PROLOG

131 44 17
                                        

This part written by lowhornsz

Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca.

HAPPY READING:)

•••

Seorang lelaki sedang menyisir rambut basah berwarna coklat madu yan memiliki panjang sepinggang.

Sementara sang gadis sedang memoles bedak tabur bayi padawajahnya.

"Sher, udah rapi nih. Mana hair- dryer nya?" tanya lelaki itu, ia meletakkan sisir merah jambu di atas meja rias.


"Itu di laci kedua." Travis mengangguk, lalu mengambil hair-dryer itu dari laci yang sudah disebutkan oleh Sheryl.

Setelah menemukan benda pengering rambut itu, Travis pun mencolokkan kabelnya.

Dua menit menunggu, akhirnya ia mengeringkan rambut Sheryl dengan bantuan benda elektronik berwarna hitam dengan aksen merah jambu.

"Vis, udah kering kok rambut gue." Travis mengganguk, Sheryl membalikkan badannya. Mulut Sheryl terbuka, ia bertanya "Gimana?"

"Beautiful, as always." senyum manis terukir di bibir Travis. Lelaki berusia tujuh belas tahun itu mengulurkan tangan, menunggu digandeng oleh Sheryl.

Dan Sheryl menggandeng tangan Travis. Mengajak Travis keluar dari kamar miliknya. Orang tuanya sedang berada di luar kota, seperti biasa untuk urusan pekerjaan.

Travis meneyerahkan helm berwarna merah jambu, warna favorite Sheryl. Dengan suka cita Sheryl menerimanya.

"Pake, gue gak mau rambut lo berantakan." ujar Travis yang sudah duduk di atas motor matic berwarna hitamnya.

Sheryl memakai helm itu, lalu mengikuti Travis yang sudah duduk di motor.

Sebelum lima belas menit, motor matic yang dikendarai Travis parkir di salah satu cafe. Sheryl turun dari motor lalu menyerahkan helm nya lada Travis yang ia simpan di penyimpanan helm.

Travis kembali menggenggam tangan Sheryl lalu masuk ke cafe. Seperti biasa Travis dan Sheryl memilih duduk di pojok, dekat kaca agar mereka bisa melihat hiruk pikuk jalanan ibukota.

Tak lama pelayan mengahampiri mereka, "Mau pesan apa mbak, mas?"

"Kayak biasa ya mbak." ujar Travis. Mereka sudah terbiasa mengunjugi cafe ini, sehingga pelayannya tahu apa menu favorite mereka berdua.

"Oke, kayak biasa ya." ucapnya memastikan, yang diangguki oleh Travis dan Sheryl.

Pada malam minggu seperti ini, cafe ramai dengan orang berpasangan yang mengunjungi cafe ini. Cocok buat nongkrok. Ya kecuali Travis dan Sheryl. Mereka berpasangan, tapi sebagai sepasang sahabat.

Tarvis mendengus mendapati fakta itu. Kedua manik hitamnya memerhatikan Sheryl dengan serius. Sheryl risih, tentu saja. Ia sedikit malu, walaupun sudah sering dilakukan sahabat lelakinya itu.

"Avis, kenapa merhatiin Eryl gitu? Rambut Eryl jelek? Atau kenapa?!" tanya Sheryl dengan nada manja yang menggemaskan di mata Travis.

Travis malah terkekeh mendengar pertanyaan Sheryl, yang menbut gadis itu semakin memajukan bibirnya.

"Lo cantik, Ryl." ucapnya datar, tetapi masih terkekeh.

Mata Sheryl menyipit, "Yang jujur Avis!"

Tawa Travis reda seketika, ia berdeham untuk menetralkan tawanya. "Iya jujur nih."

Dengan begitu, Sheryl tersenyum.
Ia bahagia memiliki Travis dalam hidupnya. Karena dengan begitu, ia tidak akan kesepian.

Sheryl sayang Travis begitupun sebaliknya. Tetapi rasa sayang Sheryl pada Travis berbeda dengan rasa sayang Travis pada Sheryl.

•••

VOTE & COMMENT😙
Jangan jadi sider. Oke?

[18th of Dec, 2017]

My PriorityWhere stories live. Discover now