Part II - Remember

28 2 0
                                    

Naya merebahkan badannya yang berbobot 48kg keatas kasurnya. Dihirupnya dalam-dalam Wangi Lavender yang menyeruak dari bedcover bercorak langit biru itu. Sambil memijat keningnya, Naya melirik jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangannya. Jam 9 malam dengusnya sedikit kesal. Hari ini dia dan Sally kena jatah lembur dari Pak Boris. Apalagi kalau bukan karena tawa sally yang membuat murka Pak Boris. Atasan berkumis tebalnya itu memang paling benci dengan kegaduhan di lingkungan kantornya. Tapi, ada juga untungnya lembur itu bagi Naya, setidaknya dia berhasil menyelesaikan Laporan keuangan yang deadline-nya besok.

Naya merogoh tas ranselnya, mencari-cari Handphone yang sedari tadi di-silent agar tidak terganggu oleh perusak mood-nya hari ini, Freak-Me.

20 Missed Calls (Bagas), 5 Pesan Whatsapp (Bagas).

Sayang, Maaf aku hari ini gak jemput ada meeting dengan klien dari Jepang yang pernah aku ceritakan itu

Sayang, kenapa gak balas? Sudah pulang kerumah?

Kenapa gak angkat telponku sayang?

Hapemu aktif, berarti nggak lowbat, kamu dimana sayang?

Naya, jangan buat aku khawatir, kamu dimana? Aku telpon sally katanya kamu sudah pulang, tapi kenapa nggak angkat telponku? Aku telpon Mama-mu, Beliau lagi kondangan, Aku telpon Kak Rima dan Dony mereka lagi diluar. Kamu dimana?

Astaga... Naya hampir lupa kalau dia punya pacar. Pacar yang khawatirnya melebihi mamanya sendiri. Lihat saja, baru 2 jam naya mendiamkan handphone-nya, Bagas sudah kalang kabut begini, gimana kalau gak diaktifkan, ya? Naya tersenyum geli membayangkan apa yang akan dilakukan Cowok romantis itu. Apakah akan mendatangi rumahnya ? mengacak-ngacak isinya?

Baru saja Naya hendak mengetik sebaris pesan untuk Bagas, Nama cowok itu muncul dilayar memanggilnya.

"Ha..." Ucapan Naya terpotong oleh suara disebrang

"Astaga Naya, kamu benar-benar membuatku khawatir! Sepanjang meeting pikiranku tidak fokus, hanya ada kamu yang sedang dimana, bersama siapa dan sudah sampai rumah apa nggak," Bagas menghela Nafas panjang disebrang membuat Naya tertawa kecil

"Jangan tertawa, atau Pizza ini aku bawa pulang kembali,"

Seketika itu juga, Naya beranjak dari tempatnya lalu menuju jendela dan membuka tirainya perlahan.

Cowok berkemeja Biru Laut dipadankan celana khaki berdiri dibawah sana. Secepat kilat, Naya berlari keluar, menuruni anak tangga dengan tidak sabaran tanpa sambungan telpon yang belum terputus.

"Maaf Koko," ucap Naya setelah membuka pintu. Koko, nama panggilan sayang Naya ke Bagas. Entah nama itu dari mana, terlintas begitu saja dipikiran Naya ketika mereka baru saja jadian. Padahal, Bagas sama sekali nggak ada tampang koko-koko chinese. Malah tampang Indonesia-Arab-Aceh yang membuat para wanita klepek-klepek.

Bagas tidak pandai berekspresi manja. Dia hanya tersenyum kecil, melihat gadisnya baik-baik saja.

"tidak dipersilahkan masuk dan," bagas melirik kotak pizza di tangannya

"Eh...hehehe," Naya menarik perlahan lengan kekasihnya itu.

"ehm, jadi apa yang sebenarnya terjadi tuan putri?" bagas menyilangkan lengannya di dada berusaha mem-bass-kan suaranya yang memang sudah Bass.

Naya yang tengah sibuk membuka kotak pizza seperti anak kecil, memelas lalu tersenyum kecil kemudian melahap sepotong barbeque chicken pizza dihadapannya . Bagaimana mau marah, kalau ekspresinya bocah minta disuapin gini?

"a..i i ko,"

Bagas gemas, dia beranjak dari tempatnya menuju dapur yang sudah tidak asing lagi baginya. Tidak lama, Bagas kembali dengan segelas air putih.

More HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang