Napasnya memburu, tubuhnya gemetar dan peluh membanjiri tubuhnya. Bibirnya tidak bisa berhenti melafalkan nama Hun.
Hun...
Hun...
Hun...
Beberapa detik kemudian pintu kamarnya terbuka dan Daehwi masuk dengan tergesa-gesa. Setelah menghidupkan lampu, Daehwi menghampiri Jinyoung yang masih terduduk di ranjangnya.
"Jinyoung, ada apa?" tanyanya lembut sambil mengusap keringat dingin di kening pemuda tersebut.
"Hun... Dia... Dia..." Jinyoung tidak bisa mengeluarkan kata-kata lain selain dua kata itu.
"Tenanglah... Hun tidak apa-apa. Semuanya hanya mimpi buruk. Hun baik-baik saja." Kalimat menenangkan Daehwi itu tidak berhasil menenangkan Jinyoung.
Jantungnya masih berdebar-debar tidak karuan dan tubuhnya masih gemetar.
Tidak bisa... Ia harus bertemu Hun sekarang juga. Ia harus memastikan sendiri kalau pemuda itu baik-baik saja.
"Hwi hyung... Aku mohon... Antarkan aku ke tempat Hun. Aku mohon... Aku harus melihatnya sekarang juga. Aku tidak bisa tenang, Hwi hyung... Aku mohon..." Jinyoung terus saja memohon sambil terisak-isak.
"Jinyoung, tenangkan dirimu, oke? Aku akan mengambil kunci mobil dan berhentilah menangis. Kita akan menemukan Hun. Aku akan membawamu padanya."
Jam di ruang tamu menunjukkan pukul 01:12 AM ketika Jinyoung dan Daehwi keluar dari apartemen mereka. Jalanan yang cukup lengang pada tengah malam seperti ini membuat Daehwi dapat melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tanpa hambatan. Daehwi hanya memiliki satu tempat dalam pikirannya yang saat ini akan ia tuju. Diam-diam ia berdoa dalam hati, semoga Hun ada disana.
Jinyoung di sebelahnya sudah berhenti menangis dan terlihat agak tenang. Walau kedua tangannya masih bergetar.
Kurang dari setengah jam, Daehwi pun sampai ke arena balap yang pada akhir pekan seperti ini selalu menjadi tempat tongkrongan Hun. Entah itu untuk mengikuti balapan atau hanya melihat orang-orang memamerkan motor kebanggaan mereka.
Begitu keluar dari mobil, Jinyoung dan Daehwi langsung menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? Karena terburu-buru dan saking paniknya, mereka tidak sempat berganti pakaian dan tetap keluar dengan setelan piyama mereka.
Daehwi dengan piyama bergambar bebek di depannya dan Jinyoung dengan piyama bergambar anak ayam. Untung saja Guanlin yang kebetulan malam ini sedang nongkrong di tempat itu melihat Daehwi dan Jinyoung dengan segera.
Ia buru-buru menghampiri mereka dengan ekspresi penuh tanda tanya.
"Daehwi? Apa yang kau lakukan disini? Dan ada apa dengan selera berpakaianmu malam ini, huh?" Walaupun bibirnya baru saja mengeluarkan cemoohan tapi tangannya dengan refleks segera membuka jaket kulit tebalnya dan menyampirkannya ke pundak sempit Daehwi.
"Guanlin, apakah Hun ada di sini?" Begitu mendengar Daehwi mencari Hun, raut wajah Guanlin terlihat kecewa tapi hanya sepersekian detik, karena pada detik berikutnya ia buru-buru menghapusnya dan menjawab pertanyaan Daehwi.
"Dia sedang start, bersiap-siap balapan," jawabnya.
Mendengar jawaban Guanlin itu, wajah Jinyoung memucat. "Oh tidak!" serunya panik.
Melihat kepanikan Jinyoung, Daehwi segera menarik tangan Jinyoung dan membawanya berlari ke area tempat balapan liar biasa diadakan. Guanlin yang tidak mengerti hanya bisa ikut berlari mengikuti kedua pemuda itu.
YOU ARE READING
If It Is You • WinkDeep
FanfictionBae Jinyoung kehilangan kekasihnya dalam sebuah kecelakaan. Kekasihnya yang teramat ia cintai. Sang belahan jiwa, Park Jihoon. Ketika Jinyoung sudah mulai menata kembali hidupnya tanpa Jihoon, apa yang akan terjadi ketika Tuhan memberinya kesempatan...
02 (END)
Start from the beginning
