itu bersorak senang karena sebentar lagi dia akan liburan ke Eropa.

•••

Pria berjas hitam itu bangkit dari kursi kebesarannya, pria tampan itu melepas kacamata miliknya lalu membersihkan berkas-berkas yang ada di mejanya.

"Permisi Pak Ali, ada tuan Adit di depan" ucap Indira - sekertarisnya -

Ya, pria tampan itu adalah Radifan Ali Syarief yang kini menjabat sebagai CEO di Syarief Corp. Di usianya yang masih 21 tahun, Ali sudah terkenal karena hasil kerjanya.

"Suruh dia masuk,"

Indira menundukkan kepalanya sopan lalu menyuruh pria bernama Adit itu masuk.

"Hello, bro! Udah lama gak ketemu" ucap Adit.

"Hai, Dit"

Aditya Johnes adalah teman Ali semasa kuliah dulu, Adit dan Ali dikenal sebagai sahabat.

"Apa kabar nih?"

"Baik, lo sendiri?"

"Baik juga, Li, gue kesini mau ngasih ini"

Ali meletakkan 2 cangkir kopi di meja lalu duduk di sebelah Adit. "Apa?"

Tak lama, Adit menyerahkan sebuah kotak berwarna putih dengan aksen ungu yang dibentuk dengan ukiran. Ali membuka kotak tersebut yang ternyata berisis undangan.

"Jadi nikah sama Anya? Katanya gak mau"

Adit terkekeh geli, "Gue udah lama suka sama Anya,"

"Gengsi-an lo,"

Adit melirik Ali yang terlihat memikirkan sesuatu, "Mikirin apa?"

Ali menggeleng pelan lalu mengusap rambutnya kebelakang, "Gue sama Prilly udah lost contact. 2 tahun"

Adit menatap Ali, "Kok bisa? Kenapa lo gak cari Li?"

"Gue udah cari kemana-mana dan hasilnya sama aja, gak ketemu,"

Adit menatap Ali lagi, temannya itu berbeda dengan yang dulu. Ali sedikit lebih kurus dan rambut halus mulai tumbuh di sekitar rahangnya.

"Lo cari dia terus lah, jangan nyerah" ucap Adit.

Ali tak menjawab, pria itu memainkan bulpoin yang ada di depannya dengan pandangan tak menentu.

Helaan nafas juga terdengar sangat jelas, setelah Adit pamit, Ali mengeluarkan iPhone-nya dari dalam saku. Membuka galeri lalu tersenyum kecil.

Foto terakhirnya bersama Prilly, Prilly yang sedang memakan es krim dalam pelukannya sedangkan Ali membawa sebuah boneka besar berwarna coklat.

Aku kangen kamu, Pril.

•••

Malam ini di New York.

Prilly menikmati secangkir coklat panas sambil duduk di tepi ranjang. Gadis itu mengenakan sweater berwarna merah dengan aksen natal yang di beli di London setahun lalu.

Lagu Too Good At Goodbye - Sam Smith menjadi pilihan Prilly. Pikirannya menerawang pada 2 tahun yang lalu. Ali yang selalu mengisi harinya kini tiada.

Pintu terbuka menampakkan wujud Dion yang berjalan mendekat sambil membawa sebuah bingkisan berwarna coklat.

"Itu apa, Pi?"

"Kado dari Ali," ucap Dion enteng.

Prilly mengernyit, "Ali disini, Pi?"

Dion terkekeh kecil lalu mengusap puncak kepala Prilly pelan. "Enggak lah, dia udah nitipin ini dari dulu"

Prilly mengangguk paham lalu meraih kotak itu, kotak itu masih rapi bertanda kalau sang Papi menjaganya dengan baik.

"Besok aja di buka, tidur sana. Udah malam,"

"Iya,"

Dion mencium kening dan pipi Prilly lalu beranjak keluar dari kamar anaknya. Sementara Prilly menyimpan kotak itu dinakas lalu merebahkan tubuhnya di ranjang.

Selamat malam Li, makasih kadonya.




Holaaaaaaaa.

Aku kembek egen. Duh makin gerah bodi gerah hati nih. Makin banyak yang bilang kalau 'official'. Apalagi setelah postingan Prilly. Huffft.

Keep strong APL. Kalau gue yang ngatur takdir, udah gue satuin mereka dari dulu.

#keepstrongAPL

2U ✔Where stories live. Discover now