Part III - Vian

21 3 5
                                    



Halo... dalam part ini, kita akan flashback ke masa SMA Naya. Masa putih abu-abu yang sangat berkesan.

Selamat Membaca :)

* * *

Tahun 2007

Lapangan upacara SMA Nusa Bakti dipadati siswa berseragam putih abu-abu. Upacara bendera yang disertai dengan upacara penerimaaan siswa baru – baru saja selesai. Para siswa membentuk gerombolan menuju kelas masing-masing. Ada juga yang masih mematung, mengamati gerombolan itu bermaksud bergabung.

Seorang gadis berkuncir dua -Naya- termasuk salah satu siswa mematung itu. Dia ragu, ingin bergabung dengan beberapa siswi yang hendak memasuki ruangan kelas. Baru beberapa langkah, dia mundur kembali untuk berjalan sendiri memasukin ruangan kelas disebrang lapangan. Didalam kelas saja baru kenalan.

Bemaksud untuk berbaur didalam kelas, Naya mengurungkan niatnya itu. Hal yang sama kembali terjadi. Beberapa siswa sudah membentuk group masing-masing. Bukannya Naya tidak mau berbaur dengan mereka, tapi Naya adalah tipe orang yang memilih berbaur dengan satu orang dulu, lalu perlahan ke yang lain. Gadis bermata coklat bening itu mempunyai rasa malu dan canggung berkadar tinggi. Entah, dia malu karena berkuncir dua sedangkan siswi dikelasnya mengurai atau menguncir satu rambutnya, atau karena tidak ada satupun teman SMP-nya disana.

Naya menghela nafas di tempat duduknya, berharap guru segera menenangkan kelas yang mulai riuh. Dia memilih membuka buku tulis barunya, mencoret-coret sembarang untuk menghilangkan rasa bosannya.

"Disini kosong?" tanya seseorang

Naya memandangnya sekilas. Seorang cowok berkepala nyaris plontos, mata sipit dan ekspresi datar, "iya"

Tanpa ba-bi-bu, cowok itu melongsorkan ranselnya ke meja. Menarik kursi disebelah Naya, lalu mendudukinya. Tangan kurusnya membuka ransel, merogoh pelan lalu mengeluarkan komik dari dalam sana.

Naya berterima kasih kepada Tuhan, akhirnya dia bisa berbicara setelah nyaris 3 jam dia berada di sekolah barunya.

"Kamu suka komik detective conan, ya?" tanya Naya. Ya, inilah Naya . Gadis itu selalu mengajak lawan bicara disebelahnya, membangun perkenalan singkat untuk menambah teman.

Cowok itu berbalik, melirik Naya sekilas lalu kembali fokus pada komik detective conan-nya. Tidak ada kata keluar dari bibirnya, padahal naya sudah menantinya.

"Aku Kanaya Atika, panggil aja Yaya," Naya tidak putus asa, setidaknya dia tidak seperti orang bego sendirian didalam ruangan kotak ini.

Cowok itu menghela nafas. Ketenangan yang dibangunnya beberapa menit yang lalu terusik oleh gadis bergigi kelinci disampingnya. "Vian"

"ohhh Vian, Vian apa ? atau Vian aja?"

Ck! Mengganggu saja cewek ini!! Vian menutup komiknya. Diliriknya Naya yang menatapnya dengan lengkung senyum yang lebar. "Cuma vian, oke!"

"He, oke salam kenal vian," Naya menyodorkan tangannya hendak bersalaman, tapi cowok berbadan kurus itu tidak menanggapinya. Meliriknya saja tidak. Ini cowok sombong atau apasih...ah nggak, pasti dia cuman malu.

Naya tidak putus asa. Bibirnya tak berhenti berceloteh, tentang suasana kelasnya, upacara tadi, dan masih banyak lagi. Dan tentu saja, vian sekali lagi tidak menanggapinya. Tapi, Naya sama sekali tidak kecewa, setidaknya dia sudah punya teman atau tepatnya calon teman, yang akan menemaninya melewati masa putih abu-abu ini.

* * *

"Yan, kemarin aku lihat volume baru detective conan, loh,"

Naya dengan semangat '45 menceritakan kejadian kemarin saat dia ke toko buku. Sudah seminggu ini Naya dan Vian menjadi 'Teman'. Tiada hari tanpa celoteh Naya yang hanya ditanggapi dengan lirikan datar oleh Vian. Naya bisa menghitung jari berapa kali vian mengajaknya bicara, yaitu saat mau pinjam pulpen, tanya jam berapa, dan... Hei! Cuma itu saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 01, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

More HappinessWhere stories live. Discover now