Bab 03 sandiwara?

13.6K 1.3K 27
                                    

Kevin menatap Wina yang tengah terbaring di atas brankar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kevin menatap Wina yang tengah terbaring di atas brankar. Selang infus kini membebat salah satu tangannya. Dia tadi menerima telepon dari rumah sakit kalau Wina di opname di rumah sakit. Dan Kevin langsung segera menuju ke sini.

Dia tidak merasa iba sedikitpun melihat Wina terbaring lemah di atas brankar. Hatinya sudah kebas. Entah kenapa sisi hatinya yang sudah di sakiti terus menerus membuatnya melupakan kalau dia mencintai wanita yang sudah menjadi istrinya itu.

Pintu terbuka tiba-tiba dan memperlihatkan sosok Marsha yang menatapnya tajam. Kevin kini menegakkan tubuhnya setelah sejak tadi hanya bersandar di dinding yang ada di seberang brankar.
Pria itu melangkah mendekatinya.

"Dia terserang demam, dehidrasi dan..."

Marsha kini memasukkan kedua tangan di saku celananya. Lalu menatap Kevin dengan cara menuduh.
Tapi Kevin mengangkat kedua tangannya.

"Aku tidak pernah menyakitinya kalau itu pikiranmu. Lagipula dia sudah jadi istriku Cal. Untuk apa kamu masih mengurusinya?"

Tantangan itu langsung di sambut oleh Marsha. Pria itu kini bersedekap dan menatap Kevin.

"Aku juga tidak mau mengurusi Wina lagi. Dia sudah banyak membuat Melani menderita. Tapi sisi kemanusiaan ku masih ada, aku hanya ingin bertanya. Kamu tidak menyiksanya kan?"

Kali ini Kevin tersenyum lalu melirik Wina yang masih tertidur itu.

"Kalau menyiksa dalam artian harfiah tidak. Tapi mungkin Wina sendiri tidak kuat dengan pelajaran yang aku berikan kepadanya."

Marsha menyipitkan matanya. Tampak penasaran dengan ucapan Kevin.

"Aku ingin merubahnya menjadi lebih baik Cal. Aku hanya ingin dia tidak berbuat manja lagi. Tidak lagi memperlakukan semuanya dengan buruk. Aku memang membawanya ke sebuah rumah yang jauh dari tempatnya tinggal dulu. Dan aku tidak memiliki pembantu. Jadi yah..."

Kevin mengangkat kedua bahunya.

"Dia begini karena aku menyuruhnya untuk mengurus semua masalah rumah tangga sendiri. Dan mungkin dia tidak kuat karena perubahan ini."

Alis Marsha terangkat tapi pria itu menghela nafasnya. Lalu menepuk bahu Kevin.

"Ok aku setuju denganmu. Kalau begitu aku tidak akan ikut campur soal ini. Dia istrimu. Dan aku tidak mau membuat Melani resah. Aku tidak peduli sama Wina. Hanya penasaran saja tadi dia sebelum pingsan sempat menangis di depanku. Dan mengatakan kamu menyiksanya. Makanya aku menanyakan langsung kepadamu."

Kevin menoleh ke arah Marsha dan tersenyum sinis.

"Dia hanya ingin menipumu lagi Cal. Hati-hati."

Marsha kemudian mengangguk.

"Ok. Aku tidak mungkin lagi tertipu. Ya sudah aku pamit."

Kevin mengangguk saat Marsha akhirnya melangkah keluar dari kamar. Dan Kevin kini beralih lagi kepada Wina.

Mendekati brankar lalu berdiri di dekatnya. Mengamati wajah cantik itu. Bagaimanapun juga wajah Wina itu sangat cantik. Sayang, hatinya tidak secantik wajahnya.

******

"Awh sakit. Vin kamu gak bisa bantuin aku ambilin minum?"

Kevin kini menurunkan koran yang sedang di bacanya. Dia masih di kamar perawatan Wina. Wanita itu sudah terbangun  dan sudah melihatnya. Dan mulai merengek lagi.

Kevin kini beranjak dari sofa yang ada di seberang brankar. Lalu melangkah mendekati Wina.

"Jangan manja, tangan kamu kan bisa terulur ke atas nakas."

Wina kini mengusap keningnya dan menatap Marsha dengan tajam.

"Kamu kok kejem sih Vin. Istri lagi sakit juga."

Kevin hanya bersedekap di depan Wina. Kali ini dia bahkan tidak mau mengambilkan air putih yang ada di atas nakas di samping brankar.

"Aku bukannya kejem. Tapi sakit kamu yang kamu buat sendiri. Tidak mau memakan makanan yang sudah ada. Tidak tidur dengan nyenyak."

Wina kini menatapnya dengan kesal mendengar ucapannya.

"Aku gak doyan makan makanannya gak enak. Gak bisa tidur karena kasurnya keras dan gak ada Ac. Kamu juga nyuruh aku ngepel, nyuci baju, aku tidak bisa Vin."

Wanita itu tampak frustasi kali ini. Tapi segera menutup mulutnya. Kevin awalnya bergeming. Tapi saat wanita itu menunduk dan memuntahkan semua isi perutnya di lantai membuat Kevin langsung berlari mendekati Wina.

Mengusap tengkuknya dan mengambilkan gelas berisi air putih. Wina menerimanya dan langsung meneguk air putih itu.

"Aku akan panggilkan cleaning service."

Kevin melepaskan rengkuhannya pada Wina dan segera melangkah keluar. Dia memanggil cleaning service yang langsung mengikutinya untuk masuk ke dalam kamar.

Wina tampak sangat pucat pasi. Kali ini wanita itu sudah berbaring lagi di atas brankar. Setelah cleaning service membersihkan semuanya. Kevin menghampiri Wina.

"Apa perlu aku panggilkan dokter?"

Tapi Wina menggelengkan kepalanya. Wina memejamkan matanya. Dan tampak mengernyitkan keningnya menahan sakit.
Kevin terhenyak. Benarkah dia sudah keterlaluan dengan Wina?

Wanita di depannya ini sepertinya sangat menderita.

"Makan bubur?"

Kevin menanyakan itu dan Wina kembali menggeleng dengan mata terpejam.

"Pusing Vin."

Suaranya sangat lirih. Dan membuat Kevin duduk di  kursi lipat yang ada di samping brankar.

Kevin ragu untuk mengulurkan tangan kepada Wina. Tapi saat dia menyentuh kening Wina, dia terkejut. Demamnya Wina makin tinggi. Dan ini bukan sandiwara lagi untuknya.

Bersambung

Yuhuuu... Si jahat Wina datang lagi

Mean To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang