I

55 9 2
                                    

Senin pagi

06:07

"Lleva, ayo bangun nak" wanita paruh baya itu masih setian membangunkan anak gadis sematawayangnya. "uawwahm, bentar lagi mah,ini mimpinya nanggung" jawab gadis itu semakin mempererat selimut untuk menutupi tubuhnya.

"kamu mau berangkat jam berapa?, ini udah siang sayang, kamu udah ditunggu papa, katanya mau berangkat bareng" ucap wanita itu yang tak lain mama dari gadis yang mempunyai nama panggilan Leva "yaudah papa suruh duluan aja, nanti aku berangkat sendiri, aku masih ngantuk ma" jawab leva yang masih memejamkan matanya.

Tanpa menyaut, Rista keluar dari kamar anarnya dan menghampiri suaminya yang telah menungu di maja makan " Pa, katanya si Lleva kalau papa mau duluan nggak papa, nanti dia mau berangkat sendiri, apalagi sekrang dia belum bangun, nanti kalau papa nunggu dia, kamunya bisa telat" kata Rista panjang lebar "beneran nih, llevanya ditinggal?" tanya Rio memastikan apa yang diucap istrinya tadi, "iya pa, nanti lleva biar naik taksi aja", jawab Rista "yaudah papa berangkat dulu ya ma, nanti mungkin papa pulangnya agak sore soalnya banyak clien yang harus pap temui, " pamit Rio pada istri tercintanya sembari menjulurkan tangannya yang langsung disambut oleh istrinya.

Tak lama suara deru mobil terdengar menjauh, itu pasti Rio yang sudah berangkat menggunakan mobil sedan mewahnnya yang ditemani dengan supirnya.

Rista kembali menaiki tangga menuju kamar anaknya yang ada di lantai atas, dan lagi ia melihat anaknya yang masih memejamkan matanya, tiba-tiba suatu ide terlintas di benaknya. " Lleva bangun, kalau kamu nggak bangun bulan depan kamu nggak mama izinnin kalau mau lihat konsernya BTS, mama bakal ngunci kamu dikamar biar kamu nggak bisa nonton" kata Rista mengancam, Lleva yang mendengarnya, karena sebenarnya ia sudah bangun tapi matanya masih saja lengket dan gravitasi kasur begitu melekat, dan langsung saja ia terlonjak dari kasur dan berdiri tepat didepan Rista mamanya, " Maa, jangan gitu dong, kan lleva udah beli tiketnya kalau nggak di gunain nanti percuma, apalagi kalau konsernya itu si oppa-oppa ganteng, wah itu nggak boleh terlewatkan oleh lleva, nanti kalau lleva nggak bisa ketemu sama nampyoen aku gimana, nanti kalau abang jin marah karna nggak ada aku gimana, kan kasian mah," kata lleva panjang lleva sambil memasang muka memelas.

"yaudah, makanya kamu sekarang mandi sana, dan mandinya harus cepat sekarang udah jam 6.30, kamu mau nanti nggak bisa masuk kelas" tanya Rista "iya iya,sekarang mama turun dulu, mama nunggu dibawah aja, nanti Lleva cepet deh mandinya, tapi mama jangan ngelarang lleva buat liat konser oppa ganteng" kata lleva menunggu persetujuan dari mamanya itu "Iya, nanti mama ijinin tapi sekarang cepet ya anak mama yang paling cantik" kata Rista sembari keluar dari kamar anaknya, terukir senyuman di wajah Rista,

"ternyata ideku nggak ada yang sia sia",  batin Rista.

Skip , sekolah

6:56

"Ah, akhirnya nyampe juga, masih ada empat menit sebelum bel masuk" kata Lleva sembari berlari kekelasnya. Sampai dikelas, lleva langsung menuju kursi nomer 2 dari belakang, ia melihat sahabatnya Anin yang duduk disana, yah Anin sebagai sahabatnya sekaligus teman sebangkunya.

