Prologue

22.1K 1.1K 41
                                    

"Yang Mulia, sebaiknya kita pulang saja," mohon Juugo ketika majikannya terus melangkahkan kaki, memasuki perkampungan penduduk. "Yang Mulia Kaisar pasti akan marah pada saya jika mengetahui kepergian Anda, Yang Mulia."

Sasuke tidak mendengar perkataan Juugo sama sekali. Ia lebih tertarik dengan suasana hiruk-pikuk pasar di hadapannya. Semua orang di dalam pasar malam ini sibuk melakukan tawar-menawar, dan beberapa di antara mereka ada yang melakukan sabung ayam atau berjudi dadu. Suasana di hadapan Sasuke sangat berbeda dari dalam dalam kerajaan yang selalu teratur. Melihat orang-orang di sekitarnya, Sasuke sendiri membandingkan pakaiannya, dengan pakaian orang-orang itu. Sungguh kontras, walaupun pelayan menyiapkan pakaian yang sederhana untuk Sasuke di hari ini. Potongan kain sutra berlapis dua belas dengan dirajut oleh penenun terbaik dari Cina tentu membedakan pakaian Sasuke dan rakyat biasa yang hanya menggunakan potongan kain katun lusuh. Sasuke pun menyaksikan untuk pertama kalinya jika beberapa orang yang dilewatinya duduk di pinggir jalan, dan meminta-minta pada orang yang lewat, seperti anjing kelaparan. Meskipun penampilan pengemis itu sangat mengkhawatirkan, Sasuke menemukan sesuatu yang menarik di balik pakaian pengemis itu. Ia melihat jika para pengemis itu menbawa katana di pinggangnya. Katana yang lebih bersih dibandingkan rambut para pengemis itu. Keanehan ini membuat Sasuke mengernyitkan dahi.

"Kenapa mereka tidak menjual pedang mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak?" tanya Sasuke pada Juugo. Ia mengerutkan kening, tidak mengerti jalan pikiran pengemis-pengemis itu. "Bukankah pedang mereka cukup bagus untuk dijual dengan harga yang mahal?"

Pertanyaan Sasuke membuat Juugo menghela nafas berat. Umur Sasuke masih terbilang sangat muda untuk mengetahui semua permasalahan di negara ini. Ia baru saja menginjak umur sepuluh tahun di tahun ini. Tetapi Sasuke adalah anak yang cerdas. Ia akan mengerti dengan cepat penjelasan yang diberikan oleh orang dewasa di sekitarnya. Ya, walaupun Juugo tidak memberi seluruh jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Sasuke, pemuda itu akan mencari tahu sendiri jawaban-jawaban dari pertanyaannya, dan menganalisis jawaban itu. Anak ini memiliki kepandaian dan keingintahuan yang sangat tinggi, sama seperti Putra pertama kaisar-Itachi Uchiha.

"Mereka adalah samurai. Bagi mereka, pedang adalah harga diri mereka. Tanpa pedang, mereka kehilangan kemampuan mereka untuk bertahan hidup, dan itu merupakan penghinaan bagi mereka," Juugo menjelaskan. "Sudah sore Yang Mulia. Sangat tidak aman berkeliaran di luar kerajaan jika matahari sudah tenggelam," lanjutnya, memperingati Sasuke.

Sasuke menganggukan kepalanya. Memang suasana sudah semakin sore, dan itu berarti Sasuke harus kembali ke dalam istana sebelum ibunya datang ke kamar dan melihat keadaannya.

Baru saja akan melangkahkan kaki, teriakan di hadapan Sasuke membuat dia terdiam-terkejut. Di hadapannya, seorang wanita gemuk bermake up tebal melempar barang-barang dari dalam rumah yang terletak di dalam pasar ke jalanan seraya lima orang anak menundukan tubuhnya, memunguti barang-barang itu dari depan rumah. Teriakan dan makian terdengar bergemuruh-terucap dari bibir merah wanita gemuk itu. Makian itu dilontarkan untuk kelima anak itu, namun tidak ada satupun yang melawan. Kelima anak itu hanya menerima perlakuan kasar tersebut ketika gadis terkecil dari kelima anak itu terisak tangis, memeluk kakak laki-laki tertuanya.

Seluruh orang berhenti beraktivitas, berkumpul, menyaksikan keributan di hadapan mereka. Tidak ada satupun yang membantu, semua hanya sibuk berbisik-bisik menduga-duga awal keributan tersebut. Tidak ada yang berani ikut campur urusan seseorang jika hal tersebut tidak menyangkut kehidupan dirinya.

Juugo menggelengkan kepalanya, "Tidak disangka, sudah hampir puluhan tahun Tokugawa (pemimpin militer yang menggeser kaisar sebagai pemimpin negara) menyerahkan kekuasaannya kembali pada kekaisaran, dan terjadilah Restorasi Meiji yang telah merubah semuanya," gumam Juugo lebih pada dirinya sendiri. "Mereka adalah anak orang penting-damyo (majikan para samurai) Namikaze terdahulu-lalu yang sekarang tidak lebih menjadi kumpulan sampah masyarakat."

