RESAH YANG TAK BERKESUDAHAN

24 2 0
                                    

Oleh: Toyak Hamdani Depati (Pak Tuo Depati)

Kota sungai pada saat ini sedang diguyur hujan yang sangat lebat angin bertiup kecang disertai petir yang menggelegar diangkasa sehingga membuat hati ciut mau keluar rumah, sementara suhu udaranya yang sangat dingin membuat yanti kartika enggan keluar rumah ia berbaring berselimut tebal seakan mengukir angka lima, dia bagaikan bunga mati yang tidak berdaun.

Setelah kejadian dicafe minggu nan lalu dimana ia dipermalukan oleh Mico Pratama yang selama ini ia telah berburuk sangka pada orang yang sangat dicintanya, hatinya bagai ter-iris sakit bercampur malu. Kini jiwanya seakan mati walau masih bernafas, ia tetap bertahan menanggung malu untuk waktu yang lama, kini ia selalu diam mematung tak berkutik, tiada lagi canda dan tawa, keceriannya yang ia punya telah hilang, mau rasanya iaberlari terlalu kencang sambil mejerit, namun mulutnya seakan tersekat lidahnya kelu.

Dia hanya bisa melihat kelibatan bayangan mico dari kejauhan ia selalu memperhatikan tingkah laku sang pujaan hatinya kadang ia tersenyum namun hatinya menangis, kadang ia tertawa sementara hatinya menjerit, penderitaan dan jeritan hatinya selalu terdengar bagaikan makhluk misterius yang tengah memasuki dan menguasai kehidupannya. Tak terasa air matanya berderai membasahi pipinya yang indah bak pauh dilayang, sesekali terdengar desah nafasnya yang berat.

"Inilah hidup, yang banyak mempunyai masalah terutama datang dari prasangka-prasangka yang tidak baik pada sesama manusia, sehingga merubahnya sangat sulit segalanya menjadi rumit, tapi seandainya manusia itu bijak dalam menyingkapi masalah tersebut, ia akan selesai juga sebab seberapapun besar masalah pasti ada jalan keluarnya dan ia akan menjadi indah pada akhirnya.

Sudah berulang kali ia membolak balik badannya namun matanya tak mau juga terpejam pikirannya masih juga pada Mico sang pemuda idamannya dia coba membaca sebuah novel namun hatinya tak mau fokus pada ceritanya seolah-olah hati dan jiwanya telah terhipnotis pada seraut wajah seorang pemuda yang telah disakiti hatinya.

"Assalamualaikum..." Wa alaikumsalam..." jawab ibu Maimunah dari dalam, beliau adalah ibu kandung dari Yanti Kartika. "Eee Nanda Miranda silakan masuk. "Yanti ada Bu, kata Miranda "Ada. Jawab ibu Maimunah singkat. "Mari masuk.

"Yantiiiiiiii. Ini ada Nak Miranda... "Ya Mak... sebentar. Jawab miranda pada ibunya.

Tak lama kemudian Yantipun keluar dari kamarnya menemui sahabatnya Miranda, sudah satu minggu ia tidak bertemu sama Miranda sejak kejadian di Cafee seminggu yang lewat.

"Haiiii. Mir apa kabar... Miranda menoleh kearah datangnya suara, ia terkejut melihat sosok sahabatnya yang jauh berobah dari penampilan yang tidak biasanya, wajahnya pucat rambut yang agak kusut. Alhamdulillah kabar baik Yan... jawab Miranda singkat. Aku sangat kuatir padamu Yan, apa kamu sakit..?" "nggak Mir, sebenarnya aku sangat menyesal aku sangat malu setelah kejadian kita seminggu yang lalu. Jawab Yanti. "Iya Yan. Akupun demikian juga, kita semua telah bersalah dan telah berburuk sangka sama Mico selama ini.

"Ya apa boleh buat perbuatan kita telah terlanjur padanya, sehingga aku pada saat ini tidak berani keluar rumah. Jawab Yanti sedih, ia tak dapat menahan aliran air mata bening mengalir membasahi pipinya. "Aku malu Mir sangat malu sekali. Keluh Yanti.

Sabarlah Yan, bukan engkau saja yang merasa malu akupun merasa malu dan juga teman-teman kita Lola dan Susanti merekapun merasa malu atas perbuatan itu.

Itulah kita yang selalu terburu nafsu menuduhnya yang bukan-bukan padahal dia sangat jujur. Kata yanti, masih terngiang di telinganya waktu Bang Mico menjawab Telpon yang terhubung dari hp Miranda. "Halo..... "selamat malam Mir.. "kata Mico tenang sambil membuka pembicaraan sambil berjalan keluar dan tak lupa minta izin sama Susanti. "Ya, selamat malam juga....... "jawab Miranda..... "kamu lagi dimana Bang Mico.....? "lanjut Miranda seolah bertanya. "Aku lagi di cafe" jawab Mico spontan. Disinilah hati kecilnya berkata "Kok dia jujur ya bisik hati Yanti yang dapat mendengar suara mico dari henpon Miranda.

Bahkan sampai sekarang ia selalu mengawasi Mico, semua tindak tanduk Mico tak pernah terlewatkan dalam pengawasannya, semua info tentang dia itu selalu ia dapati bahkan ia sekarang selalu mengikuti perkembangan cerita dia. Iapun sangat terkejut dan semakin kagum pada Mico.

Dia adalah seorang yang sangat gigih dan sangat pintar, dan juga dia adalah seorang yang mandiri, apa lagi setelah Yanti tau bahwa Cafee yang dulu ia datangi adalah kepunyaan Mico sendiri. Memang pada pandangan matanya sangat tajam yang sangat suka pada keindahan apa lagi melihat raut wajah yang cantik bukan pertanda nafsu, memang kebiasaannya macam itu, bukan itu saja bahkan mulutnya dengan sepontan mengucapkan pujian yang alami, sehingga membuat orang banyak berburuk sangka padanya.

"Sudahlah Yan, engkau jangan terhanyut dibuai perasaan bersalahmu, kita berempat harus kompak dan bersatu kembali, kita semua telah menyadari bahwa kita berempat telah berbuat salah sama Mico. Kata Miranda panjang lebar, "Nah sekarang kita mencari jalan keluar yang baik bagaimana kita bisa meminta maaf padanya. Sambung Miranda.

Sekarang aku mohon padamu hapuslah air matamu Yan, jangan menangis lagi, kalau bisa besok kita ngumpul kembali bersama teman-teman kita Lola sama Susanti ya..?" Baiklah Mir, jawab Yanti Kartika singkat. Besok kutelpon engkau ya..?" sekarang aku mau pamit aku mau memberi tau teman-teman kita, kalau ada kata mufakat dimana kita harus bertemu akan kuberi kabar padamu secepatnya, ya..?"


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

**SANG PENAKLUK CINTA**Where stories live. Discover now