A Little Happiness

104K 4.7K 305
                                    

"Zel..."

"Apa, Pumpkin?"

"Aku mau bangun."

"So?"

"Tangan kamu," ucap Jennar sambil menahan kesal dan menunjuk tangan Azel yang melingkari pinggangnya. "aku mau bangun. Mau mandi sama sarapan."

Azel langsung terbangun dari setengah tidurnya tadi. Ditatapnya sang istri yang kini cemberut akibat ulah manja dirinya yang menahan Jennar untuk tetap tidur dengannya.

"Kamu mau sarapan? Mau apa? Bubur ayam? Nasi uduk? Nasi kuning?"

Jennar memutar kedua bola matanya jengah. Karena Azel melonggarkan pelukannya, Jennar langsung melepaskan diri dan duduk di tepi ranjang. "Aku nggak lagi ngidam."

"Tapi kamu kan hamil," tukas Azel ngotot.

"Ih, Azello! Hamil nggak berarti harus ngidam."

Kemudian Azel terkekeh. Sadar bahwa pemikirannya adalah irasional. Benar kata Jennar, tidak semua ibu hamil akan selalu ngidam. Ah, ini semua gara-gara perempuan di kantornya yang heboh memberi petuah seputar kehamilan ketika tiga hari yang lalu mengetahui bahwa Jennar hamil.

"Sekarang aku ngidam, Zel," bisik Jennar pelan.

Sebagai suami siaga, Azel langsung menegakkan tubuhnya dan bertanya pada Jennar, "Ngidam apa, Pumpkin?"

"Ngidam nyekek kamu kalo kamu terus-terusan nanyain aku pengen apa," jawabnya dengan jutek.

Azel terbahak hingga merasakan perutnya mulai kram. Sedangkan Jennar menatap Azel dengan tatapan yang kian sengit. Dengan kesal ia bangkit dari duduknya dan beranjak ke kamar mandi. Azel yang melihat gelagat merajuk dari Jennar, langsung beranjak namun tersendat karena dering ponselnya.

Sambil mengamati kegiatan Jennar yang sedang menggosok gigi dan mencuci muka, Azel mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat caller ID-nya.

"Halo. Eh, Desy."

Mendengar nama itu, kontan membuat Jennar melongok dari kamar mandi dan menatap Azel dengan satu alis terangkat. Azel terkekeh tanpa suara melihat tingkahnya. Ia mengedikkan kepalanya, menyuruh Jennar untuk duduk bersamanya si tepi ranjang dan ia membuat panggilan Desy menjadi mode loudspeaker.

"Sorry nih ganggu, gue cuma mau ngasih tau kabar baik buat lo sama Jennar. Gue... nggak jadi cerai."

Jennar terkesiap kecil, ia menatal Azel yang sama terkejutnya dengan pandangan bertanya. Jennar tau, Desy dan Andro memang sempat menjalani dua kali proses mediasi di pengadilan. Namun saat itu, Desy masih keukeuh untuk bercerai. Hari ini pun rencananya Desy akan ke kantor Jennar untuk masalah ini. Dan Jennar pun tidak menyangka kalau hal ini akan terselesaikan dengan cepat.

"Wow, congrats ya," ujar Jennar dengan gembira.

Menyadari bahwa Azel mengaktifkan loudspeaker, Desy berterimakasih pada Jennar. "Makasih ya, Jen, udah mau nemenin gue selama ini. Tadi gue telepon ke ponsel lo tapi nggak aktif. Jadinya gue nelepon Azel deh."

Mendengar hal itu, Jennar menatap Azel dengan ganas. Ponselnya mati karena lowbatt dan Azel lebih memilih membuat Jennar sibuk dengan dirinya tanpa mau melepaskan Jennar sekedar untuk men-charge ponselnya. Yang ditatap begitu hanya tertawa kecil lalu mencuri ciuman dari Jennar.

"Heh? Kok sepi? Pada cipokan ya?"

***

Wajah Jennar saat sarapan kali ini masih memerah jika mengingat kata-kata Desy di telepon pagi tadi. Ini semua gara-gara Azel yang mencuri kesempatan saat dia menelepon Desy.  Sedangkan Azel, ia hanya terkekeh sambil menghidangkan sarapan spesialnya untuk Jennar.

A Little AgreementOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz