III - Dia Iblis

12.2K 1.2K 39
                                    

Kamar bernuansa putih itu terlihat begitu sepi dan mencekam. Lampu LED berwarna selaras dengan nuansa putih tergantung tepat di tengah langit-langit kamar ini, Memberi cahaya guna memperjelas setiap warna yang ada.

Seorang gadis mungil terbaring lemah di atas ranjang king size dengan sprai berwarna putih susu. Tangan dan kakinya terikat oleh tali yang masing-masing terhubung ke empat sisi ranjang itu.

Matanya mengerjap beberapa kali, tanda ia baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Bola matanya memutar berusaha mengenali ruang saat ini, namun nihil. Ruang ini terlalu asing baginya.

Ia kembali mengingat kejadian sebelum dirinya terbaring di tempat ini. Dan bingo! Dia mengingatnya, mengingat 3 pria yang menyeretnya dan menyuntikkan sesuatu ke tubuhnya hingga membuatnya tak sadarkan diri.

Ia bangkit dari tidur itu namun tak bisa, ia baru menyadari kalau kaki dan tangannya terikat.

"Sialan!" Pekiknya kesal. Eunha bukan tipe orang yang suka mengumpat tapi mengetahui posisinya saat ini membuatnya berucap seperti itu.

Ia kembari memutar semua ingatan dalam memorinya.

Jeon Jungkook.

Ya. Pria itu penyebab mengapa ia berada disini. Pria mesum dan tak punya perasaan itu menculiknya dan mengurungnya sekarang. Gadis itu mengepalkan tangannya, sumpah-sumpah kebencian terus terlontar dari hatinya untuk pria tampan itu.

'Ceklek'

Pintu itu terbuka, membuyarkan sumpah serapah Eunha. Di balik daun pintu itu menampakkan seorang gadis yang berparas imut bak barbie dengan seragam khas maid seperti di negeri dongeng. Di tangannya membawa sebuah napan berisi makanan yang tentu saja lezat.

Eunha menatapnya intens sehingga membuat gadis maid itu membungkuk hormat pada Eunha.

"Selamat malam, Nona..." ujarnya dengan suara yang sangat lembut, "aku membawa makanan untuk makan malam anda." Gadis maid itu meletakkan napan makanan itu di nakas sebelah ranjang king size ini.

Arah mata Eunha mengikuti apa yang dilakukan gadis maid itu. Ia mulai membuka tirai jendela dan menampakkan langit malam yang penuh dengan bintang-bintang. Eunha sedikit terkejut, sekarang sudah malam. Obat apa yang disuntikkan oleh pengawal Jungkook tadi pagi hingga ia tertidur begitu lama?

"Dari pagi Anda tertidur dan belum makan sedikitpun. Anda pasti lapar sekali." Ucap si maid. Eunha mengabaikan semua ucapan gadis maid itu. Ia kembali memejamkan matanya.

"Pergilah. Aku tidak lapar!" Ucapnya dengan mata terpejam. Rasa lapar memang tak ada di dirinya saat ini. Yang ia rasakan hanyalah kebencian yang semakin mendalam terhadap pria pemilik rumah ini.

"Tapi Nona, anda harus makan. Tuan Muda akan memarahi aku jika anda tidak makan." Jawab maid itu dengan nada tenang.

Eunha mendecih dalam hati, Jeon Jungkook bukanlah manusia, dia iblis yang bertubuh manusia.

"Aku bilang pergi!" Eunha menaikkan nada bicaranya. Mata hazelnya menatap tajam gadis maid itu.

"Aku tahu Tuan Muda kejam. Tapi jika anda menuruti kemauannya dia akan sangat baik padamu, Nona." Maid itu seakan paham dengan kebencian yang terpancar dari netra hazel Eunha.

Eunha menghela nafas kasar. "Aku tidak peduli. Jika memang menurutmu dia baik, Sekarang keluar dan bilang padanya lepaskan aku. Pergilah!!" Eunha benar-benar kesal dengan gadis maid ini.

Apa? Jeon Jungkook baik? Lelucon macam apa ini?

"Tapi, Nona..."

'Ceklek'

Suara pintu terbuka itu menghentikan ucapan gadis maid itu. Eunha segera mengarahkan pandangannya ke arah pintu sama halnya dengan si maid .

Jeon Jungkook, pria itu masuk dan segera mendekat ke arah dua gadis yang tengah menatapnya. Gadis maid segera bangkit dan memberi hormat pada pria tampan ini. Sedangkan Eunha hanya membuang muka tak ingin menatap pria itu sama sekali.

