Setelah Raehan memutar mobilnya dan memarkirkannya di dalam sekolah, Raehan berjalan memutar dan membukakan pintu untuk Afreen.

"Selamat datang, my princess," ucapnya dengan gaya ala-ala kerajaan.

Afreen hanya mengikuti permainan Raehan dan tersenyun kecil. Raehan benar-benar berlebihan.

Setelah memastikan pacarnya sudah keluar dari mobil, Raehan membukakan pintu belakang dan terlihatlah Davka dengan wajah muramnya.

"Kenapa sih mukanya gitu? Bikin polusi aja."

"Lo lebay! Pake manggil  princess segala"

"Jomblo mah diem aja!" ucapan itu rasanya bagai belati yang menembus jantungnya. Sakit.

Davka semakin memberengut kesal. Membuat Raehan merasa gemas dan mengacak-acak rambutnya. "Ayo turun!" ucap Raehan yang ternyata sudah berjongkok di depan Davka.

Davka memandangi punggung Raehan dengan ragu. Untuk apa kakaknya melakukan hal itu? Apakah kakaknya tidak akan keberatan bila menggendongnya? Apakah kakaknya nanti tidak akan kelelahan? Apakah kakaknya sanggup menggendongnya hingga ke kelasnya yang berada di lantai 2?

"Kak?" ujar Davka yang dijawab dehaman kecil dari Raehan.

"Yakin?" tanya Davka ragu.

"Iya gak apa-ap— ASTAGHFIRULLAHAL'ADZIM! DAVKA!" pekik Raehan tiba-tiba saat Davka dengan tak berperasaannya melompat di punggung Raehan.

"Ayo pesawat! MAJU!" pekik Davka dengan tangan kiri yang merangkul leher Raehan dan tangan kanan yang menggenggam tongkatnya.

Afreen yang melihat hal itu seketika tertawa terbahak-bahak. Apalagi melihat wajah Raehan yang memerah seperti itu membuatnya semakin lucu. Dan ia pun berjalan mengikuti kedua kakak beradik itu sembari memeluk erat tas milik Raehan diikuti tawa yang tak henti dari wajahnya.

Ternyata pagi ini tidak buruk juga, pikirnya.

*****

"Fix! Cita-cita gue nanti jadi dokter."

Kailasha melirik ke arah Diego yang masih berdiri di sebelah Davka yang tengah sibuk memakan bekalnya. Kali ini Diego berkunjung ke kelas Davka yang mulai sepi karena jam istirahat telah berbunyi.

"Loh, bukannya lo mau jadi pilot, go?" tabya Kailasha bingung. Pasalnya sejak kecil, Diego selalu berambisi menjadi seorang pilot.

"Setelah gue pikir-pikir lagi, enakkan jadi dokter," sahut Diego.

"Enak apanya?" kali ini Davka menimpalinya.

"Ya enak aja gitu. Apalagi kalo pasiennya kayak Davka yang cerobohnya gak ketolongan. Kan gue bisa kaya," ujar Diego yang seketika dihadiahi pukulan dari tongkat Davka.

"Tega lo, ya. Manfaatin sahabat sendiri!" ujar Davka kesal.

"Lagian lo kenapa lagi sih, Dav?" tanya Kailasha sembari melirik ke arah kaki kanan Davka yang terlihat masih terbalut perban putih. Ia diijinkan untuk tidak memakai sepatu karena ia kesulitan untuk menggunakannya.

"Kepeleset, keseleo, ya gitu."

"Kenapa bisa kepeleset?"

"Nolongin bocah."

TAK!

"APAAN SIH LO JITAK GUE MULU?!" pekik Davka kesal akibat ulah Diego.

"Gue bilang apa? Gak usah sok pahlawan kalo gak bisa jaga diri sendiri."

"Ya terus emang gue harus diem aja gitu ngeliatin anak kecil celaka?" sahut Davka kesal.

"Ya kan banyak orang, Dav disana."

"Orang banyak. Yang bantuin ga ada," sahut Davka ketus. Davka kemudian mengalihkan perhatiannya lagi kepada makanan yang baru ia habiskan setengahnya. "Udah ah, ga usah dibahas. Gue emang begini. Gak usah banyakan protes. Gue juga gak parah kok."

Suasana seketika hening. Kailasha diam-diam melirik ke arah Diego seakan ia sedang bertanya sesuatu. Dan Diego pun menaikkan kedua bahunya seakan mengatakan bahwa ia tidak tahu. Melihat respon Diego, Kailasha menghela napasnya kemudian kembali melirik ke arah Davka yang terduduk di hadapannya dan sibuk dengan bekalnya.

"Emm Dav," sahut Kailasha lirih.

Davka melirik ke arah Kailasha dengan tatapan bertanya.

"Emm Raehan beneran udah jadian sama Afreen?"

Davka terdiam sejenak. Namun sedetik kemudian, senyumnya terkembang. "Iya."

"Lo...umm gak papa?"

"Gue?" Tawa Davka meledak saat itu juga. "Emang gue kenapa?"

"Ya... lo kan su—"

"Gue gak suka," ujar Davka cepat memotong ucapan Diego.

"Lo serius sama ucapan lo? Buka karena sifat kelewat baik lo itu, 'kan?" tanya Diego dengan nada sedikit ketus.

"Enggak. Gue serius," ujar Davka dengan senyumnya. Namun siapa sangka bila dibalik ketegaran hati seorang Davka, terdapat begitu banyak luka sayatan yang ditorehkan oleh orang-orang di sekitarnya.

"Gue udah sering bilang 'kan kalo gue gak apa-apa dan akan selalu gak apa-apa." sahut Davka dengan santainya. "Gak usah lebay gitu ah!"

[TBC]
⚫⚫⚫

Hahay!

Makasih ya buat semua yang udah baca^^

Gak nyangka aja gitu udah di part 22 hahaha makasih banyak yaa semua^^

See you 🙋

Seharusnya ✔Where stories live. Discover now