Prologue

87 10 0
                                    

"Your attention, please. All passengers for flight Boeing 128A, destination New York. Immediate boarding at gate F number 2. Your attention, please. All passengers for flight Boeing 128A, destination New York. Immediate boarding at gate F number 2. Thank you."

Name​​: Quera/Syhntelia Ms.
Flight​​: 128A
Destination​: New York
Date​​: October, 10th 2017
Seat​​: 38H

"The time is coming", batinku.

Kuamati secarik kertas di genggamanku. Tampak butiran air merekah di atasnya. Potongan bayang-bayang terbersit di benak. Sekilas teringat bagaimana aku menghabiskan dua puluh tahun di Indonesia. Teringat akan tatapan hangat mereka yang menyambutku ke dunia. Teringat bagaimana aku menangis sendu saat merangkak, lalu berdiri, dan berjalan, hingga akhirnya jatuh, menyisakan jahitan kecil di pelipis mata kananku. Teringat kala aku merengek, meminta orangtuaku agar membelikan sepatu baru untukku. Teringat saat aku memohon untuk dipindahsekolahkan, agar tidak melihat tatapan tajam teman-teman, ataupun cibiran mereka akan jahitanku yang tak kunjung sembuh. Teringat bagaimana aku kabur, lalu dimarahi karena tidak mengikuti ujian les biola, hanya demi melihat aksi Coldplay di Union Conventional Center, Singapore. Teringat ketika aku tergopoh-gopoh, lalu tersandung, bersemangat menghadiahkan kerja kerasku, sebuah piala bertuliskan Juara II Siswa Berprestasi SMA Tingkat Nasional kepada kedua orangtuaku. Teringat bagaimana pedihnya tetesan air mata keluargaku, meratapi kepergian anaknya merantau demi studi S1-nya. Dan, tak pernah terlupakan... Aku teringat. Dan akan selalu teringat senja di kala itu. Senja yang menyambut kesedihanku. Senja yang menyinari kesendirianku. Senja sebagai saksi bisu, yang setia menemani, meratapi kedua liang lahat yang kini telah tertimbun unggukan tanah. Masih terngiang dengan jelas, suara rerintikan hujan kala itu. Menyamarkan isak tangis yang tersekat di tenggorokan. Masih terasa dengan jelas, tanah lembap nan halus yang menyelimuti kedua liang itu. Dan masih teringat dengan jelas, ukiran nama pada papan kayu, yang tertancap di atas kedua liang itu.

Tulisan New York pada boarding pass perlahan memudar, merekah hingga nyaris membasahi kata di sampingnya. Senyum getir menghiasi kedua sudut bibir. Kuseka buliran air di kedua ujung pelupuk mata. Kutenangkan batinku beberapa saat, lalu berdiri. Beranjak pergi menuju gate F nomor 2.

"This is the beginning," batinku dalam hati.

*************************************

Come Back to ManhattanWhere stories live. Discover now