"Kalau Revan jadi ketua OSIS. Aku jamin fans-nya Revan bakal semakin membeludak dan Revan bakal dinobatkan sebagai ketua OSIS paling ganteng sepanjang masa," ujar Nada semangat.

Sri mengangguk setuju sedangkan Arlita hanya diam. Tidak memberi tanggapan apapun.

"Nanti kalau si Revan jadi ketua OSIS posisi kamu pasti kegeser, Tha."

Arlita mengerut bingung, "Posisi apa?"

"Teman spesial. Revan pasti bakal punya teman spesial yang lain. Kira-kira kamu bakal cemburu nggak, Tha. Kalau misalnya si Revan punya cewek?"

Arlita menyipitkan matanya, "Kenapa harus cemburu? Aku sama Revan kan cuma temennan."

"Temen tapi mesra," celetuk Sri.

"Mesra? Emang aku sama Revan ngapain sampai-sampai kalian bilang aku sama dia mesra?"

"Di saat kalian berdua ngobrol bareng, di saat kalian belajar bareng dan di saat Revan yang suka merhatiin kamu diam-diam. Itu semua tuh sweet banget," ujar Sri semangat. Jujur dia adalah salah satu fans ReArl couple. Dia merasa kalau Arlita dan Revan itu benar-benar cocok.

Mendengar itu Arlita memutar bola matanya jengah, "Kalian aneh, masa cuma ngobrol dan belajar bareng dibilang sweet. Lagian kapan Revan suka merhatiin aku? Jangan ngarang deh," setelah itu Arlita beranjak dari kursinya.

"Mau kemana, Tha? Masa gitu aja ngambek?" Nada menahan tangan Arlita. Menyuruh Arlita untuk duduk manis kembali, "Kita belum denger Visi dan Misinya Danar sama Nenden. Jangan dulu keluar dong. Kita ini penentu kemajuan pemimpin di sekolahan kita.. kalau kita salah pilih kan bisa repot ke depannya."

"Aku belum shalat dhuha. Aku mau shalat dhuha dulu. Lagian Visi dan Misi mereka sudah tertempel di mading, jadi tinggal baca aja misi dan visi mereka. Yaudah aku ke masjid dulu yah."

Sri dan Nada mengangguk.

"Titip doa yah, Tha." minta Nada, "Doa'in aku semoga aku berjodoh sama Dika," lanjutnya sambil melirik ke arah Dika yang sedang asik mengobrol dengan salah satu anak kelas satu yang cantiknya nggak ketulungan.

Arlita menggeleng, menandakan kalau permintaan Nada tidak bisa dia laksanakan. Titip doa untuk dia yang dicintai harus dipanjatkan sendiri.

Bangunan masjid yang terpisah dengan bangunan sekolah membuat Arlita harus berlari menuju masjid saat ternyata Allah telah menurunkan rizkinya melalui tetesan air hujan yang membasahi bumi.

Sesampainya di masjid Arlita lekas berwudhu. Tadi wudhunya batal karena secara tidak sengaja saat di kelas Revan menyentuh tangannya. Itu semua gara-gara dia hampir saja jatuh saat naik ke atas bangku untuk mengganti baterai jam dinding di kelas. Kalau Revan tidak memegang tangannya pasti dia sudah nyungsep.

Arlita melaksanakan shalat dhuha delapan rakaat, disetiap sujudnya nama Revan selalu terselip dalam doanya. Arlita sungguh berharap kalau Revan akan mendapatkan hidayah. Cahaya iman yang menyinari hatinya. Menuntun dia menuju jalan yang Allah ridoi.

Setelah melaksanakan shalat dhuha. Arlita menengadahkan tangannya. Bermunajat pada Sang Pemilik Kebaikkan.

"Ya Allah... di dalam rumahmu yang penuh keberkahan, di saat hujan turun dimana Engkaupun menurunkan berkah-Mu disetiap tetesnya. Hamba mohon berilah Hidayahmu kepadanya... permudahlah setiap langkahnya untuk menuju jalan yang Engkau ridoi. Bila hatinya ragu kepada-Mu maka hilangkan keragu-raguan itu dari hatinya, bila langkahnya begitu sulit untuk melangkah menuju-Mu maka hamba mohon permudahlah langkahnya... segala kebaikan hamba harapkan untuknya."

Arlita memperhatikan setiap tetes air hujan. Hujan turun semakin deras hingga membuat dia tidak bisa kembali ke kelas. Kalau nekat menerobos hujan bisa-bisa seragamnya basah. Tapi bila beberapa menit hujan tidak kunjung reda mau tidak mau dia harus menerobos hujan sebab beberapa menit lagi pelajaran biologi akan dimulai. Hari ini pelajaran tidak full kosong. Hanya satu mata pelajaran saja yang dikosongkan untuk melihat orasi para calon ketua OSIS.

HUJAN | ENDWhere stories live. Discover now