Aku terdiam, bagaimana mungkin, Niall suka kepadaku, dia pasti bercanda, “A-apa?” ucapku lirih. Aku terbelakak tak percaya dengan ucapannya. Ini sudah diluar akal sehatku.
Niall menatap mataku dengan serius, babyblue yang indah, batinku. “Ini serius,” balasnya nyaris seperti bisikkan.
“A-aku, k-kira, k-kita, hanya se-sebatas, sa-sahabat?” Aku terbata-bata. Darahku seakan mengalir lebih cepat,jantungku berdetak lebih kencang sehingga membuat nafasku terengah-engah.
“Tapi aku mau yang lebih, Dem,” bisiknya, lagi. Pikiranku seakan kosong dan hanya terdapat namanya, Niall James Horan.
-Demi’s POV-
Aku baru menyelesaikan ½ jalan ceritaku. Yah, baru ½ nya. Ceritaku memang terlalu banyak! Tapi Ariana memaksaku—jadi aku harus apa?
Dan Ariana juga yang memintaku melanjutkan ceritaku besok pagi karena suatu hal, tidak tahu apa. Dia tiba-tiba berkata, ‘Stop’ begitu saja. Kemudian ekspresinya berubah menjadi sangat aneh; tidak dapat aku tebak sama sekali.
Ariana tampak gelisah, “Hey, aku boleh tanya?” tanya Ariana. Aku menggangguk,
“Uhm, Barbara itu juga dari Irlandia—sama sepertimu dan Niall?”Aku mengangguk lagi, Ariana langsung membeku di tempat, dia tampak berfikir sesuatu.
Aku melihat keanehan dari Ariana,tak biasanya seperti ini, “Ari, are you okay?” tanyaku khawatir. Ariana masih melamun.
Ariana langsung tersadar dari lamunannya, “Y-yeah,” balas Ariana ragu.
Aku mengendus kecil, “Kenapa kamu jadi kaget seperti itu, huh?”tanyaku. Ariana merenggangkan tangannya ke udara.
Ariana sekarang menatapku,“Eh, uhm, nothing, schatz” [Schatzi : Sayang] balasnya. Aku mengangguk pertanda mengerti,
“Eh, balik yuk, sudah jam 2, lho” celetuk Ariana. Aku melirik jam tanganku, wah, cepat sekali. Berasa 5 menit yang lalu aku bercerita tentang Niall dan Barbara—sekarang sudah jam 2 malam, ups, pagi maksudku.
“Yah, yuk!”
***
Kring…
“Hey, bangun sweetheart! Kita jadi kan ke Grand Mall, kan?” teriak Ariana tepat di telingaku. Spontan, aku membuka kedua mataku;yap, sangat berisik, apalagi suaranya sangat cempreng. Terang saja, aku membuat janji dengannya untuk pergi berbelanja ke salah satu Mall yang cukup terkenal, Grand Mall dan dia langsung heboh sendiri—seperti sekarang ini.
“Uhm.. schatz!” Aku bangun dari tidur cantikku, jelas, aku hanya tidur selama 7 jam. Yah, ini sudah biasa bagiku.
Ariana memanyunkan bibirnya,“Kalo iya kenapa belum mandi, hmm?”
“Iya, Ariana-ku sayang, lagian forever 21-nya enggak bakal kabur dari Grand Mall, kok,” Aku berjalan menuju kamar mandi di luar kamarku. Di apartemenku, ralat, dan Ariana hanya terdapat 1 kamar mandi yang berada di dekat dapur kecil. Ariana bersorak-sorak senang dari dalam kamarku,
Aku melangkahkan kakiku ke dalam kamar mandi. Aku benar-benar bosan akhir-akhir ini. Aku juga lama tidak bertemu—,
Oh ya, aku belum pernah cerita kalau aku punya sahabat laki-laki yang bekerja di starbucks? Aku pasti belum cerita, iya, aku ceritakan.
Aku punya teman laki-laki yang bekerja paruh waktu di starbucks, namanya Louis Tomlinson. Dia sangat dewasa, menurutku, dia juga sering mentraktirku minum dan dia juga sering melihatku perform. Dia sudah kuanggap seperti kakak laki-lakiku yang sudah meninggal;Marchel. Sifatnya Louis hampir sama seperti Marchel.
YOU ARE READING
Everything has Changed ⇨ horan
FanfictionYou'll be mine and I'll be yours ............................................................. [Horan & Lovato] All right reserved Copyright © iam_muchii // Alternate Universe
