RANTAI DOSA

44 2 33
                                    

"Mist, bukalah matamu."

"Kenapa?"

"Karena kami ingin menyambutmu, teman baru kami."

"Teman kalian?"

***

"Mist!"

Pundak Mist, sang Malaikat, diguncang keras. Gadis itu mengerang lalu membuka mata birunya. Dengan kesal, dia memelototi gadis yang berlutut di sampingnya. Hanya satu Malaikat yang berani mengganggu tidur siangnya dengan cara sekasar itu, Sky.

"Cara membangunkanmu kasar, Sky," gerutu Mist. "Membuat kepalaku pusing saja."

"Habis Mist tidur sejak siang. Padahal ini hari penting." Sky bangkit. Matanya berkilau bagai anak kecil yang tidak sabar ingin berbagi rahasia. Sayap kecilnya yang seputih salju bergerak-gerak antusias. "Kau tidak penasaran dengan pertemuan di Perbatasan?"

"Tidak tuh." Mist menguap. "Itu urusan yang di atas. Bukan urusanku. Aku justru menunggu pertemuan itu selesai. Setelahnya aku dapat kembali turun ke dunia manusia untuk memburu Iblis."

Sky langsung cemberut. "Sebagai seorang Archangel, minatmu pada Iblis hanya terbatas pada memburu mereka. Pertemuan itu hanya dilaksanakan setiap seratus tahun sekali. Tidakkah kau ingin tahu?"

"Iblis menyebarkan kejahatan ke dunia manusia. Sebagai Archangel, tugasku adalah memburu para Iblis yang turun ke sana dan mengirim jiwa mereka kembali ke Neraka, bukan menemui pemimpin mereka untuk menegosiasikan hukuman bagi yang tertangkap."

Sky meringis. "Mengapa hanya tugas saja yang ada dalam pikiranmu?"

"Aku tidak diangkat menjadi Archangel hanya karena aku kuat." Mist bangkit sambil menepis rerumputan dari rambut peraknya. "Jadi, kenapa kau mengganggu tidur siangku?"

"Tolong bawa aku ke Perbatasan. Aku sangat ingin melihat pertemuan. Tapi aku pasti tidak diperbolehkan masuk kalau tidak bersamamu."

Kening Mist berkerut bingung. "Kenapa kau ingin melihat pertemuan membosankan itu?"

"Oh, ayolah, Mist. Aku ingin melihat para Iblis. Katanya mereka sangat cantik dan tampan."

Mist memutar bola matanya. Sebagai Malaikat cinta, Cupid, yang bertugas mengikat simpul-simpul asmara manusia, Sky memang tidak pernah bertemu dengan Iblis. Tidak heran dia begitu penasaran.

Dihadapkan dengan wajah penuh harap Sky, Mist tidak punya pilihan selain menyerah. Sky adalah teman baiknya sejak kecil. Sky juga sering terlibat pertengkaran dengan Malaikat lain untuk membela Mist yang diejek kaku dan dingin. Walaupun akhirnya, Mist juga yang harus menengahi pertengkaran mereka.

Lagipula sebagai Archangel, prajurit Malaikat, Mist diundang untuk mengikuti pertemuan itu. Karena tidak tertarik, Mist memilih menghabiskan waktu dengan bersantai tidur siang.

Mist mendesah pasrah. "Deus yang Maha Kuasa memang tidak memperkenankan aku menghindari pertemuan itu," rutuknya.

***

Untuk membawa Sky ke tempat pertemuan, Mist meminjam Pegasus, kuda bersayap, dari istal. Berbeda dengan sayap Archangel yang besar, sayap Cupid yang kecil tidak mampu membawa pemiliknya terbang.

Dengan menunggangi Pegasus, keduanya pergi ke Pulau Perbatasan. Pulau kecil di tengah sungai yang membelah Surga dan Neraka itu adalah satu-satunya tempat Malaikat dan Iblis dapat bertemu, selain di dunia manusia.

Saat mereka mendarat, tampak beberapa Archangel sedang bercakap-cakap dengan antusias. Di tepi sungai, beberapa Pegasus merumput santai.

"Akhirnya kau datang." Seorang pria mendatangi mereka dengan langkah-langkah lebar. Mata peraknya menatap Mist geram. "Kenapa kau tidak bisa tepat waktu? Kami sudah menunggumu sejak tadi!"

FANTASY FIESTAWhere stories live. Discover now