Jungkook tersenyum sinis melihat Eunha. Ia beralih menatap maid nya. "Kau boleh pergi, Yerin." Ucapnya. Tak lupa dengan senyum menawan yang entah tulus atau tidak.

Gadis yang dipanggil Yerin itu membungkuk hormat lagi. "Makanannya, Tuan muda?" Tanyanya sebelum ia berbalik.

"Tinggalkan disitu. Aku akan memaksanya makan." Ucap Jungkook tenang sambil menatap Eunha. Yerin segera mengangguk dan segera berjalan keluar dari kamar.

Setelah kepergian Yerin, Jungkook duduk di tepi ranjang king size itu. Netra monolidnya menatap tajam ke arah Eunha.

"Kau benar-benar tidak mau makan?" Tanya Jungkook. Pria itu berdiri dan membuka jasnya lalu menggantungnya pada sebuah penggantungan di sudut ruangannya.

Tak ada jawaban dari Eunha, gadis itu menutup bibirnya rapat-rapat.

Pria itu mengeluarkan kekehan sinisnya.

"Melayaniku butuh energi yang banyak. Aku tidak mau kau terkulai lemas dengan cepat." Ucapan yang mengandung arti erotis itu keluar dari bibir pria tampan ini. Ia juga melonggarkan dasinya dan menggulung lengan kemeja yang ia gunakan.

Eunha menatap benci pada Jungkook. Dalam hatinya sudah beratus kali sumpah kebencian terucap untuk pria ini. Hatinya kukuh mengintruksi Ia tak boleh menuruti ucapan pria ini.

Kini pria itu kembali duduk di tepian ranjang itu. Mata monolid itu kembali menusuk netra Eunha. Membuat nyali gadis ini sedikit menciut.

Jungkook lalu membuka semua ikatan yang ada pada tangan dan kaki Eunha.

"Makanlah..." suara alto itu sedikit melembut.

Namun gadis itu masih bungkam, ia kini duduk dan memeluk lututnya. "Jangan dekati aku, brengsek!" Ucapan laknat yang jarang keluar dari bibir cherry itu kini lolos begitu saja. Tak lupa atapan tajam yang mengandung kebencian itu terpancar.

Jungkook biasa saja. Ia tidakk heran mengapa gadis itu membencinya. Namun ia sedikit kesal karena gadis ini tidak mau makan.

Ditariknya dengan kasar kaki Eunha hingga membuat gadis itu kembali berbaring. Jungkook langsung menindih tubuh gadis itu.

Eunha memukul dada Jungkook dengan kuat agar pria itu bangkit. "Kau brengsek! Jangan sentuh aku!"

Jungkook menangkap kedua tangan Eunha lalu mengangkatnya ke atas dengan satu tangan. "Kau ingin makan atau kau yang ku makan malam ini?" Ia menatap tajam netra gelap milik Eunha.

Gadis itu tetap berusaha berontak agar bisa lepas dari cengkraman Jungkook. Namun tenaga pria itu lebih besar dari dirinya yang begitu mungil.

"Baiklah jika itu maumu..." Jungkook segera meluncurkan ciumannya di leher Eunha. Ia bahkan menyesap dan menggigit kecil leher jenjang gadis itu. Itu terus berlangsung hingga terdapat ruam di leher gadis itu. Eunha menitikkan air matanya, gadis itu menyerah, ia bukan tandingan Jungkook. Jungkook iblis.

"A... aku.. akan... m...makan." Eunha terbata-bata mengucapkannya akibat sensasi yang Jungkook berikan di lehernya.

Jungkook tersenyum kecil, lantas ia bangkit dari atas tubuh Eunha.

"Gadis baik." Ucapnya. Ia mengusap sekitaran mulutnya, menghilangkan sisa liur yang berada disekitaran bibirnya.

Eunha segera bangkit dan meraih makanan yang berada di atas nakas, gadis itu segera menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya.

"Habiskan makananmu. Jika tidak, kau tau sendiri akibatnya." Ujar Jungkook, ia lalu berjalan menuju pintu kamar dan keluar dari kamar besar yang menjadi tempat ia menyekap Eunha.

Saat membukanya ia menemukan dua orang pengawal yang memang ia tugaskan untuk menjaga Eunha agar gadis itu itu tidak keluar.

"Jangan biarkan di keluar." Ucapnya pada dua pengawal itu.

"Ya, Presdir." Jawab dua pengawal yang berbadan kekar itu bersamaan.

Black NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang