Part 14

20.4K 726 47
                                    

Shilla menghela nafas pasrah, menyiapkan hati akan jawaban yang diterimanya nanti. Ia sudah menyampaikan apa yang ingin disampaikannya tinggal Cakka yang harus menjawabnya, dalam hati ia berharap apa pun jawaban Cakka maka itulah yang terbaik. Ya, walau jawaban buruk yang diterima, tetap ia harus ikhlas seperti apa yang ia katakan tadi.

Tanpa sepengetahuan Shilla karena terus menunduk, Cakka tersenyum tipis " Udah selesai ngomongnya? " tanya Cakka

" Kalau begitu dengarkan sampai selesai, jangan memotongnya karena tidak ada siaran ulang. Mengerti? "

Lagi-lagi Shilla hanya mengangguk menanggapi ucapan Cakka, memangnya apa yang bisa ia lakukan selain mengangguk?? Ia terlalu sibuk menyiapkan hatinya yang mungkin akan hancur lebur sebentar lagi.

" Jika kamu berpikir kakak akan membahas tentang pemutusan pertunangan kita maka kamu salah besar, karena kakak gak akan pernah memutuskan pertunangan kita. Kecuali kamu yang mau dan meminta untuk putus "

Shilla membuka lalu menutup kembali mulutnya karena Cakka menatapnya dengan tajam, mulutnya gatal ingin mengomentari pernyataan Cakka ini.

" Kakak memang mencintai Zahra, tapi itu bukan alasan untuk memutuskan pertunangan kita. Dan asal kamu tahu, dari awal kakak memutuskan untuk bertunangan dengan kamu bukan karena terpaksa atau karena orangtua kamu seperti apa yang kamu ucapkan "

" Apa kakak masih mencintainya sampai sekarang? "

Masa bodoh dengan ucapan Cakka untuk mendengarkan sampai selesai, ia sudah tidak tahan untuk bertanya.

" Entah lah, kakak gak yakin apa cinta itu masih ada atau gak "

Shilla membuang pandangannya dari Cakka, ia gak ingin kembali menunduk karena takut airmata yang sudah ditahannya sejak tadi akan tumpah. Ia tak ingin Cakka melihatnya menangis dan terlihat rapuh, cukup beberapa hari kemarin saja Cakka melihatnya. Saat kematian kedua orangtuanya.

" Aku.. aku.. " sekuat tenaga Shilla menahan tangis dan sesak itu, Cakka tidak membatalkan pertunangan mereka tapi mendengar pengakuan Cakka yang mencintai wanita lain dan tidak mengetahui perasaannya dengan jelas membuat hatinya sakit.

Cakka menghela nafas pelan, tidak tersenyum tipis seperti tadi. Dengan lembut, ia menarik Shilla kedalam pelukannya. Mengelus puncak kepala Shilla dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Diperlakukan seperti itu, tangis Shilla pun pecah. Dan Cakka membiarkannya menangis sepuas hati, dan akan berbicara kembali lagi setelah Shilla tenang.

" Kakak gak memutuskan pertunangan kita aja kamu nya udah nangis seperti ini, bagaimana jika kita putus beneran " gumam Cakka

" Apa yang harus aku lakukan kak? Aku.. Aku sayang bahkan cinta sama kakak, tapi cinta kakak bukan buat aku. Aku gak mau jahat dengan menghalangi kebahagiaan kakak "

" Kamu gak menghalangi kebahagiaan kakak, dan kamu gak perlu melakukan apapun. Kamu sudah berjuang untuk kakak, maka biarkan sekarang saatnya kakak yang berjuang untuk kamu. Berjuang untuk mencintaimu dan menghapus bayang-bayang Zahra, hanya kamu. Kamu cukup membuka hatimu dan ijinkan kakak untuk masuk "

" Tanpa kakak minta, hati ini selalu terbuka untuk kakak. Berusaha lah sebelum orang lain yang masuk terlebih dahulu dan menguncinya, sehingga kakak tidak bisa masuk selamanya "

"  Baik lah.. Tapi apa kamu mau menunggu kakak? "

Shilla mengangkat kepalanya, menatap Cakka yang masih memeluknya dengan lekat.

" Aku akan menunggu tapi gak selamanya "

***

" Loh Shilla? Sudah lama sayang? " Shilla tersenyum sopan kepada Cindy lalu mencium tangannya lembut.

" Sudah ma. Mama baru pulang? Mama lapar gak? Biar aku siapin makanannya " Cindy menahan tangan Shilla yang akan beranjak dari duduknya, lalu menggeleng sebagai jawaban.

