4. Sexy _ Nikahi Aku

Start from the beginning
                                    

"Ada apa Tuan Al?" ucap Lavanya setelah sadar dari lamunannya.

"Aku mau kau membuatkanku kopi. Kau kenapa kelihatannya frustrasi?" tanya Aldo seraya mengernyitkan dahinya.

"Ayahku sedang sakit keras dan beliau menyuruhku untuk menikah," terang Lavanya dengan nada lesu.

"Kalau begitu menikahlah," sahut Aldo santai.

Tiga kata yang diucapkan oleh Aldo malah menambah perasaan buruk Lavanya. Ia tak mungkin menikah dengan salah satu dari mereka. Hatinya telah terisi nama Ryan. Ia semakin pusing memikirkan masalah itu. Seolah-olah beban hidupnya bertambah satu ton.

"Masalahnya tidak semudah itu. Aku akan menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Ayahku memintaku untuk memilih Tuan Jo atau Dino sebagai calon suamiku untuk membantu masalah perusahaan kami. Kau tahu aku tak mungkin menikah dengan Tuan Jo. Sementara aku juga tak mungkin menikah dengan Dino si pria brengsek yang dulu telah menghianatiku," jelas Lavanya frustrasi.

"Bukannya kau selalu mengatakan kalau dirimu itu cantik dapat menaklukkan banyak pria? Kau cari saja pria yang lebih kaya dan memiliki kuasa lebih dari mereka," saran Aldo dengan tatapan datar. Lelaki itu memberi saran meski sebal dengan Lavanya. Ia tetap memiliki rasa iba. Dirinya tahu pasti menyakitkan jika harus kembali dengan orang yang mengkhianati bahkan membuang. Lebih sial lagi kalau Lavanya menjadi istri keempat dari pria yang seumuran dengan ayahnya.

"Tuan Al, orang yang memiliki kuasa lebih dari mereka hanya ada dua. Ryan dan Anda. Aku sudah mendekati Ryan. Namun, dia sama sekali tak menatapku. Bahkan kemarin aku membeli buku "1001 Cara Mendapatkan Hati Pria". Namun, buktinya apa dia tak melihatku. Bahkan aku telah mengorbankan gelang kesayanganku untuk kujatuhkan, tapi malah retak diinjak olehmu." Lavanya mengacak-acak rambutnya.

"Kau memang licik, ya. Gelangnya kan juga sudah aku ganti," ungkap Aldo.

"Kalau aku tidak teriak mana mungkin kau ganti," balas Lavanya kesal.

"Kau memang gila. Aku hampir mati dihajar masa gara-gara kau," terang Aldo kesal mengingat hal itu. Waktu itu Lavanya mengatakan pada orang-orang kalau Aldo telah melecehkan Lavanya. Setelah beberapa kali Aldo dipukuli, ia langsung berteriak kepada orang-orang untuk tak memukuli Aldo. Perempuan itu mengatakan kalau Aldo suaminya. Ia hanya belajar akting. Namun, bapak-bapak itu tak percaya. Aldo pun mengatakan kalau Lavanya itu istrinya dan dia sedang depresi. Lavanya kesal dibilang depresi, tapi ia menahan amarahnya. Malah dirinya tersenyum dan ketawa-ketawa sendiri untuk membuktikan dirinya sedang dalam kondisi buruk.

"Tapi kan kau dapat kecupan dan pelukan gratis dariku," ungkap Lavanya.

Aldo tersenyum masam. Gadis di depannya tak mau kalah kalau berdebat. Benar yang dikatakan Lavanya. Waktu itu ia berdrama begitu sedih melihat wajah Aldo terluka. Ia langsung memeluk Aldo dan mencium wajah Aldo yang memar-memar. Bahkan perempuan itu menitikkan air mata. Hebat sekali bukan. Lavanya memang drama queen.

"Aku malah tak suka kau kecup sembarangan," kata Aldo dengan mantap.

"Sudahlah jangan membahas hal itu. Bantu aku menemukan solusi masalahku. Nanti aku masakin setiap hari walau sudah tak bekerja denganmu," mohon Lavanya dengan tatapan serius.

"Ya sudah terima saja lamaran Tuan Jo kalau kau merasa terhina, jika menikah dengan Dino. Hei, kau harus membuatkan kopi untukku sekarang!" tukas Aldo kesal. Dirinya ingin apa, malah jadi berbincang hal yang tak penting untuknya.

