FORTYFOUR : WHEN I'M HOME

Mulai dari awal
                                    

"Emangnya ini dimana? Kenapa Ify dibilang belum pantas disini? Ya elahh, pake syarat apa pula supaya bisa sama Mami?" gerutu Ify.

"Yang jelas kamu kembali ke Papi kamu. Kasihan beliau." Kata Regina.

"Papi nggak akan kesepian, Mi. Justru Mami yang sendirian disini. Ify mau nemenin Mami." Balas Ify. Regina tersenyum dan kembali mengusap rambut Ify dengan sayang. Putri semata wayangnya telah tumbuh dengan cantik.

"Mami bersama Mama kamu." Ujar Mami membuat Ify mengernyitkan dahinya.

"Maksud Mami?" tanya Ify.

Ify menunggu Maminya menjawab, namun wanita itu tak kunjung menjawab. Ify malah merasakan sebuah pelukan dari belakang tubuhnya. Rasa hangatnya menjalar ke seluruh tubuh dan berpusat didadanya. Ify membalikkan badannya dan mendapati sosok wanita yang selama ini hanya dapat ia lihat di selembar foto lusuh didalam kotak pandoranya.

Wanita itu tersenyum dengan senyum yang sama dengan miliknya membuatnya semakin yakin darimana bentuk dagunya berasal. Dagu wanita didepannya runcing dan indah seperti miliknya. Yang membedakan mereka berdua hanyalah tubuh wanita tersebut lebih berisi dan terlihat lebih dewasa.

Regina memegang bahu Ify, "Ini Mama kamu, Sayang. Ayo bilang sesuatu." Ujar Regina di telinga Ify.

"Sesuatu." Kata gadis itu dengan wajah yang seperti baru melihat hal yang mencengangkan didunia.

Regina dan Zanetta sontak tertawa mendengarnya.

Ify masih mematung ditempatnya, sementara Zanetta mulai menggerakan tangannya untuk menyentuh wajah tirus gadis didepannya. Menyentuh anak yang beberapa tahun silam ia lahirkan di rumah kontrakannya sendirian, yang kemudian ia tinggalkan didepan pintu rumah sahabatnya sebelum ia memilih meminum racun tikus.

Ify dapat merasakan getaran itu lagi. Rasanya berbeda seperti ketika Mami Regi menyentuhnya.

"Mama?"

"Iya, ini Mama, Sayang." Kata Zanetta. "Maafin Mama, Nak."

Ify menyentuh tangan Zanetta yang ada diwajahnya, lalu mulai menggenggamnya. Oh, betapa hangatnya kulit wanita ini. Meski berpakaian lusuh dan wajahnya sedikit kusam, tapi wanita didepannya ini masih cantik.

"Ify..." panggil Zanetta membuat gadis tirus itu kembali terfokus padanya.

"Ma-Mama..."

"Maaf karena Mama malah meninggalkan kamu dengan orang lain, bukannya merawat kamu. Maafin Mama, Nak." Dan hati Ify mulai sesak ketika wanita ini menangis. Maka disekanya air mata yang mengalir deras dipipi Mamanya, lalu ia masuk ke dalam dekapan wanita tersebut. Memeluknya erat seerat pelukannya terhadap Regina. Namun kali ini dengan perasaan yang lebih membuncah dan luar biasa.

"Ify cuma lihat wajah Mama dari foto yang Papi kasih." Ujar Ify. Zanetta kembali menitikkan air mata.

"Ify selalu ingin dimimpikan Mama barang sekali. Tapi Mama nggak pernah datang." Kata Ify lagi yang kemudian ikut menangis.

"Sayang..." Zanetta mencium kening Ify lalu membawanya ke dalam pelukannya. Ya Tuhan. Bayi yang dulu ia tinggalkan kini telah tumbuh menjadi gadis cantik yang selalu membuat orang -orang disekitarnya terkejut dengan tingkahnya. Zanetta semakin mengeratkan pelukannya ketika Ify memanggilnya dengan isakan.

"Mama..." isak Ify.

Regina tersenyum haru melihat mereka berdua yang ia sayangi. Di elusnya rambut Ify, lalu ikut bergabung memeluk keduanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Papa, kenapa Papa belum ngelakuin apapun buat nyelakain Ify?" tanya Acha tiba-tiba ditengah acara makan malam mereka. Hal itu sontak membuat Fahmi terkejut dan menatap anaknya dengan tak percaya.

My Bad IfyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang