Mangsa, Terbelit, Burit

2.2K 243 142
                                    


Selamat siang ^^

Akhirnya saya bisa menulis lagi, meski tulisan saya masih banyak yang harus diperbaiki. Mohon dimaklumi, dan silakan memberi kritik atau saran. Saya akan menerimanya dengan senang hati.

Seperti biasa, saya menulis untuk tokoh RaShouRa. Namun, yang akan kamu temui di sini agak berbeda dari sifat mereka yang biasanya. Jangan kaget kalau ada yang berbeda, manusia mempunyai banyak topeng, bukan?

Saya dedikasikan kisah ini kepada RaAratte. Terima kasih atas dukunganmu selalu. Happy Rashoura Day :*

Dan, selamat menikmati :D

.

.


Mangsa, Terbelit, Burit

.

.

Menangkapnya bukanlah hal mudah.

Mengejar larinya saja sulit, apalagi menangkap? Akankah pihak berwajib sanggup menahannya di balik jeruji?

.

Pria berseragam terkekeh rendah dan menutup koran paginya. Jemarinya mengetuk meja dengan irama, sedikit memantulkan gema di dalam ruangan. Sesekali matanya melirik ke koran, meja, kursi, kembali lagi ke koran, meja—oh, teko di atas kompor berbunyi. Sudah waktunya ia membuat teh hangat pembuka hari.

Ra.

Pencuri yang selalu lolos dari kejaran polisi. Wajahnya muncul di televisi setiap hari. Mangsanya adalah para konglomerat kotor, politisi korup pun tak luput dari incarannya. Kepalanya pun sudah menjadi incaran sejak lama dan sudah menjadi tugas polisi untuk meringkusnya. Meski sebagian besar tuntutan penangkapan adalah sebuah paksaan dari para warga 'di atas sana'. Polisi bisa apa?

Perlahan ia tuang air panas ke dalam cangkir hitam favoritnya. Tak lupa gula dan teh tubruk, diaduk sampai ketiganya berpadu menjadi teh siap minum. Meniup cangkirnya yang mengepul, ia sesap lamat-lamat. Matahari pagi, koran, dan teh hangat. Ah, betapa nikmatnya pagi ini.

Jam dinding menunjuk angka tujuh, berdering menandakan ia harus bergegas. Segera ia menyambar ransel hitam di sofa dan memakai jaket berkupluk (untuk menutupi seragamnya selama perjalanan, tentu saja). Pekerjaannya bukan hal yang memalukan memang, namun berseragam di antara kerumunan bukanlah hal baik. Seragamnya menjunjung kemuliaan, tubuhnya tinggi tegap, otot mengintip dari balik lengan seragamnya. Jika banyak yang tertarik, ia pasti kerepotan.

Haha.

Maaf saja, sebagai pihak berwajib yang taat peraturan, tak heran ia menjadi panutan. Sejak bergabung dengan kepolisian lima tahun lalu, berbagai prestasi telah diraihnya. Jangankan membantu nenek toko bunga menyeberangi jalan, menyeberangi sandera teroris ke daerah yang aman pun ia lebih dari sanggup. Termasuk sebagai pendatang baru, tapi prestasinya sudah seperti kepala kepolisian. Tak ayal, pangkatnya pun melejit begitu cepat. Kemarin menjadi anggota tim, hari ini menjadi kepala tim. Pujian seperti tak berhenti mengalir untuknya, begitu mudah mendapatkan predikat 'anak emas' Komisaris Besar Polisi. Abaikan para senior yang menatap iri—mereka hanya tak sanggup menjadi seperti dirinya.

Shouki Al Zaidan, 27 tahun.

Umurnya bahkan belum menyentuh kepala tiga, tapi kehidupan karir sudah di genggaman. Tidak ada pelaku kejahatan yang tak dapat dia ringkus. Tidak ada jalan kabur bagi pelaku kejahatan yang sudah ia incar. Memangnya kau bisa ke mana jika sudah ditargetkan oleh Shouki? Ditangkap atau mati. Kau pilih mana?

AfrodisiakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang