Chapter 12

487 11 2
                                    

"CHEERS!!!"

Suara gelas berdetingan. Aku lagi bersama teman-teman ku di sebuah klub esklusif di Jakarta. Kami memang sering berkumpul di sini pada malam Kahmis atau istilah lainnya, Ladies Night. Aku segera meneguk cairan di dalam gelas ku tadi. Rasa panas sekita mengalir di tengkorakku.

"So gimana iburan lo kemarin?" Dini atau Nandini membuka suaranya dulu. Aku mengenal Dini 7 tahun yang lalu saat aku liburan ke Jakarta. Waktu itu aku lagi nongkrong sendirian di sebuah pub dan Dini yang sedang bersama dengan Tika waktu itu langsung mengajak ku bergabung sama mereka. Dari situ aku juga mendapat tahu bahawa Adriana itu sepupu kepada Tika. Dunia memang begtu kecil.

"Oke oke aja. Gue sering ketemu Adri dari di rumah aja." Aku kembali meneguk minuman ku.

"Lo emang Rel! Pasti one night standnya nggak lewat. Iya kan?" Tika, satu-satu nya di antara kita yang udah menikah, emang sering suka blak-blak kan kalau bicara. Tapi sikapnya itu yang buat kita semue selesa berteman dengannya.

"Hahahha, well as usual. Kenapa? Lo iri kan? Makanya siapa suruh nikah dulu."

Tika berdecak. "Hello, siapa yang ngiri sih? Sekurang-kurang nya kalau gue mau ahh uhh ahh uhh gue udah halal beb sama laki gue. Lah kalau lo? Koleksi dosa aja."

Aku melemparkan tissue kearahnya. Tika dan Dini sedang ketawa terbahak-bahak dengan omongan Tika tadi.

"Sial! Nyesel gue dapat teman kayak lo." Aku pura-pura memasang wajah sebel ku. Sebernanya kita udah terbiasa saling menghina tapi nggak pernah satu pun masuk ke hati kita masing-masing.

"Udah-udah. Nggak usah masang wajah kek gitu. Jelek lo!" Dini yang pertama menyudahi tawanya.

"Yah Rel, gue bercanda doang. Kayak nggak biasa aja lo." Aku yang sedang memasang wajah sebel ku langsung terkekeh.

"Selow aja. Gue juga cuma bercanda. Ya udah ayo ke lantai dansa. Gue udah gerah dari tadi duduk aja." Aku meneguk lagi cairan di dalam gelasku dan bangkit menuju ke lantai dansa dan diikuti Tika dan Dini di belakang.

Kami menggerakkan tubuh mengikuti lagu yang dimainkan DJ malam ini. Kami bertiga ketawa dan menyanyi bersama saat lagu yang dimainkan ada lah lagu favorit kami di klub ini. Aku yang lagi enaknya menari, tiba-tiba ditarik dan didekap oleh seseorang. Belum sempat aku melihat siapa pelakunya, bibir ku dilumat olehnya. Hanya beberapa detik lalu dia melepaskan pangutan bibir kami. Aku yang lagi shock hanya bisa memandang wajah orang di depanku ini.

"Hey babe, miss me?"

Aku mengerjapkan mataku dan mendorong tubuh orang tersebut agar memberi jarak tapi tidak melepas kan rangkulan di tubuh ku. Aku lalu tersenyum mirring kearah orang tersebut.

"In your dreams Fabian."

"Come on. Tidak kah kau rindu pada sepupu yang tampan ini?"

Iya, Fabian itu adalah sepupuku. Dan sejak 2 tahun yang lalu, aku dan dia menjalinkan hubungan terlarang. Bukan hubungan cinta, tapi lebih kepada memuaskan hasrat masing-masing. Kami sedar apa yang kami lakukan ini terlarang, tapi kami nggak peduli dan semestinya ini menjadi rahasia antara kami berdua dan tentu saja teman-teman ku.Fabian sering ke Jakarta buat liburan dan setiap kali dia ke sini pasti dia akan mencari ku. Sama juga seperti saatnya aku ke Singapur. Itu pun kalau ada diantara kami nggak dapat mangsa one night stand.

"Sudah lah Fabian. I know you need me in your bed right now." Aku sengaja memainkan jemari ku di dadanya dengan gerakan sensual. "But I'm sorry, I'm on my period." Aku mendorong tubuhnya hingga terlepas dan memasang wajah yang puas kala melihatnya yang menggeram.

"Damn! Such a waste. Padehal aku benar-benar merindukan sentuhan mu dan desahan mu itu." Fabian berkata sambil memandang ku dengan tatapan liciknya. Aku hanya terkekeh mendengarnya. Aku kemudian melangkah mendekati dia lagi dan berbisik di telinga nya,

"Well, coba kau lihat arah jam dua belas. Dari tadi dia asyik memandang kau. Aku rasa dia biasa membantu mu my lovely cousin." Aku mengecup pipi nya dan melangkah kembali kearah teman-teman ku yang sudah kembali ke sofa yang kami duduki tadi. Aku menoleh kearah Fabian yang kini sedang menjalan kan aksi terhadap mangsa nya malam ini. Aku hanya tersenyum sinis sambil mendengus.

Guys will always be guys

"Woi Rel!"

Aku memandang kearah Tika yang memanggi ku. Aku berjalan kearah mereka dan mengisi gelas ku dengan cairan yang berada di dalam botol Vodka.

"Kemana sepupu lo yang hot tu?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Dini. Aku melirik kearahnya sebentar dan meneguk air ku.

"Lagi merayu mangsa tu."

Aku mengedikkan dagu ku kearah sepupu ku itu.Tika dan Dini melihat kearah mereka dan Tika seperti biasa bersuara.

"WOW! Your cousin is so amazing I swear. Kalau gue belum nikah, udah gue grepe-grepe sepupu lo itu."

Aku hanya menggelengkan kepalaku dengan kelakuan mereka.

"Nggak usah melihat mereka segitunya." Aku menonyor kepala mereka berdua yang masih terarah kerarah pasangan tadi.

"Nggak usah main kepala juga kali." Aku hanya tertawa saat Dini memberenggut.

"Hahaha, udah lah. Gue mau pulang. Udah jam 1. Pasti bokap gue ngomel nanti kalau gue telat besok." Aku menghabiskan air ku dan mencapai task u. Aku harus pulang sekarang soalnya aku harus ikuti meeting pagi besok.

"Bye babes." Kami salng memeluk kayak teletubbies dan bercipiki-cipika. Aku langsung berjalan keluar dari klub ini dan menahan taksi. Aku masih cukup waras untuk tidak membawa mobil kesini tadi soalnya aku pasti akan meminum minuman beralkohol dan membawa mobill dengan keadaan setengah mabuk hanya akan membahayakan nyawaku saja.

Setelah menyebut alamat rumahku ke supir taksi, aku langsung menutup mata. Pikiran ku akhir-akhir ini sering tertuju kepadanya. Sejak kejadian dua hari yang lalu di rumah sakit, aku nggak pernah kesana lagi. Aku masih merasa kesal terhadapnya tapi dalam masa yang sama, aku merasa bersalah kerana sudah membuat dia terluka seperti itu. Haruskah aku bertemu dengan dia lagi dan benar-benar minta maaf secara tulus?  

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 02, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Izinkan Aku MencintaimuWhere stories live. Discover now