Tawa Diego seketika mereda kala ia mendapati ponselnya bergetar dan menunjukkan notifikasi dari seseorang yang mungkin saat ini tengah merengut kesal di dalam mobil Raehan.

From : Davkasurbuluk

Awas lo! Besok ga selamet lo sama gue. Camkan itu wahai anak muda!
________________________________________

Seketika tawa yang sempat akan mereda itu kembali meledak.

*****

Nit!

Dinar mengambil termometer dari ketiak Davka yang sudah berbaring di atas ranjang hangatnya lengkap dengan stiker penurun panas di keningnya. Tadi sesampainya di rumah, Dinar segera memaksanya mengganti pakaian dengan piyama biru mudanya serta sweater abu-abu. Tak lupa Dinar mengenakan kaus kaki kepada Davka yang terlihat sedikit menggigil.

"38°C, Dav. Ngerasa gak enak badannya dari kapan?"

"Dari subuh, bunda," ujar Davka sejujur mungkin.

"Terus kenapa malah sekolah, hmm?" ujar Dinar yang ternyata dibalik ucapan lembutnya terdapat tatapan tajam yang ke arahnya. "Bagus ya, besok hujan-hujanan aja terus ya Davka!"

"Hehe maafin adek Bunda. Besok adek gak main hujan lagi. Janji."

"Ah jangan percaya sama dia bunda. Davka mah omdo! Omong doang! Ahahaha," pekik Raehan yang ternyata sudah bersandar di pintu kamar Davka sembari tertawa terbahak-bahak.

Davka mendengus kesal dan segera menarik selimut tebalnya tinggi-tinggi hingga menutupi seluruh tubuhnya. Dinar yang melihat tingkah anak bungsunya itu mendadak merasa gemas. Ia menarik selimut itu hingga mencapai dada Davka supaya pernapasan anak itu tidak semakin terganggu.

Saat hendak memarahi anak itu, ternyata anaknya sudah terlelap. Dinar memandangi raut wajah polos Davka yang sangat menggemaskan. Dengan gerakan perlahan, ia membungkukkan tubuhnya dan mencium kening Davka.

"Cepat sembuh ya, sayang," bisiknya.

Raehan yang sejak tadi berada diambang pintu menyunggingkan senyum kepada ibu dan anak itu. Dalam hati ia selalu bersumpah untuk menjaga mereka.

"Cuma bunda dan Davka yang Raehan punya sekarang dan Raehan janji akan selalu jaga kalian."

*****

Hati Kailasha rasanya akan meledak kala ia mendapati Davka kini menghubunginya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam namun tiba-tiba ponselnya bergetar dan memunculkan notif video call dari Davka. Padahal baru saja Kailasha memikirkan Davka dan ia benar-benar menghubunginya. Apakah ini berarti mereka berjodoh?

Kailasha harap iya.

"Ngapain sih lo nelpon gue malem-malem?"

"Gue nyariin Diego."

"Lo nyariin Diego ngapain video call ke gue?!" Kedua mata Kailasha membelalak tak percaya. Ternyata Davka masih ajaib meskipun dalam keadaan sakit pun.

"Gue kira Diego lagi main ke rumah lo."

"Enggak. Dia disuruh mamanya jemput Nina dari tempat les."

"Nina adeknya Diego?"

"Om lo lagi main ke rumah lo gak?"

Davka menaikkan sebelah alisnya dan menatap heran kepada sahabat kecilnya ini. "Ngapain lo nyariin om gue?"

"Gue mau nanya aja. Emang sekarang demam bisa bikin amnesia ya?"

"Amnesia?"

"Iya, lo. Lo udah lebih dari 10 tahun jadi sahabat Diego. Lo sering main bahkan nginep di rumah Diego. Gimana bisa lo lupa kalo Diego punya adek cewek namanya Nina?!" Oke, Kailasha mulai emosi.

"Haha udah ah jangan marah gitu. Gue kira kan Nina yang lain."

"Bodo Dav. Bodo!"

"Haha yaudah, Kai. Gue ngantuk nih abis minum obat."

"Selamat istirahat, Davka kuuh. Cepet sembuh, ya."

"Makasih Kailasha kuuh cintakuuh maniskuuh."

Dan setelah rentetan ucapan aneh itu panggilan itu pun berakhir. Kailasha tersenyum miris menatap layar pinselnya yang sudah menghitam.

"Dasar. Masih aja suka php in gue."

[TBC]
⚫⚫⚫

Maaf ya baru update.hehehe

Seharusnya ✔Where stories live. Discover now