IX - Panik

10.1K 1K 38
                                    

'Tlit'

Layar TV LED 70 inci itu dimatikan begitu saja oleh sang empu. Remote control yang ia pegang langung ia hempaskan dengan kasar ke lantai hingga hancur beberapa bagian.

"Sialan!" Pekiknya dengan kesal.

"Maafkan saya, Presdir Kim." Ujar seorang pria paruh baya yang berdiri di belakang laki-laki yang sedang kesal ini.

Diam. Kim Taehyung hanya diam, tak menanggapi permintaan maaf dari sekertarisnya. Emosinya masih tersulut karena seorang Jeon Jungkook lagi-lagi bisa lebih unggul darinya.

Diamnnya seorang Taehyung, membuat sekertaris Song merinding dan takut. Ia juga melihat wajah serta telinga Taehyung memerah.

"Saya akan mengundurkan diri, Presdir." Ujar Sekertaris Song tiba-tiba. Membuat Taehyung langsung melirik tajam sekertarisnya itu.

"Untuk apa?" Tanya Taehyung. "Setelah sejauh ini, untuk apa kau mengundurkan diri? HAH??!!" Taehyung membentak sekertarisnya itu.

"Saya merasa tak pantas lagi menjadi sekertaris Anda, Presdir. Saya akan mengundurkan diri." Sang sekertaris membungkuk hormat pada Taehyung. Setelahnya ia berjalan menuju pintu keluar ruangan itu.

"Kau pengecut, Paman!" Ujar Taehyung.

Sekertaris Song berhenti melangkah, ia tertegun ketika Taehyung menyebutnya dengan 'Paman'

"Kita akan melawan Jungkook hingga akhir. Kau tak boleh menyerah Paman!" Ujar Taehyung lagi.

"Kali ini kita boleh gagal, namun tidak selanjutnya."

"Jangan mengundurkan diri..."

Ucapan terakhir Taehyung membuat sekertaris Song menoleh. Ia menatap punggung presdirnya.

"Aku tidak bisa jika sendirian, Paman."

Sekertaris Song segera berjalan mendekati Taehyung.

"Maafkan atas kelalaian saya, Presdir. Saya tidak akan mengundurkan diri..." Sekertaris Song membungkuk hormat pada Taehyung.

Taehyung tersenyum kecil. "Kita pikirkan rencana selanjutnya..." senyuman itu berubah menjadi senyum sinis.

-oOoOo-

Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Musim gugur di negeri ini membuat mentari malas hanya untuk bersinar. Buktinya, sudah pukul 6 namun cuaca masih agak gelap.

Yuju mengerjapkan matanya, ia baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memperjelas tempat dimana sekarang ia berada.

'Ini dimana?'

Yuju segera membuka selimut bercorak abu-abu yang membungkus setengah tubuhnya. Matanya mengitari kamar yang sangat asing ini.

'Ceklek'

Pintu kamar itu terbuka membuat Yuju menoleh ke arah pintu kamar. Disana menampilkan seorang pria yang bersetelan kemeja putih dipadukan celana panjang yang berwarna sama.

"Ahh... kau sudah sadar rupanya. Syukurlah..." ujar pria itu ketika melihat Yuju yang telah terjaga. Laki-laki itu berjalan menuju lemari besar yang ada di kamar itu dan mengambil sesuatu dari dalam lemari itu.

"Kau siapa?" Tanya Yuju menatap heran pria itu.

"Aku Jimin. Park Jimin." jawab Jimin sambil mengenakan jas dokternya. Jimin nampak tersenyum hangat pada Yuju. Senyum hangat yang memperlihatkan deretan gigi laki-laki bermarga Park itu.

Black NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang