Chapter 4½

362 27 3
                                    

“Mommy! Kami pulang!” Sophie berlari memeluk ibunya yang tengah memasak di dapur. “Apa makanannya sudah siap?”

“Belum, sayang. Sebentar lagi. Oh! Hai, Ashton,” Mrs. Williams menyapa Ashton yang langsung duduk di meja makan dengan manis.

Selalu seperti itu. Ketika tidak sekolah, Ashton menghabiskan seluruh waktunya bersama Sophie. Kebanyakan anak-anak laki-laki lain di lingkungan mereka kejam dan nakal. Mereka selalu mengejek Ashton karena bermain dengan perempuan. Tetapi Ashton tidak pernah mendengarkan mereka, karena ia merasa selain Sophie butuh teman, ia juga harus menjaga Sophie seperti adiknya sendiri.

Ashton sendiri tinggal beberapa rumah dari rumah Sophie, di dalam rumah kecil tetapi nyaman dengan dinding berwarna putih sederhana. Pekarangannya ditumbuhi bunga-bunga. Ayah dan ibu Ashton adalah pasangan yang bahagia. Ibunya sibuk mengasuh adik kecil Ashton, Lauren. Ayahnya adalah seorang pemburu.

Sedari kecil, Ashton dan Sophie hampir tidak bisa terpisahkan. Kedua keluarga sangat akrab, dan tidak jarang mereka saling berkunjung ke rumah satu sama lain, berbagi makanan, kue, dan juga mengadakan pesta kecil-kecilan di kebun.

Dapur tempat mereka berada sekarang terasa hangat karena api yang membara di tungku, sementara Ashton dan Sophie tidak dapat berhenti membaui udara karena harumnya masakan yang matang. Mrs. Williams kemudian mengangkat panci besar dan meletakkannya di meja, lalu menuangkan sup ke piring di hadapan kedua anak kecil.

“Terima kasih, Mrs. Williams.” Kata Ashton sopan.

“Ya, terima kasih Mommy!” Sophie mengayun-ayunkan kakinya yang belum cukup panjang untuk menyentuh lantai.

Ibunya tersenyum padanya, lalu melepas kepangan Sophie yang sudah acak-acakan kemudian menyisirnya dengan tangan sementara Sophie mulai makan sambil berceloteh riang kepada Ashton.

Setelah selesai makan, Ashton menghabiskan waktu menemani Sophie memetik lebih banyak bunga untuk dirangkai hingga tanpa terasa hari sudah sore. Mereka kemudian berjalan kembali ke desa. Sophie memakai mahkota rangkaian bunga, Ashton dengan topinya yang dibiarkan menggantung di tengkuk pada seutas tali di lehernya, sehingga mereka kelihatan seperti sepasang putri dan ksatria.

“Dah, Ashton!” Sophie melambai riang dari beranda rumahnya.

Ashton tersenyum sambil melambai, berjalan menjauh menuju rumahnya.

“Ma? Aku pulang,” sapa Ashton menghampiri ibunya yang baru sama menidurkan adik kecil Ashton di tempat tidur sederhana milik keluarga mereka. Ashton kemudian memeluk ibunya manja.

“Hai, sayang. Bersenang-senang?”

“Ya,” Ashton berhenti. “Ma, mana Papa? Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Papa,” lanjutnya lagi.

Ibunya tersenyum sedih lalu berlutut sehingga mata mereka sejajar. “Maaf Ashton, Papa sibuk. Sekarang sedang musim berburu, artinya Papa belum bisa pulang,” Mrs. Irwin menyibakkan rambut Ashton dari dahinya. “Sekarang, bagaimana kalau kau mandi dulu?”

Ashton mengangguk.

“Kau anak yang baik, Ashton.” Mrs. Irwin memeluk anak lelakinya lagi.

***

Ashton sedang menghibur adik bayinya ketika terdengar ketukan di pintu. Ibunya, yang sedang menjahit celana Ashton yang sobek terkena paku pagar, cepat-cepat berdiri untuk membuka pintu. Tidak biasanya mereka mendapat tamu malam-malam.

Berdiri di depan pintu, ada seorang bapak-bapak berkumis yang masih mengenakan topi dan pakaian pemburu. Ashton mengenalinya sebagai salah satu rekan berburu ayahnya. Mereka selalu pergi dalam satu grup, semuanya tinggal di desa tempat tinggal Ashton dan Sophie.

Ashton memperhatikan pria itu berbicara pada ibunya dengan gestur tergesa-gesa. Ashton tidak bisa mendengar percakapan kedua orang dewasa itu. Lauren menepuk-nepuk pipi Ashton, berusaha menarik perhatiannya, tetapi Ashton tidak mengalihkan pandangan dari pintu.

Ibunya mengangkat tangan menutupi mulut seolah kaget. Kemudian beliau melihat ke arah Ashton dan Lauren, sekilas Ashton bisa melihat cahaya lampu minyak terpantul di mata ibunya yang berkaca-kaca. Ashton tahu ada yang tidak beres.

Ashton berlari menghampiri ibunya.

“Maaf, saya turut berduka Bu... Kejadian ini benar-benar tidak disangka,” pria itu berusaha menenangkan Mrs. Irwin.

“Ma? Apa yang terjadi? Siapa ini?” Ashton menarik-narik rok ibunya.

“Ashton… tolong jaga Lauren sebentar lagi saja, sayang…” suara ibunya pecah, teredam karena beliau terus menutupi mulutnya.

“Ma, ada apa? Mana Papa?” Ashton terus mendesak.

“Nak—” rekan berburu Mr. Irwin angkat bicara.

Ashton mendongak menatap ibunya, minta penjelasan.

“Papamu,” suara ibunya terdengar jauh saat mengatakan ini. “Ashton, papamu tertembak.”

Replayed [UNDER SERIOUS EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang