Cerita Dewasa

8.2K 744 392
                                    

       

Halooo

Ketemu lagi di Diary Alnira hihihi...

Pembahasan kali ini agak ngeri-ngeri sedap sebenernya, wkwkwk.

Nulis cerita romance dewasa, eyaaa siapa yang suka mesum? Hahaha.

Seperti yang kalian tahu, aku adalah salah satu yang suka nulis cerita kayak gini wkwkwk. Tapi udah berkurang sih, setahun terakhir aku stop nulis cerita dewasa dan baru sempat menamatkan cerita Wildan-Ica yang ada unsur dewasanya. Dulu aku belum tobat ceritanya, sekarang... ya masih begini aja, sih.

Kak Alnira nulis cerita religi dan cerita dewasa? Gilaaa parah, itu kan bla bla bla bla... oke aku tahu konsekuensinya. Kita nggak bahas itu, biarlah aku yang menanggung semuanya.

Muncul pertanyaan, apa kakak nulis cerita itu biar ceritanya banyak dibaca?

No! Salah satu tulisanku yang cukup banyak yang baca itu malah nggak ada unsur dewasanya. Read : Dunia Nadhira. (Malah si Sakha alim orangnya wkwkwk)

Aku suka cerita harlequin, Sidney Sheldon, Sandra Brown ya gitu-gitu lah, cerita mereka nggak fokus ke adegan erotisnya sih, ada kasus yang dibahas dan dipecahkan, sama lah kayak kita nonton film action biasa kan diselipkan adegan yang ya... begitu lah. Bacaan mempengaruhi tulisan, ini menurut aku iya banget, walau mungkin penulis lain nggak mengalaminya.

Makanya kadang terbawa-bawa dan itu murni tanpa paksaan nulisnya, kalau aku udah tag mature ya itu yang akan aku tulis, kalau nggak aku tag mature mau pembaca semuanya minta ada adegan dewasanya aku nggak akan bikin, itu komitmen dan aku nggak main-main sama komitmen (asoyyy gaya lu Al minta ditimpuk)

Kan banyak tuh, yang suka minta, kak malam pertama Meisya Barra dong, tapi sesuai komitmen awal aku nggak akan bikin, walau Meisya modelnya begitu. Jadilah penulis yang punya prinsip jangan goyah karena permintaan orang wkwkwk.

Jadi kalau ada yang bilang, nulis cerita dewasa karena pengin dibaca banyak orang, nggak ah. Karena nggak setiap orang suka cerita dengan adegan dewasa. Diceritaku sendiri udah aku siapin banyak cerita yang masih belum dihapus, ada yang masuk ke konten dewasa ada yang nggak, jadi pembaca milih mau baca yang mana. Dasarnya pilihan kan ada dipembaca sendiri.

Aku sih, suka ketawa aja kalau mampir di sebuah lapak gitu, udah di tag mature, terus masih ada aja yang komen. Kok ini begini sih, kok ini begitu sih, ini cerita bla bla bla bla. Padahal selain tag mature penulisnya udah kasih peringatan juga. Menurut aku kalau ada cerita yang ada adegan dewasa, selagi masih jelas jalan ceritanya, isinya nggak cuma mendesah doang, istilahnya stensil (itu kayak nonton video porno beda sama film dengan adegan dewasa). Masih ada jalan ceritanya gitu loh, ya sah-sah aja, sih. Apalagi aku ada baca cerita di wattpad ataupun di buku yang walau ada adegan dewasanya tapi masih ada nilai yang bisa dipetik.

Jujur lah, aku ini ya begini orangnya, jadi jangan menilai aku terlalu tinggi wkwkwk. Banyak penulis yang ingin mengekspolarasi dirinya dengan nulis berbagai genre, aku salah satunya.

Tapi banyak juga yang menentang tulisan semacam itu, itu juga sah-sah aja. Hidup memang penuh pro dan kontra kok. Mau sebaik apapun seseorang pasti ada yang nggak suka, memang hukum alamnya udah begitu.

Jadi menurut Kak Al, nulis cerita dewasa itu nggak papa?

Jadi gini, setiap orang itu punya pandangan masing-masing, seseorang punya hak untuk membuat sebuah karya, asal nggak menyalahi aturan, di wattpad juga ada aturan kan, kalau ada yang masukin gambar porno pasti diblok sama wattpadnya. Atau kalau ceritanya udah kelewatan dan bahasanya mengandung SARA dan pornografi juga bisa diblok sama wattpad.

Selama nggak menyalahi aturan ya boleh-boleh aja. Tergantung pembaca aja mau baca atau nggak. Lagi-lagi itu pilihan pembaca.

Terus gimana dengan anak kecil yang nulis cerita dewasa?

Aku dulu pernah baca fanfic Super Junior, cast-nya Kyuhyun, aku sampe halu kalau lihat Kyuhyun, bagi yang suka k-pop tahu banget lah, si Kyu ini banyak cerita fanfic-nya dan terkenal banget suka ada di cerita yadong, padahal Eunhyuk yang aslinya suka yadong wkwkwk. Dan di akhir cerita ada tulisannya, 'maaf ya kalau kurang hot, aku masih SMP'

Gubrak!!!

Nah, menurut aku, ini mereka-mereka yang nulis cerita untuk mencari banyak pembaca, bukan karena dia memahami seni kepenulisan yang dia buat, sorry ya. Ini dari pandangan aku aja.

Ada penulis itu yang ingin bercerita demikian karena dia memang mau mengeksplore itu, ngerti nggak sih? Penulis-penulis yang udah dewasa itu cara nulis adegan dewasanya juga beda gitu, nggak yang vulgar banget dan ada juga yang disertai humor khas orang dewasa yang porsinya pas, dan dia tahu seni menulis dia kayak apa. Pokoknya memang beda sih, gaya penulisannya, karena kalau penulis yang usianya mateng, maksudnya dia udah mengerti tujuan dia nulis yang kayak gitu untuk apa, gayanya juga beda, sih. Nulis itu kan seni ya, seni mengolah kata gitu, jadi pasti juga kelihatan bedanya sama yang anak SMP atau SMA. Karena mereka ini juga tahu sasaran tulisan mereka itu ke siapa. Bukan hanya kejar popularitas doang.

Saran buat dek adek  sih, nulislah sesuai usia kalian. Ibarat buah jangan matang karena di karbit, tapi matanglah di pohon. Mangga karbitan sama Mangga matang di pohon aja harganya mahalan yang mateng di pohon. Jadi jangan cepet-cepet gede,  nikmati dulu masa-masa muda kalian. Aku aja zaman SMP bacaan aku nggak ada novel dewasa dan aku menikmati masa kecilku, jangan sampai nyesel dek adek.

Terus untuk yang kontra sama cerita semacam ini gimana, Kak?

Ya itu hak orang mau suka mau nggak ya, asal nggak ganggu orang lain sih, nggak masalah. Tempatkanlah diri sesuai porsi dan kapasitasmu. Ada orang bikin cerita misalnya yang nggak kita suka, apakah diperkenankan kita untuk berkata-kata kasar pada orang itu? Aku pikir sih, mengingatkan itu nggak perlu pake bahasa kasar ya, gunakan cara yang baik. Jangan terlalu menggebu-gebu dan malah menganggu hak-hak orang lain.

Tempatkan diri sesuai porsi itu gini, ketika baca cerita dewasa terus kita komen bawa-bawa dosa kayaknya kurang tepat deh, karena di situ udah ditag-kan mature content, artinya kalau nggak tentang tragedi berdarah, ya tentang yang 'begitulah' dan pembaca harusnya udah mengerti dengan peringatan itu. Atau sebalikanya baca cerita religi tentang cewek yang nggak boleh pegangan sama cowok terus komen, 'alah sok suci, hidup nggak gitu-gitu banget kali' nah itu nggak sesuai tempatnya karena namanya cerita religi yang dibahas juga udah beda, bukan sesuai maunya manusia.

Itu yang aku bilang tempatkan diri sesuai kapasitas dan porsinya masing-masing. Jangan salah kamar, bisa kacau.

Itu aja pembahasan kali ini, ini agak ngeri-ngeri sedap sebenernya, tapi kurang lebih padangan aku seperti itu. Aku nggak bermaksud menyinggung siapapun, ini cuma cuap-cuap aku aja. Karena selama nulis jujur aku lebih bisa melihat dari dua sisi, nggak cuma sisi yang aku anggap benar aja, tapi bukan berarti membenarkan semuanya, tetap pada prinsip hidup.

Tapi dengan menulis dan membaca aku jadi tahu sisi lain kehidupan, jadi untuk jadi bahan pembelajaran gitu, misalnya tetang cerita hamil di luar nikah, aku tahu itu tetap salah, tapi jadikan bahan pembelajaran dan menguatkan prinsip hidup aku, kalau yang begitu memang nggak boleh terjadi dan bisa aku sebarkan ke orang-orang sekitar aku dampak dan segala macemnya.

Bukan dengan aku menge-judge si penulis, kamu kenapa nulis begini, tulisan kamu itu ngajarin nggak benar tau nggak bla bla bla dan berbagai macam kata-kata kasar lainnya.

Kita sendiri yang nyaring itu, baik buruknya apa. Karena cerita itu kadang yang ditonjolkan nggak hanya tentang kebaikan, orang nggak akan tau yang mana baik kalau nggak ada yang buruk. Nggak akan tahu jujur kalau nggak ada bohong. Nggak tahu sabar kalau nggak ada marah. Kita juga harus buka mata di dunia ini memang nggak semua hal itu baik, tinggal kita yang memilih mau bagaimana.

Dulu aku menggebu-gebu menolak keras apa yang aku anggap nggak sesuai dengan prinsip hidup aku, sekarang cara pemikiran aku udah beda, aku coba melihat sisi lain tanpa meninggalkan prinsip yang sudah aku bangun dan aku merasa aku jauh lebih dewasa dari beberapa tahun lalu. Eyaaa tapi beneran, jadi lebih tenang aja gitu, nggak yang ngotot-ngotot lagi, merasa paling benar dan gimana-gimana. Dan itu memang butuh proses.

Itu aja, semoga bermanfaat. Ditunggu cerita selanjutnya.

Terima kasih.

Diary AlniraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang