20ㅡFact

14.4K 2.5K 491
                                    

02 february 2015

Lelaki tersebut membolak-balikkan buku yang berada di tangannya, sesekali ia akan mencoretkan pena bertinta merah yang berada di genggaman tangan kanannya.

Ia memasang wajah serius, dan terus mengkoreksi jawaban dari Jiminㅡbocah yang berusia tiga tahun di bawahnya.

Taehyung sedikit bingung atas apa yang sebenarnya ada di pikiran Ayah dan majikan Ayahnya itu, karena sepertinya Jimin tidak membutuhkan guru privat sepertinya. Setelah ia hampir sebulan mengajari Jimin, ia tahu bahwa lelaki ini tidak membutuhkan apapun darinya.

Jimin memiliki nilai sempurna. Seperti sekarang, saat Taehyung tengah sibuk mengkoreksi lembar jawaban matematika milik Jimin. Ia heran karena jawaban Jimin sangat sempurna tanpa kesalahan sedikit pun.

"Apa jawabanku salah?" Jimin duduk di hadapan Taehyung yang duduk di bawah dengan mejanya yang dipenuhi buku dan kertas. Taehyung menoleh menghadap ke arah lelaki yang berada di hadapannya, ia menggeleng lalu kemudian menyerahkan buku yang berada di genggamannya.

"Seperti biasa, kau sempurna."

Jimin mengendikkan bahunya ketika melihat bukunya yang sudah dikoreksi oleh Taehyung, tak ada ekspresi lain selain ekspresi datar miliknya. Taehyung jadi semakin penasaran mengapa ia harus berada di sini ketika Jimin sama sekali tak membutuhkan bantuan darinya.

"Hyung, apa kau terbebani karenaku?"

Taehyung mengernyitkan dahinya atas reaksi yang ia berikan kepada pertanyaan aneh dari Jimin. Apalagi yang anak ini pertanyakan? Terbebani? Yah, walaupun sebenarnya Taehyung sedikit terbebani karena ia tidak bisa berkencan dengan Minhee, tapi ia tidak bisa jujur karena Jimin bukan pihak yang seharusnya disalahkan.

"Apa yang kau bicarakan?"

Jimin menghela napas panjang sembari berujar, "aku hanya merasa tidak enak karena kau dipaksa untuk terus menemaniku."

"Aku rasa ini memang tugasku," jawab Taehyung sembari tersenyum, ia kemudian beranjak berdiri, matanya terfokus menatap bingkai foto yang berada di atas nakas milik Jimin. Sebuah foto yang menunjukkan Jimin kecil dengan seorang wanita yang tersenyum penuh kebahagiaan.

"Kau dulu imut sekali, ini Ibumu?" tanya Taehyung sembari meraih bingkai foto tersebut dan menyusuri kaca bingkai tersebut dengan jemarinya. Ia tidak bisa menyembunyikan senyum miris miliknya, Ia juga merindukan Ibunya.

Jimin berdiri, menghampiri Taehyung dan kemudian memilih duduk di pinggir ranjangnya. "Tidak, Aku tidak mempunyai ibu." jawab Jimin dingin.

Taehyung tahu bahwa Jimin berbohong, jelas-jelas foto ini adalah foto Jimin dengan Ibunya, bahkan Jimin kecil tampak bahagia di pelukan wanita ini. Taehyung menghela nafas, menaruh kembali bingkai foto tersebut dan memilih untuk duduk di samping Jimin.

"Kau tahu? Kau harusnya tidak mengatakan hal buruk seperti itu, kau beruntung karena mempunyai seorang Ibu yang cantik dan menyayaㅡ"

"Hentikan."

Taehyung terdiam sejenak, ia tidak menyangka bahwa Jimin akan marah ketika ia membahas Ibunya.

"Aku tidak akan pernah sudi menganggap jalang sepertinya menjadi Ibuku. Ia iblis, pelacur sialan." Jimin meremas seprai miliknya, kilat kemarahan terlihat jelas di matanya. Taehyung mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia merasa tidak enak karena membahas hal seperti ini dan ia juga tahu bahwa ada yang tidak beres dengan lelaki di sampingnya.

Fall Apart Where stories live. Discover now