"Itu, uang SPP gue." jawabku, baru menyadari bahwa tanganku gemetar dan dingin.

"Coba ingat-ingat di mana lo terakhir naro." saran Taeyong.

Aku hanya mengangguk lemah. Kuhela napas dalam-dalam, berusaha mengingat. Tadi pagi, seusai menerima uang dari Mama, aku kembali ke kamar.

Kuletakkan lembaran berharga itu di meja.

Kemudian aku keluar untuk sarapan.

Setelah itu aku ga ingat.

"Mungkin di meja kali ya." gumamku lirih.

"Meja yang mana neng."

Taeyong menghempaskan diri di kursi Zelo yang kosong, karena ini masih agak pagi ーgak sepagi aku biasanya berangkat sekolahー, jadi gak terlalu banyak orang dikelas. Dalam keadaan normal, aku menyadari bahwa beberapa teman melirik kami.

"Gue juga mau bayar SPP." Katanya.

"Apa pakai uang gue dulu?" Tanyanya menawarkan.

Aku terbelalak. "Gak usah! Uhm, emang uang lo banyak?"

Aduh, bego bego pertanyaan terbego

Taeyong termasuk anak yang beruntung. Keluarganya ber-uang. Kalau dia menawarkan uangnya, pasti uang di dompetnya engga sedikit.

Taeyong mengangkat bahu. "Pokoknya ada."

"Enggak, deh." tolakku sekali lagi.

Setelah agak lama, aku yakin uangku nggak hilang.

Taeyong mengangguk, ia lalu keluar kelas dengan santainya.

Kulihat ada Ten disana, tapi aku gak terlalu memperdulikannya, pikiran ku masih terombing-ambing uang SPP.

Sepertinya aku harus memeriksa kamarku saat aku pulang nanti.

Aku beranjak keluar kelas, hendak mencuci muka. Siapa tahu air dingin bisa membuatku lebih tenang.

Beberapa gadis dikamar mandi melirik ku gak biasa, lagi-lagi aku masa bodoh.

Di luar, tiba-tiba Taeyong menghampiriku yang baru saja keluar toilet. Aku berhenti.

"Ini." Dia menyerahkan secarik kertas putih.

"Apaan?" tanyaku heran.

Aku terkesiap. Ternyata itu kwitansi pembayaran SPP. Namaku tertera di situ.

"Lah ini kok?"

"Gue bayarin dulu. Nanti bawa kartu SPP lo ke TU dan tunjukkan tanda bukti itu." urainya seakan membayarkan SPP ku senormal membeli roti di kantin.

Saat itulah gumaman di sekelilingku mulai terdengar keras.

"Taeyong ngebayarin Joy! Apa artinya ini?"

"Artinya Joy gak usah bayar SPP, goblog!"

"Bukan itu. Maksud gue kenapa?
Kok bisa?"

"Buktinya bisa!"

"Jangan-jangan gosip Taeyong ada hati sama Joy, itu bener?!"

"Masa si? Secakep dia bisa suka sama-ihhh ga cocok!"

Ough.

Wajar saja, kan, kalau ada yang membayari temannya? Tunggu! Ini Taeyong! Kalau dengan dia, nggak akan jadi hal yang wajar.

Heran!

Masa begini saja bisa heboh. Tunggu, tunggu! Gak usah heran!

Ini Taeyong loh.

Wajahku pastinya sangat pucat, tapi rasanya kok panas?

Mendadak aku ingin ditelan bumi dan pindah ke galaxy lain.

"Aduh..." erangku.

Taeyong dengan santainya berjalan berdampingan denganku selama berjalan dilorong sekolah.

Beberapa murid bahkan gak segan mulai menunjuk-nunjuk kearah kami berdua.

Tenang, satu blok lagi menuju kelas.

"Bukannya gue gak berterima kasih nih Yong." sergahku buru-buru, nggak ingin terlihat gak tahu terima kasih.

"Terus?" tanyanya datar.

Aku menatap nanar ke sekeliling kami. Aku dan Taeyong hanya berada beberapa langkah di depan kelas, tapi sekarang nyaris semua mata terpaku ke arah kami.

Bahkan ada yang sampai melongokan kepalanya dari jendela kelas.

"Kita jadi bahan gosip." tukasku lemah.

Gak disangka Taeyong malah nyengir.

"Lo takut?" tantangnya.

Aku meringis ngeri. "Gue takut keselamatan gue! Lo tau kan yang terjadi sama Nayeon dan YooA. Gue belum siap dimusuhi cewek-cewek di sekolah karena digosipkan sama lo." terangku cepat. Perutku mulas ketika kabar angin di dekat kami makin menjadi.

"Berarti sekarang lo harus siap."

Taeyong memutar kepala. Dia mencermati teman-teman kami dan bahkan anak kelas lain langsung melongok dan menjulurkan leher penuh perhatian.

"Ehem." Dia berdehem keras.

"Kalau ada yang berani gangguin calon pacar saya, berhadapan langsung sama saya sendiri!" tukasnya garang.

Mata hitamnya berkilat berbahaya.

Sunyi senyap.

Gak terdengar lagi celetukan gossip yang aneh-aneh. Taeyong sukses membungkam mereka semua.

Rasanya mulutku menganga lebar. Aku melongo. "A-a-..."

Aku seperti orang bodoh. Terlalu terpana dengan pernyataan Taeyong sampai hanya bisa berartikulasi seperti monyet. Au-Au.

Taeyong tersenyum manis. "Nah, Joy, ayo saya anter ke kantor TU. Kok diam? Bisa jalan? Atau butuh lengan saya buat bersandar?"









YA LORD JANGAN-JANGAN SANDWICH-NYA BENERAN ADA JAMPI-JAMPI MAMA.








Ayo yang belum vote or comments(aku balas kok dgn hati berbunga-bunga) ditunggu he-he biar author mangats gityu

Monggo~ tak enteni
Sok~ diantosan

「 Troublous 」↝revisi↜Where stories live. Discover now