BAB 1 • Keputusan Kepsek

470 87 111
                                    

Tak sayang maka tak kenal, makanya kenalan dulu biar sayang.

***

Dua remaja itu berjalan menuju ruang kepala sekolah SMA Taruna Bangsa. Abel masih saja diam tapi pikirannya berkelana kemana-mana. Ada banyak pertanyaan yang ingin di katakan, namun ia sudah malas berbicara dan memilih untuk diam.

"Ayo masuk. Malah diem." suara Gavino membuyarkan lamunan

Abel mematung pintu ruang kepala Sekolah.

"Permisi pak," ujar Gavino seraya masuk kedalam ruang kepala sekolah yang diikuti Abel dari belakang. Pak Yanto menoleh lalu menghentikan aktivitasnya sejenak. Menatap kedua remaja yang berada di hadapanya.

"Oke, langsung pada intinya saja," helahan pelan nafas Pak Yanto seraya sambil mengubah posisi duduknya.

"Olimpiade matematika tinggal enam minggu lagi, Bapa pastikan kamu mempersiapkan ini dengan mantang." Pak Yanto kembali mengingatkan seraya menatap Gavino dan Abel secara bergantian.

"Bapa mau kamu jadi tutor Abel selama persiapan olimpiade matematika selama satu bulan ini"

Gavino terdiam, ia tidak tahu persoalan Pak Yanto memanggil karena permasalahan Olimpiade. Saat mendengar penjelasan dan pernyataan Pak Yanto beberapa dwtik yang lalu Gavino tersentak begitu kaget.

Jelas dari sebelumnya Gavino sempat menolak tawaran Pak Yanto karena ia berpikir masih banyak siswa dan siswi yang lebih darinya.

Di sebelahn Abel menatap kebingungan, beberapa hari yang lalu memang tidak ada omongan dari wali kelas mengenai ia akan dipilih sebagai perserta Olimpiade tahun ini.

"Loh?" Gavino menatap tertengun mendengar perintah Kepala sekolah. Sementara Abel masih menatap tak percaya, bagaimana bisa cowok itu menjadi tutor Abel, ia tidak sama sekali mengenal, mungkin hanya sekedar tau.

Mungkin.

"Saya nggak bisa pak" Abel menolak sebelum Gavino membuka suara.

"Saya juga nggak mau pak" timpal Gavino yang juga tak mau kalah.

"Saya percaya sama kamu, Gavino. Saya tidak mau ada penolakan, karna ini demi kebaikan kamu dan sekolah ini." kata Pak Yanto, membuat Gavino dan Abel tidak bisa berbuat apa-apa.

"Saya bisa sewa guru pembimbing sendiri pak." Abel masih membela dirinya.

"Sudah-sudah saya tidak mau mendengar penolakan kalian, sekarang kalian kembali masuk kelas masing-masing dan saya minta hari ini kalian bisa memulai."

Dengan helahan nafas kasar Gavino dan Abel berjalan keluar dari ruang kepala sekolah.

Perempuan itu masih mendecak tidak terima pada keputusan kepala sekolahnya itu.

Abel dan Gavino berhenti disebuah koridor sekolah. Mereka saling diam , lima detik kemudian Gavino memulai percakapanmembahas persoalan ia akan menjadi tutor Abel selama satu bulan kedepan.

"Kita belom kenalan, loh? " suara berat Gavino, tangannya menjulur dihadapan Abel, meminta si-empunya berjabat tangan.

Abel terkekeh, "Abel Leonie." balasnya seraya tersenyum kecil. membalas uluran tangan Gavino dengan ragu-ragu.

"Renanda Gavino."

"Jadi sekarang kita teman, gua nggak mau punya musuh disekolah, apa lagi sama cewek galak dan rese kaya lo,"

Abel membulatkan matanya mendengar pernyataan Gavino, dengan refleks langsung memukul lengan cowok itu.

"Tuh kan, belom apa-apa udah KDRT" ungkap Gavino tersenyum kecil lalu mengelus-elus lengan tangan.

GAVINO [Complited]Where stories live. Discover now