Goresan Pena - Cerpen [2]

53 8 3
                                    


Selamat jalan

Karya : Rachel Tieneloho

Hari ini seperti biasanya, aku selalu bercanda dan tertawa bersama dengan Airin, bahkan besok pun aku pasti tetap tertawa dan bercanda dengan Airin.

Saat bel istirahat berbunyi Airin datang mendekatiku, "Kamu ga ke kantin, Ami? Aku mau ke kantin nih, sama-sama yuk?" pinta Airin.

"Iya. Ayo, entar keburu penuh," jawabku sembari menarik tangan Airin menuju kantin.

Saat Airin makan, aku melihatnya makan dengan sangat menghayati, lalu aku mulai tertawa setelah melihat ekspresi wajah Airin yang tidak biasa itu. Seketika aku tersedak kuah bakso yang tengah kumakan sampai ke hidung, "Seharusnya aku fokus pada makananku sendiri," batinku.

Airin yang melihatku seperti itu, hanya melampiaskan senyuman mengejek. "Masih kurang 10 menit lagi baru masuk, ini kita mau apa?" tanyaku pada Airin.

"Hmm... bagaimana kalau kita membaca buku atau yang lain?" lalu aku menyodorkan Mp3 Player yang sudah ku isi semua lagu kesukaanya. Aku sadar, disaat-saat seperti ini dia akan merekomendasikan untuk membaca buku, tapi tidak denganku.

Airin dengan cantiknya memberiku sebuah senyuman seraya berkata, "Aku senang bisa mempunyai sahabat sepertimu Ami," lalu tak lama kemudian, bel masuk sudah berbunyi dan kami lekas masuk kedalam kelas. Ketika pelajaran telah usai, aku melihat wajah Airin yang tak biasa, terlalu pucat sampai aku mengira ia kelebihan dalam menggunakan bedak, "Airin kamu kok pucat? Kamu pake bedak ditempat umum kayak gini?" tanyaku pada Airin.

"Pucet ya? Aku gak bawa kaca nih, Mi. Hehe...," jawabnya yang lantas ku balas dengan tatapan kosong

"Baru-baru ini kenapa wajah Airin semakin pucat, apa benar karena bedak?" batinku.

Keesokan harinya, aku mulai datang ke sekolah pagi-pagi karena harus melaksanakan piket kelas. Setibanya disana, aku mulai bersih-bersih dan tak lama seseorang datang kepadaku seraya berkata "Ami, ini surat buat guru. Taruh di meja guru aja ya, aku ada urusan," lalu aku tersadar dan menghentikan sapu menyapuku, ku lihat ketua kelas membawa secarik surat.

"Siapa yang ijin, Chen?" tanyaku.

"Hmm... aku tidak tau," jawab Chen singkat samabil membolak-balikkan amplop surat itu. Saat bel masuk kelas mulai berbunyi aku menyadari akan satu hal, lalu aku mengambil surat yang tergeletak diatas meja guru seraya membuka amplop tersebut. Aku merasa kalau ini benar-benar dari orang tua Airin, tertulis di surat tersebut bahwasanya Airin tidak dapat mengikuti pelajaran dikarenakan sakit. Aku sangat terkejut, karena Airin sama sekali tidak mengabariku ketika sakit. 

"Mungkin ia memilih istirahat daripada mengabariku, toh itu untuk kesehatannya juga," pikirku positif. Lalu, saat bel pulang berbunyi, aku menyempatkan mampir ke toko bunga untuk membeli bunga mawar merah yang masih segar dan wangi dan tentunya masih semerbak. Kemudian, aku bergegas menuju rumah Airin.

Ketika sampai disana, ibu Airin yang membukakan pintu untukku dan mempersilahkan aku duduk di ruang tamunya yang besar sambil berujar, "kamu teman airin ya?"

"Iya tante, saya teman Airin nama saya Ami,"

"Oh... jadi, kamu Ami? Airin sering bercerita kalau ia mempunyai teman yang sangat mengerti dirinya, tidak Tante sangka, ternyata kamu datang kemari, Ami," ungkapnya dengan nada bahagia.

"Tante, boleh saya bertemu Airin?" tanyaku yang membuat ibu Airin terlihat sedikit terkejut lalu ia menjawab, "Maaf ya Ami, bisakah kamu untuk sekarang membiarkan Airin istirahat di kamarnya?" lalu aku memaklumi saja, Airin sedang sakit dan pasti orang tuanya sangat khawatir.

Goresan PenaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt