Pikiranku memberontak, memikirkan sentuhan bibir Ashton, bau alkohol, jari-jarinya di bawah daguku…

PLAK! Tamparanku mendarat di pipi Ashton yang seketika memerah. Aku merasakan tangan Calum pada bahuku, memaksaku mundur. Aku tidak mendengar suaranya, tinjuku mengepal. Ashton menghindari tatapan mataku, ekspresinya masih datar, tapi otot pipinya berkedut sekilas ketika ia menggertakkan gigi. Jari-jarinya yang panjang mengeratkan cengkeraman pada tali ranselnya.

“Adriane,” suara Calum melembut. Aku tidak bisa berkata-kata, hanya diam memelototi Ashton yang menatap tanah. “Ad, dia disini buat bicara, at least dengerin dia dulu.”

“Mau bilang apa? Malu? Nyesel? Udah bertindak bodoh?” semburku.

“I told you this won’t work.” Ashton berbicara. Lalu aku sadar itu bukan untukku, tapi ditujukan pada Calum. Aku semakin marah. Dia pikir aku tidak bisa diajak bicara? Dia pikir aku tidak akan—oh, benar juga.

“Ya sudah, I’m listening. But not for long, because I have stuff to do, and if you waste my time any longer than I allow you to, I will kill you,”

Ashton menarik nafas cepat. Tangannya diselipkan ke saku. “Look, Adriane, I want to apologize for what happened at the club,”

“Kamu pikir semudah itu? You can’t just say sorry and then everything will go back to normal!”

“Apa lagi yang kamu mau aku lakukan selain minta maaf?” Ashton ikut-ikutan meninggikan suaranya.

“Apa kamu bahkan tahu sekarang Niall dimana? Kami bertengkar tepat sebelum tournya, gara-gara kamu!”

 “Apa masalah besarnya sih? It was just a kiss, Ad. I was drunk and wasn’t thinking—”

Mataku berkaca-kaca. “You don’t understand… it was my first kiss.”

Ekspresi Ashton malah lebih kaget dari Calum tadi. “What do you mean it was your first kiss?”

“It. Was. My first kiss. Like the very first. Like I have never kissed anyone before,” aku mengalihkan pandangan.

“But you were a good kisse—“

Calum menutup mulut Ashton, tapi terlambat. Beban seluruh dunia, beban yang ditanggung Atlas baru saja jatuh menimpaku.

“Did I… did I kiss you back?” Suaraku terdengar seperti suara orang lain. Calum menatap Ashton. Ashton menatapku.

This is it. Aku akan mati perlahan karena rasa bersalah.

“Yes, you did.”

Ashton’s POV

“Next song? Or that’s all?”

Calum membuka tutup botol air mineralnya dan meneguk banyak-banyak. Aku mengikutinya. Lalu kutaruh botol itu di tempat biasanya, di dekat kakiku. Aku memutar-mutar stik drum di jari-jariku sambil menunggu keputusan siapapun. Akhirnya Michael memainkan intro What I Like About You. Tanpa harus dikomando aku langsung mulai bermain drum.

That's what I like about you

You hold me tight

Tell me I'm the only one

“Fuck!” Sial. Sepertinya aku menggebuk drum terlalu keras. Jari manis kananku tergores pinggiran drum sampai berdarah, sobek tapi tidak terlalu dalam. Michael, Luke, dan Calum sontak berhenti dan melihat ke arahku. Aku mengacungkan jariku yang luka. Luke mengeryit.

“Ouch, dude. Does it hurt?” Michael bertanya.

“Of course it does you moron”

“Jadi bagaimana?” Luke meletakkan gitarnya di sofa berlapis kulit warna merah tua.

Replayed [UNDER SERIOUS EDITING]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن