Mbak Imigrasi

126 8 0
                                    

Salah satu bagian yang membuat deg-deg-an saat bepergian keluar negri adalah bagian imigrasi. Memang, saat membuat visa juga membuat jiwa dan raga berguncang, tapi jika sudah melewati tahapan "dapat visa pun", bisa saja kita diusir dari negara yang di tuju di bagian imigrasi.

Berpacu pada pengalaman masuk Eropa di tahun 2012 silam, awalnya banyak rumor berkata akan sangat sulit masuk negara-negara Eropa, apalagi untuk orang berhijab. Ada beberapa dari mereka yang tertahan berpuluh-puluh menit di bagian imigrasi, bahkan sampai membuka hijab. Tapi ingat, itu rumor.

Untuk menghindari hal-hal yang buruk terjadi, "drama" saat bertemu dengan mas imigrasi (yang ganteng) pun sudah saya latih dengan baik. Intinya sudah mempersiapkan berbagai macam jawaban dari pertanyaan yang di dapat di internet, tentu dengan tampang melas saat menghadap mas/mba petugas imigrasi.

Namun ternyata, hanya memakan waktu satu menit saat berhadapan dengan mas petugas imigrasi di Belanda. Tanpa ada pertanyaan lain kecuali "Are you alone?"

Safe..!!!!!!

Tapi tidak saat menghadapi mba petugas imigrasi di Heathrow, UK pada bulan Mei 2017.

Saya yang masih berpedoman imigrasi di Belanda, berjalan santai ketika dipanggil oleh si Mba yang tak terlihat ada senyuman di wajahnya. Serius banget. Saya jadi sekejap takut menghadapi si mba.

"Apa ini pertama kalinya kamu ke UK?"
"Yes."
"Kamu mau ngapain ke UK?"
"Jalan-jalan."
"Berapa lama rencananya?"
"Satu minggu."
"Rencana mau jalan-jalan ke mana?"

Waduh, kenapa si mba kepo banget. Saya yang baru bangun tidur dari flight panjang dari Jakarta, mencoba mengucek-ngucek mata supaya sedikit fokus.

"London.... bridge?"
"London bridge??? What else?"

Mampus. Di London ada apaan aja ya selain London Bridge? Jujur waktu itu saya ke UK tanpa tahu mau ke mana. Maklum, dapet tiket promo.

"Mm... Trafalgar Square....."

Ok, kali ini saya selamat karena baca manga One Piece (le: karakter favorit saya bernama Trafalgar, jadi tidak asing)

"Ok, kamu sendirian ke sini?"
"Yes."
"Ada kenalan tinggal di sini?"
"Actually.. no..."

Pandangan mata si Mba langsung tertuju ke saya, dengan serius. Lebih serius dari awal kami bertemu.

"Kamu sendiri dan tak ada kenalan di sini?"

Well, sejujurnya ada, temen waktu SMP dan kuliah. Tapi permasalahannya, data mereka tidak saya cantumkan saat membuat visa UK. Mulailah saya memutarkan otak untuk membuat drama dadakan.

"Saya punya teman yang kenalannya sedang belajar di London."
"Tapi belum pernah bertemu."
"Belum."

Jeng jeng, gue masuk ke jebakan om betmen

"Belum?"
"Tapi saya punya kontaknya."
"Apa kamu nanti tinggal di rumah dia?"
"Iya."

Masuk jebakan betmen level 2. Nada bicara si mba meninggi.

"Kamu belum pernah bertemu tapi mau tinggal di rumah dia? Are you crazy?"

Dalem hati sih iya mau bercandain si mba dengan menjawab "Yes, I am" tapi firasat berkata sebaliknya.

"Well... saya tinggal di rumah dia semalam. Sisanya saya tinggal di Hostel. Tapi saya lupa alamat hostel, jadi saya pake alamat dia."

Padahal saya tinggal di rumah temen. Sok-sokan bilang di Hostel karena waktu pengajuan visa, alamatnya pake alamat hostel yang sudah saya cancel, langsung setelah dapat visa (jangan ditiru ya!). Si mba ini diam berpikir

"Dan saya sudah beberapa kali ngobrol sama dia lewat Skype, jadi saya tahu wajahnya bagaimana."

Raut wajah si mba mulai membaik jadi santai.

"Jadi kamu bawa uang berapa?"

Waduh, pertanyaannya detil amat. Saya sempat galau semenit karena bingung harus jawab jujur atau tidak ya. Kalau bohong bawa banyak, takut kena pajak, tapi lebih takut kalau disuruh tunjukkin uangnya. Karena uang yang saya bawa tidak banyak.

"Forty.... pounds..."
"Forty...... what?"
"Forty pounds!"
"Forty pounds?!!"

Waciaaaaat, fix ini masuk lubang galian kuburan sendiri. Wajah paling seram yang pernah diperlihatkan selama saya bertemu dengan mba imigrasi ini.

"Kamu di sini satu minggu dan hanya membawa forty pounds???"
"Saya bawa credit card!.... Tapi tidak bisa digunakan banyak karena ada limitnya....."

Ok, saya mengaku saya kurang pintar. Sehingga si mba pun mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan angka dengan pensil.

"Makan di London kalau hemat.. satu minggu bisa £100. Kamu di 7 hari di hostel itu... well let's say £100. Dan kamu cuma bawa £40?"

Dan disitu saya mengerti kesalahan terbesar saya. Maklum, baru bangun tidur, otak belum sepenuhnya bekerja. Saya meminta maaf kepada si Mba karena maksud saya, saya membawa £400. Four hundred. Bukan Forty.

Si mba ini menghela napas. Nadanya sudah mulai kembali normal. Beliau mengatakan bahwa ia hanya cemas karena saya pergi sendirian, pertama kali dengan uang yang tidak cukup. Ditambah akan bertemu dengan orang yang belum pernah kenal dekat.

Seketika saya tersentuh dengan kata-kata si mba, sekaligus dengan kebodohan saya. Saya pun lolos dari bagian imigrasi setelah di-interview selama 15 menit-an.

Terima kasih mba, ini adalah pelajaran berhaga supaya untuk mencuci muka dulu sebelum beraksi dalam drama dadakan.

Intraveller (Introvert Traveller)Where stories live. Discover now