Tapi yang membuat Lleva lebih penasaran adalah kegiatan yang Anin lakukan, "Pagi nin, eh tumben temen gue rajin banget, pagi pagi udah belajar" ucap Lleva seraya duduk disebelah Anin, "pagi juga, gue mah bukannya belajar tau, tapi baru ngerjain pr dari bu Nina, lu tau kan bu Nina tuh gimana orangnya" kata Anin yang masih fokus dengan bukunya, " hah, kok lo gak bilang kalau ada pr, wah parah nih, gue lupa mampus gue" kata lleva panik, tanpa disengaja idepun muncul,

"anin, kok badan gue jadi lemes ya, kepala gue juga agak pusing, gue mau ke uks dulu nanti lo ijinin gue ke Bu Nina ya," kata Lleva pura- pura sakit "llev gue tau yang lo maksud tu apa, jadi nggak usah pura-pura juga gue tau, yaudah karna gue temen lo yang baik gue nanti ijinin lo sama bu Nina, tenang aja" kata Anin yang disambut wajah sumringah dari lleva,

"yaudah gue ke uks duu yah, maksih sahabat, lope yuu" kata Alleva "sama-sama sahabat, udah sana keburu bel, ini tuh sebenernya udah bel tapi mungkin gurunya pada brifing dulu, cepetan sana gue juga mau ngelanjutin ini, dikit lagi selesai nangung banget nih" kata anin kembali memfokuskan matanya kebuku yang ada di depannya.

Lleva pun menuju Uks dengan wajah kusut dan pucat yang ia buat-buat, di tengah perjalanan ia berbapasan dengan bu Nina yang baru saa keluar dari kantor guru dan akan menuju kelasnya

"eh, Alleva kenapa kamu ada di luar, ayo sekarang masuk pelajaran udah mau dimulai" kata bu ina "sebelumnya maaf bu, sepertinya saya nggak bisa mengikuti pelajaran ibuk, soalnya saya nggak enak badan buk, kepala saya juga rasanya mau pecah aja"kata Alleva mendramatiskan suasana, dan ternyata bu Nina mempercayainya.

Bu Nina hanya menganggukan kepala mengerti, " yaudah ibuk ijinin kamu ke UKS buat istirahat, tapi ingat kamu gak bohong kan?" tanya bu Nina selidik, " ya ampun buk, mana mungkin seorang Alleva bohong sama ibuk" jawab Alleva dengan muka sok jujur, "yasudah sana" ucap bu Nina sembari berlalu dari hadapan Lleva menuju ruang kelas untuk mengajar.

UKS

07:23

Keadaan UKS saat ini, tak seperti bayangan Lleva, yang mengira ruangan nya akan sepi dan dia berfikir bisa tidur santai tanpa harus ditanyai, berbagai macam pertanyaan dari petugas UKS yang menurutnya tak penting sama sekali, " huh, napa juga UKS yang biasanya sepi jadi rame banget, gak bisa tidur santai kalau gini'' gerutu Alleva.

"mending gue ke rooftop aja, mungkin sepi, kalau gue kekantin mungkin malah gak aman buat gue" batin Alleva,

dan melangkahkan kakinya pergi, belum lima langkah dari UKS dia melihat seseorang yang membuatnya melamun, " Ya Allah, Subbahanallah, astagfirullah, Ya tuhan sungguh ciptaan Mu sangat indah" ucap Alleva histeris tapi tak terlalu keras.

Alleva baru saja berpapasan dengan Kakak kelasnya, ia sudah lama mengagumi tapi setiap Alleva mendekatinya lelaki itu pasti akan berusaha menjauh. "eh kak Rendy, kakak ngapain kesini?" tanya Lleva dengan lembut juga memamerkan senyum manisnya, Sedangkan Rendy hanya menoleh Alleva sekilas dengan tetap melanjutkan langkahnya tanpa memiliki niatan untuk membalas ucapan Alleva.

--------------------------

next bagian II

AllevaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora