Dipecat

31.6K 2.1K 119
                                    

"Apa, Pak? Bapak mau ngasih saya SP 3?" tanyaku dengan mata melotot tak percaya. Mulutku terus menganga seperti kuda nil kelaparan.

Tidak. SP 3. Ini tak boleh terjadi. Si Gembul pitak ini tak boleh melayangkan surat laknat itu kepadaku. Gaya teraniaya, tersakiti kutunjukkan ala-ala sinetron yang kupelajari saat ikut teater dulu. Semoga kepiawaian berdusta ini memberikan jalan mulia untuk keberlangsungan hidupku.

"Pak, kasihanilah saya. Saya ini masih muda. Jangan disiksa batinnya dengan SP 3," ungkapku dengan nada sendu. Wajah kutekuk sedemikian rupa sehingga terlihat melas. Padahal lebih tepatnya jelek sekali. Tidak usah diapa-apain memang jelek.

"Kamu itu saya pecat. Tidak ada SP lagi. Dasar pemalas, tukang molor, suka terlambat. Masih muda kok kayak gitu. Pantas enggak laku-laku," terang si Gembul ini dengan wajah tak peduli dengan hidupku.

Sialan. Mentang-mentang dia sudah beristri dua dan aku tak punya kekasih alias single. Catat aku single, bukan jomlo. Single itu pilihan, jomlo baru tak laku. Seenak jidatnya saja mengatakan aku tak laku.

Ingin kutatap wajah sialan itu dengan tatapan tajam, tapi apa daya tak kuasa. Selama ini dia memperlakukanku dengan seenak jidat. Dikiranya aku terima disuruh ini-itu seperti kacung. Padahal itu bukan pekerjaanku. Aku yakin tua bangka mata keranjang ini memiliki dendam pribadi karena aku memergokinya jalan dengan nenek sihir alias manusia plastik divisi produksi itu tempo hari.

"Bapake iku ora ngerti rasane dadi inyong kiye. Kepriwe nyong arep mangan nek dipecat. Ora iso mangan sega maning," sahutku dengan memohon. Iya, si Bapak Gembul ini dari Purbalingga. Usut punya usut dia lebih suka diajak bicara ngapak. Jadi, aku coba-coba saja. Hitung-hitung undian berhadiah. Soalnya diriku ini Janda. Jawa-Sunda.

"Sudah, Elina. Kamu dipecat titik," tegas si Gembul, lalu menutup pintu ruangan.

Tak sanggup membayangkan diriku terlonta-lonta di tepi jalan dengan gaya gelandangan mendengar penuturan si Gembul laknat, tak berhati ini. Hatinya hanya terbuka untuk mencintai paha seksi gadis-gadis. Dengan rasa sakit tiada tara, aku bersumpah. Awas kau gembul, pasti aku balas penghinaan ini.

***

Aku terus mencari lowongan di internet, tapi sialnya tak ada perusahaan yang membutuhkan pegawai. Adanya lowongan penjaga rumah, satpam, dan tukang cukur.

Aku menghela napas sejenak. Menenangkan pikiranku yang semakin menggila gara-gara uang di dompetku menipis, bikin pelipis perih.

Tepukan di bahuku menyadarkan ada makhluk lain di kamar ini. Kutengok Eka, teman sekamarku ini sudah pulang dengan permen lolipop di tangan kanannya. Gadis ini tak pernah berubah selalu menggilai permen. Apa enaknya menjilati lolipop? Kalau aku lebih suka menjilat yang lain--yang menghasilkan uang. Yak. Menjilat hati customer kalau pelayananku baik, pasti bos akan memberikanku bonus. Pura-pura manis dan ramah. Padahal aku jengah melakukan hal itu. Sudah kubilang kupiawai berdrama bukan.

"El, lo dipecat?" tanya Eka sambil mengoyang-goyangkan surat PHK milikku.

Aku hanya mengangguk, tak punya daya untuk menjawab.

