1. Perjumpaan

1.3K 187 13
                                    

"Aldo!"

"Aaaa... Onty..."

Almira hampir saja menjatuhkan dua mangkuk berisi bubur ayam yang baru dibelinya di depan komplek. Anak laki-laki berusia enam tahun itu berlari ke arahnya dan memeluk kakinya erat.

"Onty, Mama nakal."

Mira tersenyum mendengar aduan anak itu. Kemudian dia berjongkok setelah Aldo melepaskan pelukannya, "Memang Mama kenapa?"

"Aldo nggak dibelikan mainan baru."

MIra tersenyum lagi, kali ini senyumnya ia tunjukkan pada wanita yang sedang berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Mentang-mentang ada Onty-nya sekarang diaduin semua ya," cibir kakak Mira.

Aldo menoleh sekilas pada Ibunya lalu kembali menatap Mira dengan tatapan memelas, "Ty, beliin yah? Yah?"

Mira meletakkan dua mangkuk bubur ayam itu di meja, lalu kembali pada Aldo dan mengusap lembut puncak kepala anak laki-laki itu, "Memang kamu mau mainan apa?"

"Mobil balap, Ty. Semua temanku punya."

"Bukannya kemarin sudah dibelikan Papa?"

Aldo mengerucutkan bibirnya, membuat Mira gemas sendiri dengan keponakannya itu, "Itu udah kuno,Ty. Aku mau yang terbaru, kayak di TV tadi," ucap Aldo sambil menunjuk televisi yang berada di ruang tengah.

"Jangan didengerin, Mir. Kemarin aja baru ngerengek minta i-Pad baru," seloroh Dini-kakak Mira.

"Namanya juga anak-anak, Mbak."

"Nah iya, Ma. Aldo 'kan masih anak-anak."

Dini berdecak pelan mendengar celetukkan putra kecilnya.

"Nanti Onty belikan, tapi ada syaratnya."

"Syaratnya apa Ty?"

"Aldo harus rajin belajar dan nurut kata Mama."

Aldo tersenyum dan mengangguk cepat, "Siap, Ty!"

"Ya udah, sekarang minta maaf sama Mama."

Anak laki-laki itu langsung menurut. Dia berlari ke arah Dini, dan memeluk wanita itu.

"Mbak nggak pengin kasih adik buat Aldo?"

Dini terhenyak, "Kenapa kamu tanya itu?"

Mira menggelengkan kepalanya, "Aldo udah gede. Lucu kali ya, kalau aku punya ponakan bayi. Aku bantu ngerawat deh."

"Daripada ngerawat anak Mbak, mending rawat aja anak kamu sendiri nanti."

Mira terkekeh, "Anak darimana, Mbak?"

"Kamu nggak ada niatan nikah, Mir?"

Mira terdiam sambil membuang pandangannya ke arah jendela luar. Jawaban atas pertanyaan Dini, tentu dia ingin menikah. Terkadang ia juga merasa iri dengan kehidupan kakak perempuannya. Dini dan Husein, mereka menikah tujuh tahun lalu. Mereka tidak menunjukkan keromantisan di depan umum, tapi dengan cara peduli, perhatian, serta saling memahami sudah cukup membuktikan bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Benar-benar idaman.

"Nggak suka sama yang dijodohin Ayah?"

Mira meringis, lalu menggeleng pelan, "Nggak bisa, Mbak."

"Dimas itu baik loh, Mbak lihat dia juga perhatian sama kamu."

Apalah arti perhatian seseorang jika untuk respect pada seseorang itu saja amat sulit bagi kita. Berulang kali Mira mencoba membuka hati untuk laki-laki bernama Dimas itu. Sayang, ternyata konspirasi hati yang ia ciptakan lebih kuat dari akal logikanya.

Sweet 28Where stories live. Discover now