Danel tersenyum kemudian memeluk Cassie dengan sangat erat.

"Bantuin aku juga Key."

"Kalau masalah bolos, telat, sama hukuman aku nggak janji bisa bantu ya."

"Aku juga nggak bisa bantu kalau itu." ucap Danel lalu melepas pelukannya dan mengacak pelan rambut Cassie membuat gadis itu cemberut.

"HEH KALIAN!!! BALIK HORMAT!!" teriak Pak Herman menyembulkan kepala dari jendela ruangannya di lantai 2 membuat kedua orang itu mendongak.

"Suruh hormat terus, udah selesai kali pak."

Laki-laki itu terdiam dan menoleh ke jam di pergelangan tangannya kemudian menghembuskan nafas berat.

"Ya udah sana balik ke kelas."

"Aye captain." ucap Danel mengacungkan jempolnya dan balik badan menggandeng tangan Cassie menuju kelas.

Sampai di depan kelas, langkah kedua orang itu berhenti ketika melihat anak osis tak terkecuali Andy sebagai ketua sedang berdiri di depan kelas dengan membawa tumpukan kertas putih entah berisi apa.

Cassie menoleh ke arah barisan siswa teladan berjas di hadapannya lalu berhenti pada orang terakhir yang sedang berdiri di samping Bu Retno, guru mata pelajaran Sosiologi. Cowok itu menatap Cassie dengan pandangan teduh, tersenyum ramah dan mengalihkan pandangan ke arah Danel yang sedang menatapnya datar.

Bagaimana tidak, Danel tau maksud tatapan itu. Andy menyukai Cassie, sorot matanya memberikan arti tatapan yang berbeda dari sorot mata sebelumnya. Danel yang notabene adalah laki-laki jelas mengerti bagaimana cara cowok itu menatap pacarnya, tatapan itu yang membuat dia merasakan ketakutan. Takut kehilangan gadis di sampingnya kapan saja.

"Danel Caca, kalian habis dari mana atuh? kena hukuman lagi?"

"Nggak buk, tadi Bu Emma ngajarin kita tentang arti nasionalisme yang sesungguhnya. Jadi kita disuruh hormat bendera, biar bisa bayangin gimana perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan merah putih, gitu buk."

"Eeeeh, itu teh namanya dihukum atuh Danel."

"Bukan atuh ibuk, itu namanya Bu Emma ngajarin saya buat jadi pelajar bangsa yang baik."

"Baik pala lu." saut Maudy membuat Danel mengerlingkan mata ke arahnya.

"Diem kamu Danel. Caca, kalian teh habis di hukum?"

Cassie menoleh ke arah wanita itu dengan alis mengerut seperti sedang berfikir keras.

"Saya juga nggak tau buk, kita kan sekolah itu tujuannya belajar, bukannya disuruh dengerin materi di dalam kelas, ehh kita malah disuruh hormat di depan tiang bendera."

"Loh, kok kamu jadi nyalahin Bu Emma atuh?" tanya Bu Retno yang saat ini berjalan mendekati Cassie dengan tatapan bingung.

Gadis itu menghembuskan nafas pelan lalu membalas datar tatapan Bu Retno.

"Gini atuh buk, saya ke sekolah buat apa?"

"Belajar."

"Nah, kalau saya disuruh hormat di depan tiang bendera, saya bakalan gimana?"

"Nggak bisa belajar, bisa ketinggalan materi juga atuh."

"Nahhh itu ibuk tau, makanya berarti kalau saya ulangan nggak bisa ngerjain, yang salah siapa?"

"Bu Emma." jawab Bu Retno membuat Cassie mengangguk sambil tersenyum.

"Ibuk bener-bener pantes jadi guru." saut Danel membuat seluruh isi kelas tertawa dan menggelengkan kepala melihat kelakuan dua teman sekelasnya yang begitu berani.

DANEL'sDove le storie prendono vita. Scoprilo ora