DUA

2.8K 257 9
                                    

Gevan duduk di balkon rumahnya seraya menatap langit malam yang di penuhi bintang itu. Sesekali rambutnya berkibar akibat hembusan angin yang menerpa.

Drrt

Ponsel Gevan bergetar di saku celana, buru buru ia mengecek. Ia lalu menaruh ponselnya di meja yang berada di sampingnya tanpa peduli isi pesan yang baru saja ia baca.

Tiba tiba Amira duduk di samping Gevan dan membelai rambut laki laki yang kini menjadi anak satu satunya itu. Semenjak Ferdian meninggal dalam peristiwa taruwan 3 tahun yang lalu, Gevan harus bisa menjadi sosok seperti kakaknya itu. Dia harus bisa membalas orang orang yang telah membuat kakaknya meninggal, walaupun sebenarnya Gevan tidak bisa melakukan itu sendirian.

"Ge, janji ya sama mama kalo kamu gak akan bolos lagi" Amira memang lebih senang memanggil Gevan dengan sebutan itu.

"Aku bolos cuma pelajaran tertentu doang, ma" Kata Gevan.

"Sama aja, kamu udah kelas 12," Amira lalu beranjak hendak masuk kamar, "Oya, satu lagi. Kamu gak boleh ngerokok, itu gak baik!" lalu mengelus pundak Gevan.

Gevan hanya mendegus kesal. Ponselnya bergetar lagi, ada pesan yang baru saja masuk dan Gavin hanya mengabaikan isi pesan itu setelah ia membacanya.

"Males ah, mending tidorr" Gevan menggeliat lalu beranjak dari kursi.

⭐⭐⭐

Gilsa berdiri di depan kelas sambil melipat tangannya di depan dada, sudah pukul 06:55 dan 5 menit lagi bel berbunyi, tapi seorang Elraka Gevan itu belum juga datang, padahal ia ketua kelas.

Gilsa benar benar menyesal, seharusnya ia mengajukan diri sebagai ketua kelas. Namun, Ninda tidak memperbolehkan dengan alasan Gilsa sudah sering menjabat ketua sejak kelas 10. Dan alhasil teman temannya malah memilih Gevan sebagai ketua kelas yang tidak becus itu.

"Argh!" dengan amat kesal Gilsa kembali ke bangkunya.

Alika sebagai teman sebangku Gilsa hanya terkekeh, "tenang, Sa. Kita itung aja" Alika lalu melirik jam dinding, "1...2..."

"Tigaaa"

Tettt.

Tepat saat pukul 07:00, Gevan dengan santainya memasuki ruang kelas.

"Tuh kan" Kata Alika yang sudah hapal kehadiran Gevan yang selalu mepet.

"Gevan!" Teriak Gilsa, lalu ia menghampiri Gevan.

"Lo itu ketua kelas, berangkat pagi dong! lo juga harus mastiin kalau kelas selalu bersih!" ujar Gilsa.

Gevan memutar bola matanya malas, "lo aja!" dengan santainya anak itu berjalan dan duduk di bangkunya.

"Van!!" Gilsa menggebrak meja Gevan dengan keras, sampai Riko selaku tema sebangku Gevan terlonjak kaget.

"Ck, apa sih?! lo bisa gak sehari aja gak usah nyalahin gue? panas ni kuping. Nyebelin banget!"

"Ngaca dong!"

"Gue mah udah ganteng, gak usah ngaca. Lah elo? dasar mulut toa!" Gevan dan Riko terkekeh.

Gilsa sangat emosi, ia siap melayangkan pukulan ke arah Gevan, namun Windi selaku guru Bahasa Inggris tiba tiba saja memasuki kelas.

Gilsa mengurungkan niatnya, ia lalu kembali ke bangkunya dengan sangat geram.

"Lo emang kaga pernah akur sama tuh anak" Alika tertawa.

"Oke, good morning class" Sapa Windi.

"MORNING MAM!!"

"Apakah pr sudah di kerjakan?" tanya Windi.

Semua murid saling bertatapan, pasalnya minggu lalu Windi tidak memberinya tugas sama sekali.

Loveliest GWhere stories live. Discover now