Sasuke tidak mengerti gumaman Juugo. Restorasi Meiji? Apakah itu suatu perubahan? Apakah itu hal yang baik? Setahu Sasuke akhir-akhir ini banyak sekali orang yang berpakaian asing memasuki daerahnya. Bukan hanya pakaian mereka saja yang berbeda, melainkan fostur tubuh dan badan orang-orang itu. Badan orang asing itu tinggi tegap, ketika kulit mereka putih, namun berbeda putihnya dari penduduk asli tempat ini. Lain dari penduduk sekitar, orang itu tidaklah membawa pedang di pinggangnya, tetapi sebuah senjata yang diketahui Sasuke sangat berbahaya karena bisa membunuh dari jarak jauh dengan kecepatan yang melebihi anak panah yang diluncurkan. Apakah orang-orang itu ada hubungannya dengan Restorasi Meiji? Sasuke berpikir. Apakah Restorasi Meji adalah penyebab para pengemis itu meminta-meminta di pinggir jalan?

Keadaan semakin tidak nyaman untuk dilihat, ketika segerombolan orang-orang berpedang datang dan menarik kelima anak itu agar bangkit dan meninggalkan barang-barang itu. Anak-anak itu mulai memberontak, ketika gerombolan orang-orang berpedang itu memaksa anak-anak itu untuk mengikuti mereka. Semua penonton tampak ketakutan, dan sedikit menyingkir. Terlebih ketika salah satu pria berpedang itu mengibaskan pedangnya ke anak tertua dari kelima anak itu.

Dengan dagu yang diangkat, dan mata nyalang anak itu menatap pria yang mengibaskan pedangnya ke arah lehernya. Dari sorot matanya banyak sekali kebencian yang dicemooh oleh para pemegang pedang itu.

Kesabaran Sasuke habis ketika melihat kekerasan ini. "A-apa yang mereka lakukan," kata Sasuke, maju untuk menghentikan kekerasan tersebut.

Juugo memegang pergelangan tangan Sasuke. "Yang Mulia, jangan pergi!" Juugo menundukan kepalanya, ketika melihat tatapan Sasuke yang tajam. "Maaf Yang Mulia, tetapi terlalu berisko untuk mendekat dan menolong mereka. Aku harap Yang Mulia mengerti posisi kita sekarang ini. Kita akan membuat kerajaan repot jika harus berurusan dengan rakyat kecil...," Juugo merasa dirinya pantas dipenggal karena berani menyentuh putra mahkota kedua. "Saya pun akan disalahkan jika terjadi sesuatu dengan Yang Mulia."

Kerasionalan Sasuke kembali, dan anak itu sedikit menenangkan diri. Ia sudah janji pada Juugo agar bersikap baik ketika Juugo mengajaknya keluar istana. Sebagai seorang anak kaisar dia harus memenuhi janji pada siapapun itu, dan tidak menyusahkan orang-orang di sekitarnya. Gigi Sasuke bergetak marah, tangannya terkepal kuat. Darimana asalnya keadilan, ketika beberapa anak diperlakukan kasar seperti itu, sedangkan orang-orang hanya bisa menonton seperti dirinya? Sasuke memalingkan muka. Ia lebih baik pergi dari tempat ini, menghindari masalah, daripada hanya menjadi penonton yang tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak sanggup menyaksikan kekerasan di hadapannya.

"Banyak alasan aku tidak menyukai posisi sebagai seorang kaisar," bisik Sasuke. Wajahnya tampak sangat sedih, "Posisi di atas bukanlah untuk melindungi, melainkan untuk menjadi penonton terbaik penderitaan orang lain ketika hanya kita sendiri lah yang aman," sekarang Sasuke mengerti dirinya hanya sebagai boneka di dalam ruang kaca terbaik. Ia hanya sebagai hiasan di dalam istana, ketika di luar istananya banyak sekali orang menjerit-meminta keadilan.

"Ya-Yang Mulia," Juugo hanya bisa merasa sedih ketika mendengar perkataan Sasuke. Ia sangat mengerti keinginan Sasuke untuk membantu orang-orang di sekitarnya.

Sasuke melangkahkan kakinya, meninggalkan keributan di belakangnya dengan diikuti Juugo. Di saat dia melewati kelima anak itu, sejenak Sasuke merasakan sepasang mata menatap dirinya. Untuk terakhir kalinya Sasuke melempar pandang ke arah kelima anak itu ketika matanya beradu pandang dengan anak tertua dari kelima anak itu. Ia bertatapan dengan sepasang mata dari seorang anak kecil yang lehernya akan terpenggal oleh pedang.

Biru...

Sasuke terhipnotis oleh kejernihan mata beriris biru-seindah batu rubi itu. Walaupun wajah anak itu kotor dan lusuh, Sasuke dapat menilai menariknya paras yang belum dipoles dari balik wajah kotor itu.

Keindahan tersembunyi?

Inilah pertama kalinya Sasuke melihat sesuatu yang menarik di sekelilingnya. Inilah pertama kalinya Sasuke menikmati keindahan yang tidak dapat dilihat orang lain, dan hanya dialah orang yang pertama menemukannya.

Seperti...

Lukisan mahal di pinggir jalan...

Perhiasan tidak diketahui...

Inilah awal dari Sasuke Uchiha menjadi orang yang mampu melukiskan segala hal di dalam pikirannya ke dalam syair-syair indah.

Dia...

Adalah inspirasiku...

Itulah kata pertama yang terucap di dalam pikiran Sasuke ketika bertemu dengan dirinya.

Dia adalah Inspirasi (SasuNaru) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang