[SPECIAL] Thank You

25 2 7
                                    

Thank You *

Levi Ackerman ~

~ Nara Kaur ~

"Terima kasih untuk segalanya."

.

.

HAL apa yang ada di dunia ini yang dapat membahagiakanku selain dari kehadiran seorang wanita yang kucintai? Tidak ada. Selama satu tahun lebih kami menjalin hubungan, ada suatu hal yang tidak pernah dia ketahui. Dan hal itu tidak lain adalah penyakit yang kuderitai selama ini.

Tanpa sepengetahuannya, selama ini aku mengidap kanker otak dan batas hidupku telah divonis oleh dokter. Bulan Desember ini adalah bulan terakhir aku dapat melihat segala hal yang ada didunia ini, termasuk dengan dirinya. Bohong kalau aku tidak merasa semua ini begitu tidak adil. Begitu juga dengan nasib adik-adikku yang telah pergi meninggalkanku karena mengalami penyakit yang sama, sampai saat ini aku bahkan tidak dapat menghilangkan rasa kesalku atas kematian mereka. Namun ada satu hal yang membuatku merasa senang saat ini yaitu tidak lama lagi aku akan bertemu dengan mereka.

Tentunya sebelum pergi untuk menemui mereka yang saat ini sudah pasti berada di surga, masih ada satu hal yang harus kulakukan di dunia ini. Sekarang aku sedang berada di suatu tempat dimana pada tempat ini aku telah mengawali dan akan mengakhiri sebuah hubungan. Dalam malam yang dipenuhi dengan lebatnya salju, aku menunggu kehadiran seorang wanita yang telah menjalin hubungan asmara bersamaku selama setahun lebih. Memang tidak mudah untuk untuk mengakhiri hubungan ini begitu saja, apalagi setelah nantinya ia akan mendapatkan kabar tentang kematianku. Membayangkan bagaimana reaksinya ketika dia mengetahui tentang hal itu saja aku tidak sanggup, bagaimana bisa aku memberitahunya tentang penyakit yang kuderitai ini? Akan lebih baik untuk menyembunyikannya hingga akhirnya dia akan tahu sendirinya.

Kemudian tak lama setelah itu, pandanganku terhenti pada sosok wanita tak asing yang tengah berjalan menghampiriku dengan senyuman manis yang terpatri pada kedua bibir merahnya. Segera aku berdiri dari tempat duduk; berikannya tatapan hangat serta senyuman tipis sembari terlentangkan kedua tangan; bersiap untuk menyambutnya masuk ke dalam pelukan. Saat itu dia terlihat berlari kecil ke arahku lalu langsung memelukku dengan erat. Salah satu tangan kini dilingkarkan disekitar pinggangnya sedangkan yang lain berada di atas kepalanya; mengelus rambutnya dengan lembut.

"Apa kau merindukanku?" tanyaku kepadanya.

"Tentu saja, aku bahkan tidak keluar di malam hari karena terus-terusan memikirkanmu. Kemana saja kau selama ini?" jawabnya.

"Benarkah? Ada masalah pekerjaan. Bukannya aku sudah bilang kepadamu?"

Sungguh, kenapa aku bisa jatuh cinta kepada wanita yang begitu pandai berakting dan berbohong sepertinya? Pada saat di perjalanan menuju rumah sakit untuk dirawat disana selama seminggu, aku melihatnya tengah berjalan bersama dengan pria lain. Dia tersenyum dan tertawa bersama bahkan mereka berdua juga saling berpegangan tangan. Tentu dia tidak tahu kalau aku melihatnya pada malam hari itu, maka dari itulah dia berkata seperti itu tadi. Dia masih mengira kalau aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu, dan bagiku itu tidaklah masalah. Karena kalau seperti itu akan jauh lebih baik lagi karena dapat melihatnya bahagia bersama dengan orang lain meskipun tetap hal itu sama sekali tidak dapat kuterima.

"Ya, aku tahu kau bilang ada pekerjaan. Tapi kenapa kita sama sekali tidak ada komunikasi?"

"Aku terlalu sibuk seminggu yang lalu dan tidak ada waktu lagi. Kau pasti juga sibuk 'kan?"

