Random 20

1.9K 495 62
                                    

"Gambar apa itu, IgGy?"

"Panggil aku Garin, Runako."

"Oke. Kamu kelihatan berbeda. Berapa usiamu, Garin?"

"Tiga belas."

"Baik. Jadi itu gambar apa?"

"Gambar aku dan seorang anak perempuan. Manis ya?"

"Siapa dia? Bukan Oliva."

"Bukan. Namanya .... Tidak. Nanti saja aku beritahu. Aku ceritakan dulu tentang dia."

"Oke. Sepertinya dia istimewa, melihat cara kamu memandangi gambarnya."

"Betul. Kamu tahu aku enggak pernah menangis diapain juga oleh Algis dan Mami."

"Ya. Sejak Mami melarangmu menangis. Karena apa pun yang kamu rasakan pasti lebih ringan ketimbang sakitnya Algis."

"Nah, anak ini banyak membuat aku menangis tapi aku enggak merasa bersalah."

"Hmm ...."

"Senyumnya ajaib. Bisa bikin aku bahagia tapi mataku jadi basah."

"Oh ...."

"Kalau dia memandangku, di matanya aku bisa lihat bayanganku, Runako. Di sana, aku enggak kikuk, lemah, atau peragu. Tatapannya bikin aku pengin menangis juga. Karena aku jadi tahu aku bisa kuat menghadapi apa saja."

"Oke. Kamu jadi cengeng tapi kamu malah bangga."

"Haha. Iya. Tapi setiap kali dia bicara, aku dibuatnya tertawa, rasanya jadi mudah berpikir dan dapat ide."

"Bagus."

"Ada lagi. Dia jago menggambar. Kalau dia menggambar aku, biarpun karena marah, rasanya aku jadi cowok paling keren sedunia."

"Ya ampun ...."

"Runako, aku ingin selalu bersamanya. Dadaku sampai mau meledak rasanya kalau jauh darinya."



------------------------


The Visual Art of Love (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now