Lavanya dengan berat hati melangkah ke arah dapur. Ia membuat kopi tanpa memperhatikan bahan-bahanya. Tangannya hanya refleks mengambil beberapa sendok garam tanpa ia sadari. Ia juga tak mencicipinya. Kopi itu langsung diberikan kepada Aldo. Aldo yang meminumnya langsung memuntahkannya.

"Kau ingin membunuhku? Ini kopi apa air laut, sih? Kenapa asin sekali?" Aldo menatap tajam Lavanya.

"Maaf, aku sedang frustasi. Aku tak ingin membunuh Anda. Lebih baik aku yang bunuh diri," jawab Lavanya asal. Pikirannya bertambah kacau.

"Oh kau ingin bunuh diri. Kalau begitu cepatlah bunuh diri lebih cepat lebih bagus bukan?"

Aldo yang tampak kesal langsung mengucapkkan kata-kata yang tak seharusnya ia ucapkan karena itu akan menambah masalah bukan mengurangi masalah. Namun, mau bagaimana lagi mulut Aldo Wijaya memang sangat tajam lebih tajam dari belati. Siapa saja yang tak terbiasa dengan ucapannya pasti akan sakit hati.

"Iya, kau benar. Lebih baik aku bunuh diri. Aku akan melompat dari lantai atas agar aku tak menikah dengan salah satu dari mereka." Lavanya semakin mengila.

Aldo menghela napasnya sejenak. Ia tak percaya Lavanya mengatakan hal sebodoh itu. Ia pun menatap Lavanya lekat. Sebenarnya Aldo kasihan pada Lavanya, tapi dia tak tahu harus berbuat apa untuk menolong Lavanya.

"Lav, kau mau ke mana?" tanya Aldo yang melihat Lavanya berjalan ke arah pintu beranda.

"Aku mau bunuh diri dari situ saja dengan melompat." Tunjuk Lavanya ke arah dinding pembatas.

"Kau gila ya. Bercandamu keterlaluan!"

"Aku serius." Lavanya melangkah semakin dekat dengan dinding pembatas. Ia segera naik. Kini ia telah berdiri di atas dinding pembatas dan tangannya sudah ia rentangkan.

Aldo yang melihat itu langsung berlari menuju ke arah Lavanya. Ia mencoba menyuruh Lavanya turun. Namun, Lavanya tak mendengarkannya. Aldo pun menarik tangan Lavanya dan gadis itu pun terjatuh ke pelukan Aldo.

"Lav, kau benar-benar gila. Jangan bunuh diri di rumahku!"

"Aku janji tidak menghantuimu. Biarkan aku mati."

"Kau mati juga tak menyelesaikan masalah!"

"Setidaknya aku mati dengan keadaan terhormat daripada aku menjadi istri dari salah satu pria itu. Aku tak rela salah satu pria brengsek pengila wanita itu menikmati tubuhku! Kau tahu pria bisa bercinta dengan wanita tanpa cinta, tapi wanita tidak. Apalagi, dengan pria semacam itu. Aku tak mau mati muda karena suamiku sering bermain dengan wanita di luar sana. Tuan Jo saja sudah memiliki tiga istri saja tidak cukup dan Dino penggila One Night Stand."

"Iya, kau benar. Namun, percayalah pasti ada cara menyelesaikan masalah ini selain bunuh diri."

Aldo kembali membujuk Lavanya agar menghentikan aksinya. Namun, Lavanya tetap kekeh pada pendiriannya. Nalarnya sudah hilang entah ke mana karena dipikirannya hanya satu kalau dia mati maka semuanya akan selesai.

"Caranya seperti yang Anda bilang tadi menikah dengan pria yang memiliki kuasa lebih. Ryan tak mungkin menikahiku dan kau lebih tak mungkin lagi. Aku ingin mati saja. Aku akan tetap hidup, jika ada pria baik yang menikahiku bukan pria brengsek pengila wanita."

"Stop! Lav, bisakah kau tenang dulu. Aku akan membantumu," bujuk Aldo dengan nada frustrasi.

"Kau tidak bisa membantuku karena satu-satunya cara yaitu kau menikahiku. Lebih baik aku mati saja. Tolong jangan halangi aku!"

"Aku akan menikahimu. Kau jangan bunuh diri," ucap Aldo tanpa berpikir panjang.

"Benarkah?" Lavanya menatap Aldo tak percaya.

"Iya, aku tak bohong," jawab Aldo terpaksa. Lavanya langsung memeluknya.

Tbc...

Kira2 siapa yang jatuh cinta duluan.

Dealing with Sexy Enemy (Lengkap) On viuen les histories. Descobreix ara