"Ya, aku sibuk memikirkanmu."

"Terserah."

Aku pun melepas pelukan dan membawanya untuk duduk di tempatku menunggunya tadi. Salah satu tanganku kini menggenggam tangannya dengan erat. Aku memberikannya tatapan yang serius kali ini, ketika melihatnya dia sedikit memiringkan kepalanya dan masih tersenyum ke arahku.

"Nara," kini namanya kupanggil.

"Iya?"

"Aku mencintaimu."

Detik selanjutnya kedua mata langsung dipejamkan seraya dekatkan jarak antara wajah hingga kening serta hidung saling dipertemukan. Tanpa membuang waktu yang lama aku langsung mengecup bibirnya dan memberikan kesan manis serta perasaan yang dalam melalui ciuman tersebut. Setelah ciuman singkat itu pandangan kami kini kembali dipertemukan, kedua dari kami saling memberikan senyuman khas masing-masing. Dengan tangan yang masih saling berbagi kehangatan, sebelum berucap aku menghela nafas kemudian eratkan genggaman tangan. Ketika aku hendak membuka mulut tiba-tiba saja Nara berbicara terlebih dahulu; buatku terdiam ketika mendengarnya.

"Aku juga mencintaimu, Levi."

"..Aku tahu, Nara. Tapi aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi."

"Apa?"

Segera saat itu kulepaskan genggaman tanganku darinya; menghilangkan senyuman serta mengalihkan pandangan darinya. Kemudian aku bangkit dari tempat duduk; membelakanginya dan bersiap untuk meninggalkannya seorang diri. Menurutku ini adalah cara yang terbaik untuk mengakhiri hubungan bersama dengannya, meskipun aku akan terlihat sangat egois--tidak. Dari awal aku memang egois, aku sadar akan hal itu. Dan aku sama sekali tidak menyesal melakukannya, justru aku akan sangat menyesal apabila terus melanjutkan hubungan dengannya meski waktuku hanya tersisa sedikit lagi. Lalu tanpa sedikitpun membiarkannya berbicara lebih banyak, aku langsung pergi dari tempat itu dan meninggalkannya seorang diri.

∞●∞

SEDIH adalah kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan bagaimana perasaan seorang wanita bernama Nara Kaur itu saat ini. Mendapatkan berita tentang kematian pria yang dicintai pagi tadi saja sudah membuatnya sangat terpukul, dan saat ini dia sedang dihadapkan dengan kuburan mendiang sang pria, Levi Ackerman. Bagaimana bisa selama ini pria itu bersikap sangat egois dan meninggalkannya begitu saja? Sampai saat ini Nara tidak dapat menemukan jawaban akan pertanyaan itu.

Tangisan yang sedari tadi tak dapat berhenti dan hanya semakin banyak keluar membuat sang wanita tak sanggup lagi untuk berdiri. Kini ia duduk tepat disamping batu nisan yang terukir nama Levi disana. Tidak ada kata-kata lain selain ucapan 'terima kasih' juga 'maaf' yang dapat dikatakan oleh Nara. Bagaimanapun juga tentu dia masih merasa tidak rela dengan perginya sang pria dari sisinya. Meski sudah diputuskan sehari sebelum kepergiannya, perasaan tak rela juga tidak terima dengan semuanya tentu masih dirasakan. Namun tentu rasa sedih seperti ini akan segera menghilang karena dia pastinya akan berusaha untuk tetap bahagia selagi hidup di dunia ini. Nara juga yakin kalau Levi sangat menginginkannya untuk tetap berbahagia meski harus berpindah hati kepada orang lain.

.

.

"Terima kasih juga karena telah hadir di dalam hidupku. Dan maafkan aku atas segalanya, Nara. Kuharap kau akan terus bahagia."

E N D

Gatau lagi harus ngomong apa, menurut gua cerita ini gaje dan ooc sangat. Tapi semoga qm suka ya nar, maaf kalo kurang memuaskan. Dan maaf lagi karena ini telat dua hari. Dah itu aja bye.

My updates, 22 /12 / 2017

HBD,  narariany.

Dedicated To YouWhere stories live. Discover now