"Ya, udah. Nikah aja lo sama si Dokter Ganteng itu. Biar ada yang ngasih nafkah. Jadi, lo enggak usah capek-capek kerja," terang Eka seraya menarik kursi untuk duduk di dekatku.

Aku menoleh ke arahnya seraya tertawa. Benar-benar menggelikan kalau aku harus menjadi istri Zio. Tampan, cerdas, dan kaya buat apa kalau suka tebar pesona ke sana-sini. Bisa makan hati. Yang terlihat setia saja bisa mendua. Apalagi, yang memang berengsek.

"Gue nikah sama Zio adanya makan hati. Lagi pula, gue sama dia enggak ada apa-apa. Aishh, gue pengen punya suami kayak Lee Min Ho. Oriental bukan bule kayak Zio," tolakku seraya memegangi perutku yang masih terasa sakit karena kebanyakan tertawa.

"Atau lo mau ngelamar kerja di tempat gue. Ada lowongan tuh," balas Eka seraya mengambil lolipop yang baru dari kantongnya. Benar-benar maniak lolipop.

"Jadi, apa?" tanyaku penasaran.

"Jadi, tukang kebon," jawab Eka asal.

"Gue tanya serius, Ogeb."

"Sekretaris buat JDM ada, staf pemasaran ada, staf administrasi juga ada. Lo coba aja lah besok ngelamar kerja," jelas Eka seraya menyerobot mouse. Dia langsung menutup semua web yang aku buka, diganti dengan web game.

***

Kakiku melangkah dengan lebar-lebar karena aku menggunakan celana panjang bahan katun, bukan mini dress seperti wanita kantoran umumnya. Itu hanya akan menghambat jalanku. Belum lagi kalau menggunakan high heel terkutuk, kakiku akan teraniaya. Makanya aku memilih flat shoes.

Senyum ceria terus kusunggingkan, tetapi sayangnya menjadi padam seketika. Gara-gara ada seseorang yang menabrakku. Sialan, pantat seksiku harus mencium dinginnya ubin. Kalau semakin tepos kan gawat. Jadi, tidak pantas dilihat. Menurunkan pasaran saja.

"Sialan! Hai Bung! Kalau jalan hati-hati. Jangan pakai kaca mata hitam dan masker kayak artis yang takut ketemu ssaeng fans," ungkapku begitu berdiri menyamai posisinya. Sialan. Ternyata kupikir diriku ini sudah tinggi seperti model hollywood. Ternyata aku hanya sedagunya.

"Saudari Elina yang jelek bisa minggir," ucapnya santai yang langsung membuat mulutku terbuka lebar seperti terowongan bawah tanah. Daebak! Dia tahu namaku. Setekernalkah itu atau jangan-jangan dia penggemarku di wattpad.

"Ya Tuhan, air liurmu bisa membuat banjir," celanya yang membuatku berkedip seketika.

Lelaki itu membuka kacamata dan maskernya. Di sudut bibirnya terdapat luka, begitu pula di bawah mata kirinya juga terluka. Dua alat sialan tadi mungkin untuk menutupi luka itu.

Tunggu! Wajah rupawan ini sepertinya aku mengenalnya? Demi Sempak Justin, Kutang Selena. Aku mengenal pria ini, tapi siapa?

"Elina si Buluk lebih baik kau minggir karena aku mau naik lift di belakangmu," terangnya yang langsung mendapatkan hadiah jeritan dariku.

"Glory Gabrilio si Tembok Kutub Utara!"

Astaga naga. Mimpi apa aku? Ini Glory, rivalku. Kenapa dia ada di sini dan setampan ini? Demi apa pun, aku lebih memilih menikahi pria berwajah kaukasoid seperti ini daripada oriental sekarang. Maafkan aku Lee Min Ho, ternyata aku lebih menyukai lelaki yang berwajah seperti Xavier Serano. Namun, Glory tidak masuk dalam list buruan.

Ket:

Ssaeng : fans fanatik
Daebak: Hebat, luar biasa.

Tbc

Piye, Rek?

Asyik orak??

Salam Somplak,
Elina

Romantic Drama (Tersedia Di Kubaca) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang