"Kenapa tidak bersama saja?"

Kali ini permen itu untuk kedua kalinya gagal masuk kedalam mulut Boruto dengan pelaku berbeda, pelaku kedua yang tidak lain adalah Himawari, memasukkan permen Boruto dan tersenyum manis pada sang kakak kedua.

Boruto menghela nafas, sekali lagi dia mengambil permen dan membukanya, dan sekali lagi juga permen itu gagal masuk kedalam mulutnya. Pelaku ketiga adalah sang ibu yang tiba-tiba muncul, dan mengambil paksa permen itu dari tangan Boruto.

"Sudah berapa kali Mommy katakan, Jangan makan permen, Nanti gigi kalian rusak. Mau ompong seperti nenek Chiyo hm?"

Boruto menyeringai saatnya balas dendam.

"Boru tidak makan Mom, Boru hanya disuruh membukanya saja. Mereka memaksaku, Lihat! Bahkan aku tidak memakan satupun, aku kan selalu menuruti Mommy"

Perkataan Boruto membuat dua kepala disampingnya menoleh kaku kearahnya, mereka mendelik bersamaan. Namun sepertinya sang bocah pirang pura-pura tidak sadar akan tatapan kedua saudaranya itu.

"Baiklah, karena hanya Boruto anak yang patuh, dia akan Mommy beri hadiah. Ramen cup spesial rasa sapi panggang, bagaimana?"

Himawari dan Nawaki mendelik, mereka juga ingin makan Ramen itu.

Dengan gerakan cepat dan hampir tidak terlihat, Himawari mengeluarkan permen dari mulutnya dan memasukkannya secara paksa kedalam mulut sang kakak sulung.

"Uhuk!" Nawaki pun hampir tersedak.

"Hima juga tidak makan Mom, Lihat!"

Himawari membuka mulutnya dan berhasil, dia juga mendapatkan hadiah sama seperti Boruto. Sedangkan Nawaki hanya bisa tersenyum kecut, terkadang manjadi kakak adalah hal terberat dalam Hidupnya.

***

Naruto berjalan dengan sedikit menyeret kakinya yang mungkin terkilir. Pria itu berdiri didepan pintu dengan nafas tersengal-sengal, jarak yang hanya lima meter membuatnya merasa seperti lima kilometer karena kakinya yang terasa sangat sakit.

Tangannya terulur untuk menekan bel, namun belum juga bel ditekan, pintu bercat putih itu terbuka sendiri.,Menampilkan sesosok gadis kecil mirip Hinata.

"Ada perlu apa Daddy?"

Himawari menggendong boneka rubah besar ditangannya, menghampiri Naruto yang memandang kaget padanya.

Seumur hidupnya baru kali ini mendengar dirinya dipanggil Daddy. Naruto menoleh kebelakang, memastikan apakah ada manusia lain yang berdiri dibelakangnya. Nihil, disini hanya ada dirinya dan gadis kecil ini.

"Daddy!"

Teriakan Himawari membuat Naruto terlonjak, telunjuknya mengacung pada wajahnya sendiri, memastikan bahwa memang dirinyalah yang dipanggil Daddy oleh makhluk imut didepannya. Naruto tidak bisa berkata apapun, dia merasa sangat bingung.

"Hima, kenapa Daddy belum kau ajak masuk?"

Nawaki menyusul Himawari kedepan lalu pandangan matanya bertemu dengan mata biru sang ayah.

"Daddy kenapa berdiri saja, cepat masuk!" Nawaki menggeret tangan Naruto memasuki rumahnya, sementara Himawari menutup pintu lalu mengekori sang ayah dan kakaknya dari belakang.

Are you ready?Where stories live. Discover now