Goresan Pena - Cerpen [1]

48 8 0
                                    

Malam Yang Mencengkram


Karya: Intan Nor Aini Husaini

Nama ku Amelia. Aku tinggal disebuah kos-kosan yang berada di tengah kampung. Malam Rabu Kliwon adalah malam yang sangat ditakuti oleh sebagian masyarakat kampung ku. Masyarakat di kampungku—Kampung Duku—, percaya bahwa pada malam itu seluruh roh manusia yang pernah meninggal karena kecelakaan pada malam Rabu kliwon akan bergentayangan. Aku mempunyai teman yang bernama Alia, Rosa dan Raisa.

Malam itu, aku sedang berjalan sendirian menikmati malam yang dingin, jalannya sangat sepi, tiba-tiba bulu kudukku mulai berdiri menandakan bahwa ada sosok gaib yang mendekatiku. Awalnya aku bersikap santai saja karena aku tidak percaya yang seperti itu, namun tiba-tiba ada seseorang yang lewat tepat disamping ku, aku mengira bahwa itu adalah orang biasa ternyata itu adalah salah satu dari seorang yang pernah kecelakaan di jalan itu.

Aku pun dengan perasaan ragu memanggil orang tersebut namun, orang tersebut tidak menoleh bahkan ia berjalan terus tanpa mendengarkan suaraku, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk pundakku, aku pun terkejut pelan-pelan ku memalingkan badan ku ternyata itu adalah teman ku Raisa, Rosa dan Alia. Aku pun menghembuskan napas dengan lega.

"Ahhh kalian ini mengagetkan ku saja." kata ku 

"Hahahahahaha maaf kan kami, kenapa kamu sendirian, apakah kamu tidak takut?" tanya Raisa. 

"Aku hanya ingin mencari angin saja, aku cukup lelah. Tidak, kenapa aku harus takut? Bukankah masih ada Allah yang selalu bersama kita." jawab ku dengan serius.

"Oh ya, teman-teman apakah kalian tadi melihat seseorang yang berjalan?" tanyaku 

"Tidak. Kami tidak melihatnya." jawab mereka serempak. 

Aku terdiam sejenak. "Lalu, siapakah yang kulihat tadi?" tanyaku kembali dengan heran. 

"Memangnya kamu melihat apa, Mel?" tanya Alia. 

"Aku melihat sesosok lelaki yang berjalan melewati ku, aku menegurnya tetapi dia menghiraukan ku." jawab ku dengan lengkap.

"Mungkinkah yang dikatakan orang kampung sini memang benar?" celetuk Raisa. Aku hanya terdiam karena aku baru pindah ke kampung ini seminggu yang lalu. 

"Memangnya yang dikatakan warga disini apa?" tanya ku dengan rasa penasaraan. Saat aku bertanya dengan tiba- tiba sesosok wanita yang lumayan tua mungkin umur wanita tersebut 30 ke atas. Kami pun kaget, "Ibu ini siapa?" tanya kami dengan serempak. 

"Ibu ini adalah bagian dari kampung sini kalian pasti ingin tahu tentang cerita yang ada disini." jawab ibu tersebut.

Kami pun hanya terdiam kaku tanpa bicara." Baiklah nak, ibu akan menceritakan ceritanya. Pada malam itu ada sesosok pemuda yang sedang berjalan sendiri, saat itu ia baru saja pulang dari bekerja, wajah pemuda itu sangat tampan dan ia sangat ramah kepada semua warga yang ada disini, malam itu pukul 00:00 ia berjalan dengan sangat cepat karena sudah terlalu malam, saat dia menyebrang dia tidak tahu bahwa ada mobil yang sangat cepat, mobil itu pun juga tidak tahu karena pengemudi itu sedang dalam keadaan mabuk, singkat cerita mobil itu langsung menabrak pemuda tersebut hingga tewas." cerita si ibu dengan panjang.

Dan kami pun diam lagi, kami saling berpandangan bingung harus berkata apalagi. Aku pun bertanya, "Jadi, yang aku lihat tadi sesosok lelaki yang sudah meninggal tadi?" dada ku terasa sangat sesak sekali rasanya ingin pingsan. Aku mempunyai penyakit asma maka dari itu semua teman-teman ku tahu walaupun aku baru dikosan ini. Syukurlah mereka membawa obat asma ku, jadi aku tidak jadi pingsan.

Kami pun segera pulang, dan tiba-tiba pun ibu tadi menghilang kami pun semakin takut, saat kami melihat jam ternyata sudah menunjukan pukul 00:00. Ketika kami berjalan, kami merasa seperti ada orang yang mengikuti, kami mengabaikannya saja dan pura-pura tidak tahu, namun kami merasa terganggu dengan suara itu hingga kami putuskan untuk melihatnya.

Dengan pelan kami melihat dan ternyata tidak ada seseorang pun kecuali kami. Kami pun semakin takut, kami berjalan dengan cepat hingga akhirnya kami sampai dikos-kosan kami. Dan ada-ada saja kejadian yang membuat kami takuti lagi, sebelum kami membuka pintu kosan dengan tiba-tiba pintu kosan tersebut terbuka sendiri, lagi-lagi rasa takut menyergap tubuh kami.

Dengan pelan kami berempat pun berjalan walau dengan rasa takut, ternyata kami melihat sesosok lelaki yang sedang duduk disofa, Kami berempat sangat takut. Lelaki itu mendekati kami, dan kami pun mulai mundur hingga tidak dapat mundur lagi karena di belakang ada pintu.

Lelaki itu berkata, "Aku tak ingin menakuti kalian, aku hanya ingin menyampaikan bahwa aku tak ingin menakuti kalian lagi, tolong sampaikan kepada semua warga". Kami pun hanya mengangguk saja. Saat kami tidur kami bermimpi bahwa lelaki tersebut memberitahu lagi yang kejadian tadi, kami berempat bermimpi yang sama.

Hingga keesokan paginya kami memberitahu kepada Pak RT yang ingin dikatakan kami malam tadi, namun pak RT seperti tidak percaya. Kami memohon agar Pak RT memberitahu kepada semua warga hingga akhirnya pak Rt nya pun mau.

Sampailah kami di lapangan dan Pak RT memberitahu semuanya. Namun, ada saja warga yang tidak percaya tetapi ada juga yang percaya, dan kami berempat pun memohon kepada semua warga hingga akhirnya mereka percaya.

-End-

Goresan PenaKde žijí příběhy. Začni objevovat