" Duduk dulu sayang "

Shilla menurut lalu duduk kembali disamping Cindy, ia menatap Cindy yang tengah menatapnya dengan pandangan yang tak biasa.

" Kenapa mama ngelihat aku begitu? " tanya Shilla

" Kamu sudah gak apa-apa? " Cindy balik bertanya dengan nada lembut penuh kehati-hatian.

Shilla tersenyum lalu mengangguk " Aku baik-baik aja kok ma " jawab Shilla lembut

Cindy menggenggam tangan Shilla lembut " Apapun yang kamu rasakan, kamu harus cerita ke mama. Kamu gak sendirian, kamu punya mama dan Cakka. Tetap jadi Shilla yang dulu karena banyak yang sayang sama kamu "

" Aku juga sayang sama mama, makasih udah sayang sama aku dan mau jadi mama buat aku " Shilla menubruk Cindy dengan cepat, memeluk dengan erat yang dibalas dengan elusan dibahu dan rambutnya.

Tanpa mereka sadari, Cakka menatap mereka dari ujung tangga dengan senyum tipis. Keputusannya sudah bulat, ia tidak akan pernah memutuskan pertunangan ini dan akan belajar mencintai Shilla seperti seharusnya.

" Ayah bunda.. Ijinkan aku untuk mencintai putri mu dengan sepenuh hati ku, bantu aku untuk menjaga pintu itu agar tidak ada yang lain memasukinya. Istirahat lah dengan tenang, aku akan menjaganya seperti kalian menjaganya. Bukan hanya karena janji ku pada kalian, tapi juga karena janji ku pada diri sendiri "

***

" Apa? Gak mungkin, kalian gak mungkin pacaran " Zahra menggeleng, menatap keduanya dengan tak percaya.

" Terserah lo mau percaya atau gak " ketus Agni

Zahra menatap Agni nanar " Kenapa? Kenapa lo tega sama gue? Gue kakak lo Ag, lo tahu kan kalau gue cinta sama Rio. Kenapa lo selalu merebut semuanya dari gue? Menyukai apa yang gue sukai? " lirih Zahra

" Gue? Gak salah? Gue merebut semuanya dari lo? " Agni menatap Zahra benci, tersenyum sinis kearah Zahra

" Gue melakukan apa yang pernah lo lakukan dulu, lo tahu perasaan gue ke Cakka tapi lo bersikap biasa aja dan gak pernah menghargai perasaan gue "

" Jadi lo mau balas dendam ke gue dengan pacaran sama Rio, pura-pura mencintai Rio? " tuduh Zahra

Agni tertawa meremehkan " Lo salah Ra, gue gak pernah pura-pura cinta sama Rio. Gue gak pernah memanfaatkan orang yang cinta sama gue hanya untuk kepentingan semata " ucap Agni

Rio berdehem keras, memberitahu kalau objek yang mereka bicaran ada disamping dan didepan kedua kakak beradik itu.

" Maaf Ra.. Gue memang pacaran sama Agni " ucap Rio

" Kenapa Yo? Bukannya kamu juga cinta sama aku? " lirih Zahra

" Hhh.. Lo salah, gue gak pernah cinta sama lo Ra. Sorry "

***

" Jadi kamu mau pulang? " Cakka menatap Shilla yang sedang membereskan barang-barangnya.

" Iya kak, udah sore "

" Kamu masih punya hutang sama kakak " tangan Shilla terhenti mendengar ucapan Cakka

" Hutang? Hutang apa? Perasaan aku gak pernah minjam uang sama kakak deh " Shilla menggaruk pelipisnya bingung

" Bukan hutang uang, tapi janji. Ingat syarat yang kakak kasih dulu, waktu kakak menyetujui menikahimu? " Cakka menjawab kebingungan Shilla

" Dan kakak mau kamu melakukannya mulai hari ini, maka kamu harus tinggal disini sampai waktu yang tidak ditentukan " lanjut Cakka

" Apa? Aku gak mungkin tinggal disini kak, kasian Alvin sendirian dirumah "

" Kakak gak perduli, pokoknya kamu tinggal disini mulai sekarang. Masalah Alvin, dia udah besar jadi gak perlu ditemani. Jadi gak ada alasan buat kamu menolaknya, ingat janji kamu "

" Tapi aku gak bawa perlengkapan kak "

" Itu gak jadi masalah, kita bisa pulang dan ambil perlengkapan kamu. Jadi gak ada masalah lagi kan? " Shilla mengangguk dengan muka bete maksimal

 

Marry Me, Kak! ( Selesai )Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt